Find Us On Social Media :

Siapa Bilang Tarot untuk Meramal?

By Agus Surono, Kamis, 23 Februari 2017 | 15:30 WIB

Tarot, Bukan Untuk Meramal

Intisari-Online.com - Tarot memang hanya sekumpulan kartu-kartu bergambar. Tapi bagi orang yang tengah bingung menentukan pilihan atau punya masalah, tarot bisa membantu menemukan solusinya. Betulkah tarot bisa untuk meramal?

Dunia ramal meramal tak jarang menjadi solusi memecahkan masalah kehidupan. Ada banyak masalah, ada banyak metode meramal. Dari teh, anggur merah, buah, bunga hingga kartu tarot. Di antara berbagai ''alat bantu'' itu, penggunaan (kartu) tarot merupakan yang terbanyak. Di Jakarta tarot tidak malu-malu lagi hadir di mal, pesta pernikahan, atau acara-acara besar sebuah perusahaan.

Pilihan pada tarot sangat masuk akal karena klien dapat langsung "membuktikan" dan melihat apa yang dikatakan petarot lewat gambar-gambar yang keluar pada kartu. Begitu seterusnya sampai penanya puas dan lega. Tarot memberi jawaban cepat, mudah dicerna, dan dapat segera diaplikasikan saat tersandung masalah.

Bagi Ani Sekarningsih, tarot bukan semata-mata kartu ramal tetapi lebih merupakan rambu-rambu lalu-lintas. Ibarat pengemudi, petarot dapat membaca rambu-rambu itu, bagaimana sifat seseorang, peruntungan, tahun-tahun yang harus harus diwaspadai, dan langkah yang harus diambil. Dengan begitu kita diantar ke tujuan dengan risiko sekecil-kecilnya. Bahkan Ani dapat mendeteksi peluang kesembuhan penyakit.

Sesuai namanya, tarot  berarti jalan utama hidup.  Tapi jangan menganggap tarot identik dengan hal yang berbau mistik/gaib. "Salah besar kalau untuk memberi konsultasi klien, petarot harus membaca surat Al Jin," kata Ani Sekarningsih, Grand Master Tarot Indonesia yang juga membuka kursus tarot di padepokan Tarot di Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Tak lupa Ani pun mengutip dua tokoh psikoanalisa C Gustav Jung dan Sigmund Freud yang mengakui bahwa  tarot adalah salah satu kiat yang cukup manjur untuk menentramkan kegelisahan, kecemasan, dan mengembalikan kepercayan diri seseorang.

Ani Sekarningsih, Vincent Liong, Leo Rimba, Ann Sinclair, Kenny merupakan beberapa saja dari petarot yang dikenal. Dengan bantuan media kartu tarot kelima petarot di atas dapat mewacana atau memproyeksikan nasib atau peruntungan seorang klien di masa datang, yang dihubungkan dengan keadaan sekarang dan sifat klien tersebut.    

Proses pada saat sedang mewacanakan tarot dari seorang klien, berawal ketika klien melontarkan pertanyaan kepada petarot. Tak lama kemudian, petarot akan mengocok kartu tarot dan menebarkannya di meja, sebelum menyuruh kliennya mengambil satu kartu. Lalu petarot akan mengambil dua kartu dari masing-masing ujung tumpukan kartu. Tiga kartu tersebut kemudian dibuka untuk melihat gambarnya.

Ya, memang hanya ada tiga buah gambar yang bagi orang awam sulit dimengerti. Tapi bagi petarot, gambar pada kartu-kartu tersebut merupakan lambang-lambang yang dapat ia terjemahkan. Lambang-lambang itu ibarat penuntun petarot untuk mengetahui siapa kliennya dan gambaran kejadian di depan, sehingga ia dapat memberi jalan keluar.

Jumlah kartu yang ditebar bervariasi. Antara tiga hingga sebelas. Caranya setiap pertanyaan, penanya mengambil satu kartu dari kocokan seluruh kartu yang ditebar. Ada pula yang langsung memilah 11 kartu membaca apa yang dikatakan kesebelas kartu tersebut. Namun bisa pula langsung banyak kartu seperti yang dilakukan Ann Sinclair, petarot kelahiran Australia yang sudah menjadi WNI ini.

"Untuk melihat latar belakang klien itu mudah, tetapi untuk mencari solusi atau jalan keluar dari permasalahan klien, hal itu yang sulit. Kalau susah memberikan jalan keluar, harus memberikan alternatif-alternatif yang visibel untuk klien,'' tutur Leo yang biasa praktek di kafe Wien, Plaza Senayan itu. Leo meramal bukan berdasarkan hal yang klenik, tapi berdasarkan hal yang ilmiah. Dalam meramal, ia menggunakan ilmu psikologi secara rasional, dengan memproyeksikan hari ini untuk masa depan. Bila hasil proyeksi tersebut jelek, dia akan menyarankan kepada klien untuk merubahnya dengan merubah kebiasaan hidup atau kebiasaan kerja.

Rata-rata orang yang datang ke petarot memiliki pertanyaan pada bisnis, karier, asmara, hingga jodoh."Jarang ditanyakan karena mungkin tidak penting dibandingkan dengan uang. Padahal Tarot dasarnya spriritual," ungkapnya. Hal yang sama diungkapkan lebih Ani Sekarningsih dan Ann Sinclair. Ketiga petarot ini memang merasa perlu untuk membuat kliennya menjadi lebih spiritual. Tanpa diminta Ann akan menuntun kliennya untuk memahami kehidupan spiritualnya.

Leo merasa perlu meluruskan pengertian hakiki tentang tarot bahwa segala ramalan atau divination itu bukanlah tujuan utama dari praktik yang satu ini. Tujuan utamanya adalah kultivasi watak. Watak yang berubah atau diubahkan. Tarot adalah suatu sistem psikologi, suatu sistem ilmu jiwa yang tujuannya adalah agar manusia bisa sadar bahwa apa yang dihadapinya saat ini adalah konsekwensi dari apa yang telah diputuskan dan dilakukannya di masa lalu. Kalau itu diproyeksikan ke masa depan, jadilah ramalan atau divination -- walaupun tidak semua yang diproyeksikan ke masa depan itu harus dijalani.

"Takdir dalam arti bahwa masa depan adalah sesuatu yang telah ditetapkan sebelumnya adalah suatu salah kaprah. Masa depan, untuk sebagian besar, bersifat pilihan. Kita bisa memilih jalan mana yang akan kita ambil. Apabila sesuai dengan tujuan, ambillah. Apabila tidak, tidak ada yang memaksa. Tuhan tidak memaksa kita untuk menjalani sesuatu yang tidak kita inginkan," papar Leo yang sebagian kliennya kaum ekspatriat ini.

Dalam melihat banyak kemungkinan itu, Leo pun akan berterus-terang dengan "penglihatannya" itu. Tinggal klien-lah yang memilih sendiri. "Pada prinsipnya saya hanya membantu menerjemahkan peluang-peluang tersebut. Bila klien masih belum puas, saya terus menuntunnya hingga mereka betul-betul puas sehingga bisa pulang dengan lega. Tidak ada lagi pertanyaan yang menganjal."

Untuk satu pertanyaan, klien dipersilakan mengambil satu kartu. Kalau belum puas, petarot akan menyuruh mengambil lagi. Begitu seterusnya, klien punya kesempatan bertanya hingga kartu habis. Apabila dalam beberapa pertanyaan klien sudah puas, konsultasi pun selesai. Tak soal kartu habis atau tidak. "Yang paling penting, klien puas," tegas Leo, lulusan Master of Bisnis Administration dari Universitas Pennsylavia ini.

Kepuasan klien memang jadi prioritas. Kelima petarot tersebut tidak ingin mempermainkan orang yang tengah punya masalah. "Saya memberi jawaban apa adanya. Sebisa mungkin orang melihat masalahnya jadi mudah. Jadi ia tidak perlu datang berkali-kali untuk konsultasi masalah yang sama," aku Vincent Liong. Hal yang sama diakui Kenny, petarot muda yang membuka konsultasi di Twillite Café Kemang. Beberapa waktu lalu ia mengeluhkan salah seorang kliennya yang hampir setiap waktu minta konsultasi setiap ada masalah. "Mungkin selama ini ia cocok dengan ramalan saya. Tapi saya tidak menyangka ia jadi tak percaya diri hingga untuk hal-hal yang kecil pun harus orang lain yang memecahkannya," aku Kenny yang ini menggunakan manajer untuk mengatur jadwal konsultasi.

Baik Leo, Vincent,  Kenny, dan Ann mengakui bahwa ketika memberi konsultasi membutuhkan konsentrasi yang lumayan inggi. Biasanya selesai satu sesi meramal,  badan mereka menjadi lelah. Terlebih jika masalah kliennya berat. "Kami seperti menarik energi-energi negatif yang ada di tubuh pasien," ujar mereka senada.

Walau dipercaya sebagai sebuah solusi dan ramalan, jawaban kartu tarot hanya sebuah kecenderungan saja. Tarot tak dapat memberikan jawaban yang bersifat mutlak. Sebab tarot digunakan bukan untuk meramal, sebagaimana orang mengetahuinya hingga kini. Yang betul, tarot digunakan untuk membantu kita memahami dan merenungkan suatu permasalahan yang kadang kala tidak dapat diselesaikan secara logis/mengandalkan penalaran. Dengan perenungan tersebut bertujuan agar seseorang mampu menganalisa permasalahan untuk memperoleh solusi-solusi terbaik.

Leo kurang setuju apa yang diberikan kepada kliennya merupakan sugesti. "Bagi saya tepatnya pilihan. Semua nilai-nilai positif pada beberapa peluang di masa datang saya beberkan, tinggal yang bersangkutan memilih yang mana. Jadi kalau ia sukses, itu berkat konsekuensi pilihan yang ia pilih sebelumnya. Kalau masih bingung, saya bantu lagi sampai si penanya puas. Intinya, saya arahkan agar penanya fokus pada pilihannya," ujar Leo, lulusan Jurusan Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ini.

Artinya pula,  jawaban yang ia berikan tidak bersifat mutlak. Semua bisa berubah jika manusia inginmengubahnya. "Jika yang saya lihat tidak menyenangkan, maka besar kemungkinan gambaran itu tidak terjadi jika klien saya mau mengubah nasibnya lewat usahanya sendiri. Manusia bisa menghindari nasib dan membuat nasib baiknya," terangnya.