Find Us On Social Media :

Sepuluh Hari Hilang, Pesawat Malaysia Airlines Terus Munculkan Teka-teki

By Ade Sulaeman, Selasa, 18 Maret 2014 | 18:00 WIB

Sepuluh Hari Hilang, Pesawat Malaysia Airlines Terus Munculkan Teka-teki

"Ini sangat berbeda dari kasus Air France. Situasi Malaysia jauh lebih sulit," kata Jean Paul Troadec, penasihat khusus untuk biro investigasi kecelakaan penerbangan Perancis.

Pemerintah Malaysia pun sudah mengirimkan kawat diplomatik ke seluruh negara di area pencarian, dari China dan Jepang sampai India dan Australia bahkan Kazakhtan, untuk memantau data radar masing-masing, dengan sekecil apapun peluang menambah informasi.(Baca juga: Pesawat Malaysia Airlines Hilang Disebabkan Ideologi Pilot?

Sampai Selasa (18/3/2014), pencarian pesawat Malaysia Airlines yang hilang ini telah melibatkan 26 negara. Bila semula pencarian hanya fokus di Laut China Selatan, Semenanjung Malaysia, dan Selat Malaka, kini pencarian merambah Samudra Hindia dan Laut Andaman.

Pada akhir pekan, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengatakan penyidik mendapati sinyal samar, sekitar 7,5 jam setelah lepas landas, dari suatu tempat yang membentang di kawasan Kazahtan, Asia Tengah, menuju Samudra Hindia.

Kawasan selatan Samudra Hindia merupakan laut ketiga terdalam di dunia dan merupakan salah satu perairan paling terpencil di dunia dengan sedikit pemantauan radar. Bila pesawat memasuki area udara di barat laut Asia Tengah, Boeing tersebut akan memasuki wilayah penerbangan tersibuk.

Para ahli berpendapat pesawat tersebut lebih mungkin terbang ke arah barat meskipun tak satu pun koridor udara dikesampingkan dalam penyidikan. China, India, dan Pakistan sudah menyatakan radar dan satelit mereka tak menemukan jejak pesawat Malaysia Airlines yang hilang tersebut.

"Faktor-faktor yang terlibat dalam insiden itu terus bertambah banyak, wilayah pencarian dan penyelamatan terus memperluas, dan level kesulitan meningkat, tapi selama ada satu benang harapan kami akan terus habis-habisan mencari," kata Perdana Menteri China Li Keqiang. (Palupi Annisa Auliani/kompas.com)