Penulis
Intisari-Online.com - Sepuluh hari hilang, pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 justru terus memunculkan teka-teki. Otoritas Malaysia, misalnya, pada Senin (17/3/2014) menyatakan komunikasi data pesawat mati bersamaan dengan berakhirnya kontak terakhir dari kokpit pesawat.
Informasi anyar ini jelas menambah ketidakpastian soal hilangnya pesawat Malaysia Airlines bertipe Boeing 777-200 tersebut sejak 8 Maret 2014. Tak sekadar kronologi hilangnya pesawat bermasalah, dugaan pelaku pun meluas. Semua orang di atas pesawat tersebut dapat menjadi tersangka pelaku pembajakan, dugaan terakhir soal hilangnya pesawat ini.(Baca juga: Dengan Bahan Bakar yang Ada, Inilah Bandara yang Dapat Dijangkau Pesawat Malaysia Airlines)
Misi pencarian pesawat ini terus meluas, melibatkan lebih banyak negara. Australia pun sudah turun tangan menyisir kemungkinan pesawat memasuki wilayah selatan Samudra Hindia. China juga sudah menawarkan penggunaan 21 satelitnya untuk membantu pencarian, tawaran yang belum pernah terjadi sekalipun selama ini.
Salah satu misteri terbesar hilangnya pesawat ini adalah ketiadaan puing pesawat di mana pun. Para penyidik sebelumnya mengatakan dugaan pesawat ini telah sengaja dialihkan jalur penerbangannya dan terus terbang selama berjam-jam. Karenanya, dugaan pembajakan, sabotase, atau pilot bunuh diri, tak ditepiskan.
Menteri Pertahanan Malaysia Hishammuddin Hussein mengatakan upaya menemukan kembali pesawat Malaysia Airlines yang hilang itu masih masih menjadi fokus utama. Namun dia tak mengesampingkan pesawat tak ditemukan dalam kondisi utuh.
"Fakta bahwa tidak ada sinyal marabahaya, tidak ada catatan tebusan, tidak ada pihak yang mengaku bertanggung jawab, (berarti) selalu ada harapan," kata Hishammuddin pada konferensi pers.
CEO Malaysia Airlines Ahmad Jauhari Yahya mengatakan penyelidikan awal menunjukkan menara lalu lintas udara mendengar kata-kata terakhir dari pesawat udara, "Baiklah, selamat malam," dari co-pilot Fariq Abdul Hamid. Kalau saja suara itu bukan milik Fariq atau pilot Zaharie Ahmad Shah, akan lebih jelas bahwa telah terjadi sesuatu di dalam kokpit sebelum pesawat hilang.
Sebelumnya para pejabat Malaysia dan penyidik mengatakan bahwa kata-kata itu terdengar setelah sistem komunikasi data pesawat jet itu dimatikan. Skenario ini memunculkan dugaan ucapan yang didengar menara kontrol tersebut semata upaya menipu para petugas darat.(Baca juga: Di Dunia Maya, Pencarian Pesawat Malaysia Airlines yang Hilang Libatkan Dua Juta Orang)
Jauhari semula mengatakan transmisi data terakhir yang tertangkap dari ACARS - transmisi data yang memberikan catatan kinerja pesawat dan informasi perawatan- di pesawat datang sebelum komunikasi suara dari kokpit. Skenario ini membuat implikasi waktu yang suram.
Belakangan, informasi baru membuka kemungkinan komunikasi ACAR dan tranponder pesawat mati dalam waktu bersamaan. Bisa jadi, pesan dari kokpit merupakan awal dari sebuah komunikasi yang terputus.
Dengan semua kronologi yang berubah-ubah, termasuk soal keterangan polisi mengenai waktu pertama mereka mendatangi rumah Zaharie, memunculkan banyak ketidakjelasan. Soal teknis mematikan transponder dan peralatan komunikasi pun oleh para pakar penerbangan disebut bukan persoalan sulit untuk era internet seperti sekarang.
Peneliti Perancis yang terlibat dalam dua tahun pencarian pesawat Air France yang jatuh Samudera Atlantik pada 2009, sudah tiba pula di Malaysia. Namun pada kecelakaan Air France para ahli ini pun mengandalkan pada sinyal darurat, yang itu tak ditemukan dalam kasus kali ini.
"Ini sangat berbeda dari kasus Air France. Situasi Malaysia jauh lebih sulit," kata Jean Paul Troadec, penasihat khusus untuk biro investigasi kecelakaan penerbangan Perancis.
Pemerintah Malaysia pun sudah mengirimkan kawat diplomatik ke seluruh negara di area pencarian, dari China dan Jepang sampai India dan Australia bahkan Kazakhtan, untuk memantau data radar masing-masing, dengan sekecil apapun peluang menambah informasi.(Baca juga: Pesawat Malaysia Airlines Hilang Disebabkan Ideologi Pilot?)
Sampai Selasa (18/3/2014), pencarian pesawat Malaysia Airlines yang hilang ini telah melibatkan 26 negara. Bila semula pencarian hanya fokus di Laut China Selatan, Semenanjung Malaysia, dan Selat Malaka, kini pencarian merambah Samudra Hindia dan Laut Andaman.
Pada akhir pekan, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengatakan penyidik mendapati sinyal samar, sekitar 7,5 jam setelah lepas landas, dari suatu tempat yang membentang di kawasan Kazahtan, Asia Tengah, menuju Samudra Hindia.
Kawasan selatan Samudra Hindia merupakan laut ketiga terdalam di dunia dan merupakan salah satu perairan paling terpencil di dunia dengan sedikit pemantauan radar. Bila pesawat memasuki area udara di barat laut Asia Tengah, Boeing tersebut akan memasuki wilayah penerbangan tersibuk.
Para ahli berpendapat pesawat tersebut lebih mungkin terbang ke arah barat meskipun tak satu pun koridor udara dikesampingkan dalam penyidikan. China, India, dan Pakistan sudah menyatakan radar dan satelit mereka tak menemukan jejak pesawat Malaysia Airlines yang hilang tersebut.
"Faktor-faktor yang terlibat dalam insiden itu terus bertambah banyak, wilayah pencarian dan penyelamatan terus memperluas, dan level kesulitan meningkat, tapi selama ada satu benang harapan kami akan terus habis-habisan mencari," kata Perdana Menteri China Li Keqiang. (Palupi Annisa Auliani/kompas.com)