Find Us On Social Media :

Menurut Ilmuwan, di Otak Bagian Inilah Pengalaman Spiritual dan Transendental Terjadi

By Muflika Nur Fuaddah, Minggu, 3 Juni 2018 | 17:00 WIB

Intisari-Online.com- Para ilmuwan memang selalu saja berusaha mengukur segalanya, bahkan hingga pada hal yang tak terlukiskan sekalipun.

Lebih lanjut, pencarian manusia akan makna-makna kehidupan dan kekuatan yang lebih besar daripada manusia pun berubah secara fisik.

Tepatnya pada suatu tempat di otak kita yang mengisolasi dan memproses pengalaman spiritual.

Dilansir dari qz.com, Rabu (30/5/2018), para peneliti di Columbia dan Yale University menjelaskan penemuannya itu.

Baca Juga: Selamat Ulang Tahun Tan Malaka, Pendiri Sekaligus Korban ‘PKI’ yang Pernah Bermimpi tentang Bersatunya Islam di Seluruh Dunia

Mereka mengklaim untuk dapat mengalami pengalaman spiritual, bahkan manusia tidak harus menjadi religius.

Ahli saraf memberi keterangan lebih lanjut bagaimana seseorang dapat menghasilkan pengalaman spiritual "pribadi yang relevan" dalam beragam kelompok subyek.

Yakni dengan memindai otak mereka ketika pengalaman transendental ini terjadi.

Hasilnya menunjukkan bahwa ada "rumah neurobiologi" untuk spiritualitas.

Baca Juga: Sebelum Semakin Parah, Obati Cantengan Lewat 5 Langkah Mudah Ini

Ketika kita merasakan hubungan dengan kekuatan yang lebih besar, bagian tertentu dari otak akan aktif.

Studi ini menunjukkan bahwa ada gambaran umum dan universal untuk spiritualitas.

Penemuan baru ini, kata peneliti , dapat membantu meningkatkan perawatan kesehatan mental seseorang.

Sebelumnya juga telah diadakan penelitian yang memeriksa aktivitas otak para biarawan Budha atau biarawati Katolik.

Baca Juga: Bukan dengan Sedot Lemak, Ini Rahasia Angel Menurunkan Berat Badannya hingga 29 Kg dalam 5 Bulan

"Meskipun penelitian telah menghubungkan langkah-langkah otak tertentu dengan aspek spiritualitas, tidak ada yang berusaha untuk secara langsung memeriksa pengalaman spiritual," jelas studi tersebut.

Pada dasarnya ada banyak jenis momen transenden dengan berbagai tingkat makna bagi orang yang berbeda.

Oleh karenanya akan sulit untuk menguji efek umum spiritualitas.

Jadi untuk penelitian ini, para peneliti menghasilkan skrip individu yang menempatkan setiap subjek dalam keadaan transenden mereka yang relevan.

Baca Juga: Foto-foto Menyayat Hati Si Cantik Razan Al Najjar, Merawat Warga Palestina Meski Dihujani Tembakan Israel

Hasilnya selama dalam keadaan transenden mereka yang bervariasi itu, semua subjek menunjukkan pola aktivitas yang sama dalam korteks parietal.

Yakni bagian otak yang memproses sensasi, orientasi spasial, dan bahasa, serta dianggap mengatur fokus perhatian.

Dengan kata lain, hal yang dapat membuat seseorang mengalami pengalaman transendental, entah itu dengan Tuhan, alam, atau stadion sepak bola, tampaknya memiliki efek yang sama pada otak.

Efeknya pada otak berbeda dari efek bentuk relaksasi lainnya, menurut para peneliti.

Baca Juga: Rutin Makan 6 Siung Bawang Putih Panggang Setiap Hari, Inilah yang Akan Terjadi Pada Anda!

Perubahan-perubahan di otak ini dapat membantu menjelaskan mengapa selama pengalaman spiritual, penghalang antara diri dan orang lain dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali.

Meskipun kita membutuhkan beberapa pemisahan antara diri kita dan orang lain untuk perlindungan dan untuk mengelola realitas, menyingkirkan penghalang secara berkala juga berharga.

Pengalaman spiritual melibatkan 'pergeseran persepsi yang nyata (yang) menyangga efek stres.

Temuan ini menunjukkan bahwa pengalaman transendental dapat terjadi pada setiap orang.

Baca Juga: Karena Jumlah Perawan di China Semakin Menipis di Usia 17 Tahun, Akhirnya Mereka Melakukan Operasi Keperawanan Sebelum Menikah!

Hal ini sekaligus menjelaskan bagaimana hubungan pengalaman transendental dengan kesehatan mental seseorang.

Di luar kesehatan mental, para ilmuwan mempelajari spiritualitas karena pencarian manusia akan makna abadi dan universal.

Ternyata dengan mengembangkan pengalaman spiritual, selain memperkuat kemampuan intelektual, orang dapat menjalani kehidupan yang secara emosional lebih kaya dan mengembangkan pikiran yang lebih terbuka, kata para ilmuwan.

Baca Juga: Inilah Fakta Kehidupan 'Sakral' Kaisar Jepang, Satu-satunya Raja di Dunia yang Masih Bergelar Kaisar