Penulis
Intisari-Online.com – Histeria massa, gambaran apa yang melintas di benak Anda seketika mendengar dua kata itu? Ternyata, tak semudah disebut, histeria massa masih menyimpan sejumlah misteri. Mulai dari penyebabnya hingga penularannya. Mari, kita menguak rahasia histeria massa.
--
Anda tentu tentu masih ingat kasus dioksin beberapa tahun lalu. Untungnya, pemerintah segera melansir daftar makanan yang dilarang dan ditahan untuk sementara waktu. Seandainya tindakan itu tidak dilakukan, bisa dibayangkan masyarakat akan bingung menentukan makanan yang aman dikonsumsi. Belum lagi kalau sampai muncul "korban" dengan sejumlah gejala keracunan. Bisa-bisa terjadi keadaan yang disebut histeria massa.
Di masyarakat kita hal itu sudah beberapa kali terjadi. Untuk menyebut beberapa contoh, kasus minyak babi dalam mi instan, aksi borong sembako, serta biskuit beracun. Jadi, jangan keliru menafsirkan histeria massa hanya terjadi dalam pertunjukan akbar, macam show musik cadas.
Dukun harus histeris
Meski baru diidentifikasi 30 tahun silam, kasus ini sudah muncul sepanjang sejarah. Pertama pada tahun 400 SM. Di banyak masyarakat primitif, keadaan histeria justru mendapat tempat istimewa. Calon dukun biasanya dipilih karena mudah histeris. la dituntut bisa trance, karena dalam kondisi demikian ia dianggap bisa mendapat petunjuk dari dunia roh.
Hal itu berlangsung hingga abad III SM, saat Hippocrates mendiagnosis histeria sebagai penyakit; bukan hadiah dari dewa.
Sampai berabad-abad kernudian, histeria massa malah dianggap sebagai gejala kerasukan setan karena gadis pemuja ilmu sihir rata-rata menderita penyakit kejiwaan.
Tanpa bukti penyebab fisik
Histeria massa sering dianggap sebagai kondisi di mana suatu atau sejumlah gejala muncul tanpa penyebab fisik yang nyata; gejala ini menular dengan cepat di antara sekelompok orang. Pendapat itu didukung Ruth Engs, profesor ilmu kesehatan terapan dari Universitas Indiana, AS, yang menyebut, kurangnya bukti fisik beracun sebagai karakter utama dalam kasus-kasus histeria massa. "Sejumlah gejala, bila muncul tanpa penyebab nyata, kemungkinan adalah histeria massa," ujarnya.
Namun, sebelum memutuskan apakah kasus tertentu histeria massa atau bukan, tentu harus ditentukan ada/tidaknya pemicu fisik. Soalnya, kasus serupa histeria massa dapat dipicu terutama oleh uap beracun yang muncul di lingkungan, seperti bahan kimia pembersih, bau garam, gas, atau polutan, baik kimiawi maupun berasal dari alam lingkungan.
"Ada suatu kasus di mana 17 murid remaja dan empat guru jatuh sakit karena uap beracun di kelas mereka," Engs memberi contoh. Serangan dengan gejala dramatis itu biasanya datang mendadak
dan menyebar dengan cepat. Secepat penyebaran, secepat itu pula pemulihannya. Namun, menurut Ruth Engs, korban dapat kambuh dengan menampilkan gejala baru setelah pulih dari episode sebelumnya.
Rangsangan biasanya dikenali korban sebagai gas atau bahan kimia beracun, polusi lingkungan, gigitan serangga. Ada juga korban yang “merasa” sakit setelah melihat korban lain, atau berada di bawah tekanan fisiologis atau psikologis (entah berupa udara panas, kerumunan orang, bosan, atau faktor lain), serta perasaan kurang mendapat dukungan emosi atau sosial.
Gejala histeria massa pun sangat bervariasi. Namun indikator umumnya berupa pusing, sakit kepala, pingsan, gemetar, perasaan hampa, merasa kepanasan atau kedinginan, beraneka macam nyeri, kaku otot, terengah-engah, tenggorokan sesak, mual, dan muntah. Bahkan kadang ada yang menggelepar-gelepar dan ganti kepribadian – misalnya berbicara dengan suara atau bahasa aneh mirip kesurupan, meski dua kasus terakhir sangat jarang.
Hamil histeria
Histeria mempunyai beberapa makna yang berbeda. Arti sehari-hari adalah hilang kontrol terhadap kesadaran diri, gerakan dan perilaku. Misalnya, orang yang menangis histeris karena kehilangan orang yang amat dicintai. Bagi yang melihat hal itu mungkin memalukan, namun bagi si pelaku cara itu sangat membantu melepaskan tekanan emosinya.
Makna lain, kehilangan kontrol plus munculnya kekuatan pikiran untuk menghasilkan gejala serupa penyakit akibat serangan bakteri atau virus. Salah satu kasus adaldh pseudocyesis (hamil palsu), yang banyak terjadi di pertengahan abad XX. Penderitanya menampilkan gejala kehamilan normal, mulai dari mual-mual di pagi hari, berhenti datang bulan, payudara membengkak, perut membesar, hingga sakit melahirkan. Namun, sekarang kasus ini jarang terjadi, karena sudah banyak alat untuk mengklarifikasikan suatu kehamilan.
Bila jenis yang pertama dianggap sebagai perilaku menyimpang akibat, cetusan mental atau emosi, maka jenis kedua adalah penyakit yang disebut neuromimesis. Istilah itu pernah digunakan para dokter, bahkan bisa ditemukan dalam kamus kedokteran. Maka muncullah dugaan penyebabnya lebih terpusat di pikiran dan kejiwaan.
--
Tulisan ini pernah dimuat di Intisari edisi Agustus 1999 dalam rubrik Maya dengan judul asli Menguak Rahasia Histeria Massa.