Find Us On Social Media :

Menguak Rahasia Histeria Massa

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 4 Maret 2015 | 18:30 WIB

Menguak Rahasia Histeria Massa

dan menyebar dengan cepat. Secepat penyebaran, secepat itu pula pemulihannya. Namun, menurut Ruth Engs, korban dapat kambuh dengan menampilkan gejala baru setelah pulih dari episode sebelumnya.

Rangsangan biasanya dikenali korban sebagai gas atau bahan kimia beracun, polusi lingkungan, gigitan serangga. Ada juga korban yang “merasa” sakit setelah melihat korban lain, atau berada di bawah tekanan fisiologis atau psikologis (entah berupa udara panas, kerumunan orang, bosan, atau faktor lain), serta perasaan kurang mendapat dukungan emosi atau sosial.

Gejala histeria massa pun sangat bervariasi. Namun indikator umumnya berupa pusing, sakit kepala, pingsan, gemetar, perasaan hampa, merasa kepanasan atau kedinginan, beraneka macam nyeri, kaku otot, terengah-engah, tenggorokan sesak, mual, dan muntah. Bahkan kadang ada yang menggelepar-gelepar dan ganti kepribadian – misalnya berbicara dengan suara atau bahasa aneh mirip kesurupan, meski dua kasus terakhir sangat jarang.

Hamil histeria

Histeria mempunyai beberapa makna yang berbeda. Arti sehari-hari adalah hilang kontrol terhadap kesadaran diri, gerakan dan perilaku. Misalnya, orang yang menangis histeris karena kehilangan orang yang amat dicintai. Bagi yang melihat hal itu mungkin memalukan, namun bagi si pelaku cara itu sangat membantu melepaskan tekanan emosinya.

Makna lain, kehilangan kontrol plus munculnya kekuatan pikiran untuk menghasilkan gejala serupa penyakit akibat serangan bakteri atau virus. Salah satu kasus adaldh pseudocyesis (hamil palsu), yang banyak terjadi di pertengahan abad XX. Penderitanya menampilkan gejala kehamilan normal, mulai dari mual-mual  di pagi hari, berhenti datang bulan, payudara membengkak, perut membesar, hingga sakit melahirkan. Namun, sekarang kasus ini jarang terjadi, karena sudah banyak alat untuk  mengklarifikasikan suatu kehamilan.

Bila jenis yang pertama dianggap sebagai perilaku menyimpang akibat, cetusan mental atau emosi, maka jenis kedua adalah penyakit yang disebut neuromimesis. Istilah itu pernah digunakan para dokter, bahkan bisa ditemukan dalam kamus kedokteran. Maka muncullah dugaan penyebabnya lebih terpusat di pikiran dan kejiwaan.

--

Tulisan ini pernah dimuat di Intisari edisi Agustus 1999 dalam rubrik Maya dengan judul asli Menguak Rahasia Histeria Massa.