Find Us On Social Media :

Menguak Rahasia Histeria Massa

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 4 Maret 2015 | 18:30 WIB

Menguak Rahasia Histeria Massa

Intisari-Online.com – Histeria massa, gambaran apa yang melintas di benak Anda seketika mendengar dua kata itu? Ternyata, tak semudah disebut, histeria massa masih menyimpan sejumlah misteri. Mulai dari penyebabnya hingga penularannya. Mari, kita menguak rahasia histeria massa.

--

Anda tentu tentu masih ingat kasus dioksin beberapa tahun lalu. Untungnya, pemerintah segera melansir daftar makanan yang dilarang dan ditahan untuk sementara waktu. Seandainya  tindakan itu tidak dilakukan, bisa dibayangkan masyarakat akan bingung menentukan makanan yang aman dikonsumsi. Belum lagi kalau sampai muncul "korban" dengan sejumlah gejala keracunan. Bisa-bisa terjadi keadaan yang disebut histeria massa.

Di masyarakat kita hal itu sudah beberapa kali terjadi. Untuk menyebut beberapa contoh, kasus minyak babi dalam mi instan, aksi borong sembako, serta biskuit beracun. Jadi, jangan keliru menafsirkan histeria massa hanya terjadi dalam pertunjukan akbar, macam show musik cadas.

Dukun harus histeris

Meski baru diidentifikasi 30 tahun silam, kasus ini sudah muncul sepanjang sejarah. Pertama pada tahun 400 SM. Di banyak masyarakat primitif, keadaan histeria justru mendapat tempat istimewa. Calon dukun biasanya dipilih karena mudah histeris. la dituntut bisa trance, karena dalam kondisi demikian ia dianggap bisa mendapat petunjuk dari dunia roh.

Hal itu berlangsung hingga abad III SM, saat Hippocrates mendiagnosis histeria sebagai penyakit; bukan hadiah dari dewa.

Sampai berabad-abad kernudian, histeria massa malah dianggap sebagai gejala kerasukan setan karena gadis pemuja ilmu sihir rata-rata menderita penyakit kejiwaan.

Tanpa bukti penyebab fisik

Histeria massa sering dianggap sebagai kondisi di mana suatu atau sejumlah gejala muncul tanpa penyebab fisik yang nyata; gejala ini menular dengan cepat di antara sekelompok orang. Pendapat itu didukung Ruth Engs, profesor ilmu kesehatan terapan dari Universitas Indiana, AS, yang menyebut, kurangnya bukti fisik beracun sebagai karakter utama dalam kasus-kasus histeria massa. "Sejumlah gejala, bila muncul tanpa penyebab nyata, kemungkinan adalah histeria massa," ujarnya.

Namun, sebelum memutuskan apakah kasus tertentu histeria massa atau bukan, tentu harus ditentukan ada/tidaknya pemicu fisik. Soalnya, kasus serupa histeria massa dapat dipicu terutama oleh uap beracun yang muncul di lingkungan, seperti bahan kimia pembersih, bau garam, gas, atau polutan, baik kimiawi maupun berasal dari alam lingkungan.

"Ada suatu kasus di mana 17 murid remaja dan empat guru jatuh sakit karena uap beracun di kelas mereka," Engs memberi contoh. Serangan dengan gejala dramatis itu biasanya datang mendadak