Find Us On Social Media :

Misteri Simpanse Belajar Bahasa: Bukan Hanya Manusia Makhluk Cerdas di Bumi

By K. Tatik Wardayati, Senin, 23 Februari 2015 | 19:30 WIB

Misteri Simpanse Belajar Bahasa: Bukan Hanya Manusia Makhluk Cerdas di Bumi

Intisari-Online.com – Dari beberapa eksperiman bahasa isyarat yang dilakukan oleh para simpanse, ini membuktikan ternyata bukan hanya manusia makluk cerdas di bumi. Manusia tampaknya bukan satu-satunya makhluk yang memiliki inteligensia.

--

Saat bersama keluarga Gardner, Washoe suka sekali bermain boneka( mencuci, mencium, bahkan  mengobrol dengan bahasa isyarat pada boneka-bonekanya. Setelah meninggalkan Universitas Nevada, ia sempat dua kali melahirkan anak, tetapi anaknya meninggal tidak lama setelah lahir.

Saat melahirkan anak kedua, bayinya sempat dibawa ke ruang gawat darurat untuk diberi pertolongan medis namun tetap tak tertolong. Roger Fouts menceritakan bagaimana upayanya memberi tahu berita sedih tersebut kepada Washoe.

"Saya menengoknya pada keesokan harinya. Washoe kelihatan amat sedih dan merasa kesepian. Sebelumnya ia tidak berkomunikasi dengan siapa pun. Begitu saya masuk, ia mendekati saya. Matanya bersinar. Ia mendekati saya sambil berisyarat, 'bayi-gendong-gendong'. Kata itu merupakan pertanyaan. Secara baku ia bertanya, "Di mana bayiku?" Saya pun mengatakan padanya bahwa anaknya sudah meninggal. Bersamaan dengan berita itu, tangan yang mengisyaratkan 'bayi' pelan-pelan turun ke pangkuannya. Kepalanya ditundukkan dan ia berjalan gontai ke pojok ruangan dan tak mau berkomunikasi lagi," cerita Roger Fouts.

"Oleh karena itulah kami lalu mencari penggantinya. Sepuluh hari sejak kematian anak Washoe, kami baru menemukan penggantinya. Simpanse jantan bernama Loulis, usianya 10 bulan."

Keesokan harinya Roger ke tempat Washoe dan memberi isyarat "punya bayi". Segera Washoe bangkit dan dengan antusias memberi isyarat, "Bayi, bayi, bayi." Ia bertepuk tangan, berdiri di atas dua kaki, bulunya berdiri, amat gembira.

Ketika ia memberi isyarat "bayiku", Roger sadar Washoe salah paham. Roger keluar ruangan untuk mengambil Loulis. Roger masuk ke tempat Washoe sambil menggendongnya. Washoe pelan-pelan mendekat. Pada jarak dua atau tiga kaki, ia tampak mengamati bayi yang dipegang Roger. Ia lalu memberi isyarat, "Bayi, bayi, bayi, bayi!" Memandang sejenak bayi simpanse itu, tapi ia tetap duduk. Lalu ia memandang lagi ke atas dan memberi isyarat, "bayi". Rupanya ia menyadari bahwa itu bukan bayinya! "Mana bayiku?" begitu ia bertanya.

Ibu asuh yang mengajari

Tapi malam itu Washoe berusaha ngeloni Loulis. Tapi tak mudah. Setiap kali Washoe mendekat, ia menjauh. Akhirnya pada pukul 04.00 dini hari, Washoe bangkit, berjalan di atas dua kakinya, memukul-mukul jeruji. Sambil memberi isyarat, "Mari peluk". Ia juga bertepuk tangan dan membuat keributan. Ternyata Loulis tanggap juga. Ia langsung meloncat dari tidurnya ke pelukan Washoe! Si ibu mendekapnya dan menidurkannya. Sejak itu ibu dan anak angkat itu tak terpisahkan.

Loulis lahir di sebuah kandang pada The Yerkes Regional Primate Center, Georgia, salah satu tempat penangkaran simpanse untuk kepentingan laboratorium. Induknya dijadikan binatang eksperimen untuk pencangkokan otak, sehingga tak mampu mengasuhnya.

Meskipun kehilangan masa kecil yang bahagia, seperti simpanse yang dibesarkan di laboratorium, Loulis tumbuh baik di bawah asuhan Washoe. Untuk mengevaluasi apakah simpanse mengajar anaknya berbahasa, para peneliti tidak pernah memakai bahasa isyarat di hadapan Loulis selama 5 tahun pertama awal kehidupannya.

Delapan hari setelah bersama Washoe, Louis mulai berkata dengan isyarat. Tidak lama kemudian ia pun mulai "mengoceh" (dengan bahasa isyarat tentunya) seperti ibu asuhnya.

Proyek penelitian membahasakan simpanse ini menemui banyak hambatan. Dana dan penangkaran simpanse selalu menjadi masalah utama. Beberapa simpanse yang  sudah dapat berbahasa isyarat ada yang malah menjadi binatang percobaan medis lagi. Lebih-lebih saat AIDS jadi perhatian dunia.  Untunglah simpanse kemudian dianggap tidak cocok untuk tes AIDS setelah ratusan simpanse ditulari HIV namun tidak juga berkembang menjadi AIDS. Hanya saja, para simpanse yang telah ditulari HIV itu juga merupakan masalah lagi. Akan dikemanakan mereka?

Ada upaya untuk melepaskan simpanse ke kehidupan bebas di hutan. Namun muncul beberapa kendala.  Simpanse yang telah ditangkap sudah tak terbiasa hidup mandiri.

Pasangan Fouts yang prihatin akan masa depan Washoe dan Loulis lalu membawa keduanya pindah pada tahun 1980 ke Institut Komunikasi Simpanse dan Manusia di Central Washington University di Ellensberg, Washington.

Lima simpanse dewasa yang bisa berbahasa isyarat tinggal di tanah seluas 650m2. Para simpanse, kira-kira bertinggi tubuh lima kaki dengan berat 150 pon kini dilindungi haknya oleh Yayasan Teman-teman  Washoe, sebuah organisasi nirlaba yang bermaksud memelihara kehidupan simpanse. Mereka beruntung, karena tidak perlu bergabung dengan 1.400 saudara mereka yang  tersebar sebagai binatang percobaan di Amerika Serikat, yang menanti kematian di kerangkeng sempit atas nama ilmu pengetahuan.

Eksperimen bahasa oleh kera besar - juga terus dijalankan di Amerika Serikat dan Jepang. Beberapa mempergunakan ASL, namun ada juga yang mempergunakan variasi kode bahasa yang lain termasuk komputer dan leksigram. Washoe dan keluarganya telah membuktikan, ternyata bukan cuma manusia  makhluk cerdas di bumi. (TXF/Als)

--

Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Intisari edisi November 1997 dalam rubrik Maya dengan judul asli Andaikata Simpanse Punya Pita Suara.