Penulis
Intisari-Online.com – Seorang teman memberikan sebuah buku ketika saya sedang hamil anak ke-3. Anak ke-2 lahir dengan cara operasi caesar, sementara anak pertama lahir secara normal. Ketika hamil ini, saya yakin bila saya akan melahirkan secara normal setelah operasi caesar. Nah, buku ini pun menambah keyakinan saya untuk itu.
Dahulu, jika seorang wanita pernah bersalin dengan bedah caesar, ia harus melahirkan semua bayinya kemudian dengan bedah caesar pula. Menurut buku Persalinan Normal Setelah Operasi Cesar, yang ditulis Elizabeth Kaufmann, penerbit BIP, aturan itu tidak berlaku lagi. Dengan adanya persalinan per vaginam setelah bedah caesar atau vaginal birth after cesarean (VBAC), banyak wanita bisa melahirkan bayi secara normal dan aman setelah mereka menjalani bedah caesar.
Alasan seorang ibu harus melahirkan anaknya secara caesar di antaranya karena bayi dalam keadaan sungsang, usia ibu yang lebih tua (antara 30 – 40an tahun), induksi yang gagal, plasenta previa (plasenta tumbuh pada dinding rahim), solusio plasenta (terlepasnya sebagian atau seluruh bagian plasenta dari dinding rahim), prolapsus tali pusat (tali pusat menjulur keluar melalui jalan lahir lebih dahulu), herpes genitalis aktif, serta kelahiran ganda (bayi kembar dua atau lebih).
Satu-satunya alasan yang paling lazim untuk melakukan bedah caesar tetap karena sang ibu pernah menjalani bedah caesar sebelumnya. Walaupun alasan bahwa Anda menjalani bedah caesar sebelumnya mungkin merupakan alasan yang cukup baik untuk menjalani bedah caesar berikutnya, dengan sendirinya alasan ini tak lagi dianggap sebagai alasan medis yang baik.
Jika Anda menerima irisan rahim transversal bawah pada bedah caesar sebelumnya, ini bukanlah alasan medis untuk menjalani bedah caesar pada persalinan berikutnya. Sebagian dokter bahkan melangkah cukup jauh dengan mengatakan bahwa tidak ada alasan mengapa Anda seharusnya diizinkan untuk menjalani bedah caesar sampai ketika Anda telah mencoba menjalani persalinan normal dan persalinan tersebut gagal.
Jika irisan sebelumnya yang dimiliki adalah irisan transversal bawah, panduan dari 1995 ACOG Practice Patterns menganjurkan kepada dokter bahwa Anda seharunya “diberi penyuluhan dan dianjurkan untuk menjalani percobaan persalinan normal” dalam kehamilan Anda yang sekarang, kecuali ada kontraindikasi.
Kemudian bila pernah menjalani bedah caesar lebih dari sekali dengan irisan transversal bawah, sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa risiko bagi Anda dan bayi tidak lebih besar daripada wanita yang sebelumnya menjalani bedah caesar satu kali. Pedoman ini menyarankan percobaan persalinan normal bagi “wanita terpilih” dalam kelompok ini. Jadi, bicarakan lebih dahulu secara mendalam dengan dokter Anda.
Risiko medis yang paling serius dalam VBAC bagi ibu maupun bayi adalah robekan rahim sempurna di lokasi parut. Jika hal ini terjadi, bayi harus dilahirkan segera dengan bedah caesar karena aliran darah ke bayi akan terganggu. Sayangnya, jika robekan ini terlambat ditemukan, bayi atau ibu bisa meninggal dunia. Langkah-langkah harus segera dilakukan untuk memperbaiki rahim ibu dan mencegah kehilangan darah secara berlebihan. Dalam sebagian kasus, histerektomi (pengangkatan rahim) perlu dilakukan karena rahim tidak dapat diselamatkan. Namun, risiko robekan rahim pada wanita dengan irisan bawah yang mencoba VBAC kurang dari 1%.
Risiko VBAC yang tidak terlalu serius adalah pemisahan atau robeknya parut pada rahim, yang terjadi pada 2% wanita dengan irisan transveral bawah. Robekan ini bisa asimptomatik, tanpa rasa nyeri atau perdarahan, dan biasanya diketahui saat pemeriksaan setelah VBAC. Walaupun bisa sembuh sendiri, kalaupun ada terdapat sedikit data mengenai risiko robek tersebut bagi kehamilan selanjutnya.
Jika Anda atau dokter menduga bayi yang dikandung lebih dari 4.000 gram, faktor ini seharusnya tidak boleh menghambat keinginan untuk VBAC. Akan tetapi, semakin besar bayinya, semakin kecil kemungkinan keberhasilan VBAC.
Siapa yang seharusnya tidak mencoba VBAC? Seorang ibu yang mengalami bedah caesar dengan irisan rahim klasik terdahulu merupakan kontraindikasi untuk percobaan persalinan normal. Jenis irisan ini berhubungan dengan tingkat robekan rahim sampai 12%.
Tingkat keamanan VBAC juga tidak dapat ditentukan pada wanita dengan bayi sungsang (bila bokong atau kaki berada dalam posisi akan keluar duluan. Menurut National Center for Health Statistics tahun 1993, 85,2% bayi sungsang dillahirkan dengan bedah caesar, dan posisi sungsang ditemukan pada 14,7& persalinan cesar.
Kontraindikasi lain untuk percobaan persalinan normal setelah bedah cesar sama dengan tidak memungkinkan dilakukannya persalinan per vaginam pada bedah caesar primer. Mencakup gawat janin yang ditemukan sebelumnya, hipertensi, diabetes atau diabetes gestasional, herpes genitalis, eklampsia, hidramnion atau oligohidramnion (cairan ketuban terlalu banyak atau terlalu sedikit). Sebagian besar bedah cesar primer dilakukan setelah persalinan dimulai, timbul komplikasi, dan bayi tidak mau keluar.
Peneliti di New York, yang dipimpin oleh Mortimer G. Rosen, M.D., melakukan sesuatu yang disebut meta-analisis dari 29 penelitian infividual mengenai indikator keberhasilan VBAC. Dari semua penelitian yang dianalisis bersama-sama, mereka mencapai kesimpulan berikut.
Pada akhirnya, pilihan diserahkan kepada calon ibu yang bersiap melahirkan anaknya. Agar dapat melahirkan dengan aman, berkonsultasilah selalu dengan dokter Anda. Lakukan pemeriksaan secara rutin pada kehamilan dan kesehatan Anda, hingga Anda dapat memilih jalan terbaik bagi lahirnya si jabang bayi.