Find Us On Social Media :

Misteri Accident Prone: Orang yang Selalu Sial dan Rentan Celaka

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 30 Januari 2015 | 13:00 WIB

Misteri Accident Prone: Orang yang Selalu Sial dan Rentan Celaka

Intisari-Online.com – Ibarat ombak laut yang tak henti menghantam pantai, demikianlah nasib orang yang accident prone, yang selalu sial dan rentan celaka.  Berbagai masalah silih berganti menimpa. Benarkah ada orang yang sedemikian sial? Mungkin pulakah itu menimpa benda mati?

--

 Life begins at forty, demikian bunyi ujaran. Namun itu tak berlaku bagi Mas Puji (40) yang secara mental merasa lelah. Apa pasalnya?

Bayangkan, dalam beberapa bulan terakhir ia berulang-ulang kehilangan barang-barang berharga yang baru saja dibeli. Telepon genggam, kacamata bermerek, serta jam  tangan barunya lenyap dikutil orang. Semua itu membuatnya enggan keluar rumah.

Tak cuma itu, Puji pun mulai enggan berkendaraan. Tak satu dua kali ia mengalami kecelakaan. Bahkan mobil yang baru satu bulan di tangan dan dibeli dengan fasilitas kredit pun baru-baru ini terhajar mobil lain di jaIan tol.

Serupa tapi  tak sama menimpa bintang film terkenal India Shamserraj Kapoor alias Shammi Kdpoor. "Saya tidak pernah malu untuk mengaku berapa kali telah jatuh dari sepeda, tersandung batu yang membuat kaki saya terkilir, atau mencoba melompati pagar kebun yang membuat lengan kiri saya patah," tuturnyd.

Itu belum seberapa. Sebenarnya ia masih menyimpan daftar panjang kecelakaan, misalnya tergelincir dari sepaturoda yang kembali mematahkan lengan kirinya, terbentur dasar truk saat bersembunyi di kolongnya, beberapa kali jatuh dari kuda dengan punggung terlebih dahulu menimpa tanah, berulang, kali kecelakaan mobil serta berbagai kecelakaan kecil lain. Kecelakaan terus berlanjut, bahkan terjadi secara berturutan.

Accident prone, demikian para korban kesialan yang terus-menerus itu sering disebut; meski sebenarnya istilah ini lebih tepat diterapkan pada pengalaman kecelakaan, bukan kesialan. Lalu apa sebenarnya yang terjadi pada diri mereka?

Kelainan biologis dan psikologis

Para peneliti, sebenarnya suddh cukup lama mencari penjelasan atas istilah accident prone  sejak pertama kali muncul tahun 1918. Para ahli berusaha mencari hubungan antara kepribadian seseorang dengan risiko kecelakaan. Mereka merasa perlu  memahami dan memprakirakan perilaku apa saja yang berisiko. Mereka yakih, bila mengetahui informasi yang benar, orang bisa saja dimotivasi untuk mengatur kemungkinan risiko dengan lebih baik. Bila tahu bahwa faktor biologi atau psikologi tertentu berisiko besar menimbulkan penyakit atau kecelakaan, orang tentu secara teratur akan memodifikasi perilakunya demi beroleh selamat.

Namun, tidak mudah menentukan apakah orang memiliki perilaku yang berisiko. Dari tiap jenis kecelakaan dan kepribadian perlu ada perbedaan yang terukur. Sayangnya, banyak kecelakaan kecil tidak dilaporkan, selain laporan resmi sering tidak memberi informasi rinci tentang peristiwa yang terjadi dengan cepat dan seberapa parah luka atau kerusakan yang terjadi. Informasi dari para pengemudi memang memberi banyak penjelasan, namun bisa menyimpang atau kurang tepat.

Begitupun, sejumlah penelitian beberapa dekade silam berhasil juga memunculkan kesimpulan penyebab psikologis atas risiko kecelakaan.

Faktor pertama adalah lemahnya kemampuan untuk mengubah fokus perhatian dari satu tugas ke tugas lain. Misalnya dari suatu percakapan ke konsentrasi untuk menginjak pedal rem. Meski tidak mengamati langsung di jalan, peneliti yakin hasil simulasi di laboratorium cukup akurat. Hasilnya, kurangnya kemampuan ini berperan dalam mengakibatkan kecelakaan.

Kemampuan memahami medan  jalan dengan cepat. Ini ditandai dengan ketidakmampuan membedakan berbagai bentuk yang saling melekat dalam kesatuan yang kompleks. Orang dengan kelemahan ini – khususnya yang memang berprofesi sebagai supir - biasanya punya cukup banyak  kemungkinan mengalami kecelakaan.

Faktor lain adalah rendahnya kemampuan kognitif. Faktor ini banyak ditunjang oleh kemampuan verbal, penguasaan ruang dan memori. Komponen tertentu diduga lebih kuat pengaruhnya terhadap munculnya risiko kecelakaan daripada yang lain.

Kemampuan untuk memahami akar perilaku mereka yang bisa berakibat kecelakaan di jalan. Ada orang, yang yakin bahwa kontrol ada di dalam diri mereka sendiri. Mereka ini bisa membayangkan seandainya duduk di kursi pengemudi kira-kira tindakan apa yang perlu dilakukan.

Sebaliknya, ada yang meyakini kontrol itu ada di luar diri mereka. Dengan sendirinya, jenis ini merasa tidak punya cukup kemampuan untuk menghindar dari terjadi kecelakaan. Artinya, kecelakaan yang terjadi selalu dipandang sebagai ,akibat dari kekuatan di luar dirinya. Pemikiran demikian akan meningkatkan risiko kecelakaan. Mungkin karena orang dari jenis kedua kurang mau mengantisipasi risiko atau mengambil tindakan pencegahan. Semuanya didasari pada keyakinan, bahwa mereka tidak dapat mengontrol bahaya.

Dilihat dari pembawaan pun, ternyata ada jenis-jenis orang tertentu yang dinilai lebih mudah "menderita" kecenderungan accident prone.

 Orang yang antisosial termasuk jenis yang konsisten mengalami risiko kecelakaan, tanpa memandang apakah itu  hanya kelainan sosial ringan atau yang sudah berkembang penuh. Karakter ini menimbulkan sikap kritis terhadap aturan, kesediaan berbuat curang, jarang merasa menyesal secara mendalam, kurang peduli akan keselamatan, serta impulsif.

Orang ekstrovert, yang lebih suka berinteraksi dengan dunia luar, dan lebih mudah mengeluarkan emosinya, konon, juga jadi lebih mudah mengalami kecelakaan dibandingkan orang introvert. Kaum introvert cenderung mengutamakan nilai untuk mengontrol lingkungan, sehingga lebih waspada saat mengemudi.

Hal serupa juga mudah menimpa orang tipe A yang  sering dihubungkan dengan tingginya risiko terkena serangan jantung. Tipe A yang cenderung senang bersaing dan ambisius termasuk punya risiko tinggi mengalami kecelakaan.

--

Tulisan ini pernah dimuat di Rubrik Maya Intisari edisi Oktober 1999, dengan judul asli Accident Prone, si Rentan Celaka.