Find Us On Social Media :

Cara Sederhana Melihat Kesehatan Bayi: Cukup Lewat Kotorannya

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 16 Mei 2017 | 13:00 WIB

Memandikan bayi tidak perlu memakai waslap.

Kotoran peralihan ini biasanya berwarna hijau agak kecokelatan. Bentuknya encer dan frekuensi keluarnya lebih sering. Kadang kala warna kotorannya hijau terang dan untuk mengeluarkannya bayi sedikit mengejan.

Kotoran bayi yang minum ASI berbeda dengan kotoran bayi yang mendapak susu bubuk. Bayi ASI kotorannya berwarna kuning agak jingga. Baunya khas karena seperti susu asamaton bentuknya mirip mustard.

Kadang-kadang di dalam kotorannya terdapat kepingan-kepingan, seperti biji cabai berwarna hijau. Hal ini merupakan sisa-sisa dari lendir atau kotoran mekonium.

Sedangkan bayi yang mendapatkan susu formula akan mengeluarkan kotoran lebih keras dengan warna lebih gelap. Baunya sudah seperti kotoran orang dewasa.

Bahkan kalau bayi sudah mendapatkan susu formula sejak lahir, ia akan lebih jarang buang kotoran dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI saja. Tetapi 2 – 3 minggu kemudian bayi akan buang air besar 1 – 3 kali sehari.

Kerasnya kotoran bayi susu formula ini lantaran ampas susu formula jauh lebih kasar dibandingkan dengan ampas ASI, sehingga kemungkinan memadat di usus besar lebih banyak.

Kotoran bayi yang mendapat ASI biasanya juga tidak menimbulkan gangguan pada kulit. Tetapi bayi yang diberi susu formula biasanya akan mengalami lipatan paha berwarna kemerahan, bahkan sering sampai lecet.

Kotoran juga dapat dijadikan tanda apakah kesehatannya terganggu atau tidak. Bila banyi menderita sakit, bentuk kotorannya bisa berubah menjadi encer atau berair, warnanya kehitaman dengan bau yang tidak khas (menyengat).

Kotoran itu juga berbusa agak panas, dan tidak lengket. Sementara setiap kali akan buang air besar bayi menangis, gelisah, atau merintih-rintih.

(Baca juga: Untuk Para Perempuan Pekerja Kantoran, Begini Menghilangkan Nyeri karena Memakai Sepatu Hak Tinggi)

Sementara bayi yang sehat diam saja sewaktu buang air dan mengejan. Bila kesehatan terganggu kotoran juga disertai lendir, frekuensi buang air meningkat (sehari bisa 6 – 7 kali) dan bentuknya berubah-ubah.

Seperti disebutkan di atas, setiap kali bayi memasuki tahapan pertumbuhan, juga acap disertai perubahan kotoran. Yang paling khas adalah kotorannya menjadi encer atau mencret dan berbusa.

Hal itu terjadi saat bayi mulai belajar duduk, merangkak, berjalan (berdiri). Perubahan kotoran di fase pertumbuhan (perkembangan gerak) ini tidak perlu dikhawatirkan.

(Baca juga: 15 Fakta Konyol yang Sangat Sulit Dipercaya Namun Benar-benar Terbukti)

Hal itu disebabkan kontraksi berbagai otot anggota gerak atau otot perutnya. Peningkatan kebutuhan energi, membuat bayi sering lapar. Sehingga secara alami terjadi pula kerja pencernaan secara ekstra. Alhasil, tinja pun cenderung berubah-ubah.

Akan tetapi, tidak tertutup kemungkinan pada saat itu bayi mengalami kelelahan fisik. Akibatnya, ia cenderung mengalami demam sebagai efek sampingan perkembangan tersebut. Untuk itu diperlukan makanan tambahan yang benar sesuai usia dan fase pertumbuhannya.

Sementara itu jika terjadi perubahan yang mencurigakan pada kotoran bayi, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter atau bidan terdekat. Jangan berusaha mengatasi sendiri. (Kumpulan Artikel Kesehatan Anak)