Find Us On Social Media :

Misteri Tanda Tangan: Hakim Pun Bisa Menjebloskan Seseorang ke Dalam Penjara karena Tanda Tangan

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 5 Februari 2015 | 18:45 WIB

Misteri Tanda Tangan: Hakim Pun Bisa Menjebloskan Seseorang ke Dalam Penjara karena Tanda Tangan

Intisari-Online.com – Tanda tangan merupakan identitas atau "segel" diri. Secara hukum tanda tangan yang dibubuhkan pada surat penting bisa mewakili diri orang yang bersangkutan. Tanda tangan dianggap lebih bernilai hukum.

--

Betapa penting artinya, sampai sampai hakim pun bisa menjebloskan seseorang ke dalam penjara, selembar kertas cek bisa ditukar dengan uang kontan, dsb. Karena punya arti penting itu (secara hukum bisa mewakili diri seseorang), sehingga muncul tindakan pemalsuan tanda tangan cek atau surat penting lainnya.

Kalau sebuah tanda tangan diragukan keasliannya, menurut John Nimpoeno, bisa muncul tiga kemungkinan. Pertama, tanda tangan itu memang asli (goresan tangan si Ali, misalnya). Kedua, tanda tangan itu palsu tapi mirip yang asli (karena kebetulan penulisnya juga bernama Ali). Ketiga, tanda tangan itu palsu (sengaja dipalsukan atau ditiru dari aslinya).

Repotnya, seseorang bisa saja memalsukan tanda tangannya sendiri. Misalnya ketika menandatangani suatu surat penting, ia membubuhkan tanda tangan yang berbeda dari biasanya. Belakangan ketika ada masalah dengan surat itu, ia mangkir bahwa itu bukan tandan tangannya. Itu namanya tanda tangan “aspal” – asli tetapi palsu.

Menurut John Nimpoeno, ada dua teknik yang bisa diterapkan untuk menentukan palsu-tidaknya sebuah tanda tangan, yaitu teknik mekanis (melibatkan peralatan tertentu) dan psikofisiologis (meminjam kaidah-kaidah yang berlaku dalam grafologi tapi secara terbatas).

Pada teknik analisis psikofisiologis masih dibutuhkan tulisan tangan dari orang yang dianggap sebagai pemilik tanda tangan, dan orang yang dicurigai memalsukan tanda tangan. Tulisan tangan itu dipakai untuk pembanding. Hasil pengamatan cara ini bisa lemah kalau tidak dilakukan oleh psikolog atau grafolog.

Sedangkan pemeriksaan tanda tangan secara mekanis biasanya menggunakan peralatan khusus. Pengamatannya lebih menekankan pada hal-hal berkaitan dengan pemalsuan mekanis.

Memeriksa tanda tangan (misalnya, oleh bank, kehakiman, atau pengadilan) akan menjadi pekerjaan berat bagi si analisis. “Karena sulit untuk menyimpulkan secara mutlak bahwa tanda tangan itu asli atau palsu. Apalagi persoalannya menyangkut untung rugi seseorang. Oleh karena itu, untuk menilai asli atau palsu harus berdasarkan kemungkinan (probabilitas). Misal, tanda tangan itu dinilai 70% asli dan 30% palsu. Dalam hal ini unsur spekulasi tetap ada. Jadi, tidak secara mutlak.”

“Nilai probabilitas tinggi berarti tanda tangan itu ditulis oleh orang yang sma. Probabilitas sedang, masih diragukan. Kalau nilainya rendah, jelas palsu. Penulisnya berbeda.”

Menurut Anna Koren, meski tanda tangan Anda secara garis besar ada kesamaan namun dari puluhan atau bahkan ratusan tandan tangan Anda tidak pernah sama persis, sekalipun itu dibuat pada saat yang relatif sama. Makanya kalau ada dua tanda tangan sungguh identik, bisa jadi satu di antaranya justru palsu.”

Bisa berubah dan diubah

Tak seorang pun mengajarkan bagaimana merancang atau memilih tanda tangan yang cocok untuk Anda. Anda menciptakan sendiri tanda tangan Anda, setelah berkali-kali mencoba corat-coret di kertas kosong. Keragu-raguan dalam membuat tanda tangan muncul ketika remaja.

Seturut jalannya waktu tanda tangan akan mengalami banyak perubahan. Selain faktor usia, ia bisa berubah karena perubahan status (pernikahan atau sosial). Bahkan, menurut Anna Koren, tanda tangan bisa berubah kapan saja, selama yang bersangkutan masih hidup.

Sementara menurut Margaret Gullan-Whur, perubahan mendadak pada tanda tangan mungkin saja disengaja karena ketidakpuasan penampilan tulisan, yang mengungkapkan ketidakpuasan terhadap diri sendiri. Pada remaja hal ini bisa terjadi. Setelah dewasa, sulit untuk mengubah format tanda tangan tanpa mengubah bagian lain.

Perihal tanda tangan diubah, menurut Ny. Nur, boleh-boleh saja, asalkan untuk tujuan baik. Untuk mencari dan membetulkan jalan hidupnya. “Tapi, kalau ganti-ganti tanda tangan untuk tujuan yang tidak benar, karakter orang itu sendiri sudah tidak benar,” katanya.

Masih soal perubahan tanda tangan, John Nimpoeno, berpendapat lain. Ada tanda tangan ruwet nggak terbaca, ada pula yang jelas terbaca namanya. “Itu karena trend saja. Tanda tangan sekarang tendensinya (mesti) terbaca,” jelasnya.

Dulu, tambahnya, tanda tangan cenderung ruwet, njlimet, susah dibaca. Maksudnya supaya susah ditiru atau dipalsukan. Tapi lambat laun mengikuti pola Amerika, di mana tanda tangan umumnya bisa jelas terbaca namanya. Demikian juga pola Jerman. Jadi, wajar kalau ada perubahan dalam gaya tanda tangan.

Kalau ada yang ingin mengubah tanda tangan “Itu haknya. Tapi perubahan tanda tangan nggak akan mengubah orang itu.”

--

Tulisan ini pernah dimuat di Rubrik Maya Intisari edisi April 1997 dengan judul asli Tanda Tangan Kepribadian Anda.