Find Us On Social Media :

Siapa Bilang Tarot untuk Meramal?

By Agus Surono, Kamis, 23 Februari 2017 | 15:30 WIB

Tarot, Bukan Untuk Meramal

"Takdir dalam arti bahwa masa depan adalah sesuatu yang telah ditetapkan sebelumnya adalah suatu salah kaprah. Masa depan, untuk sebagian besar, bersifat pilihan. Kita bisa memilih jalan mana yang akan kita ambil. Apabila sesuai dengan tujuan, ambillah. Apabila tidak, tidak ada yang memaksa. Tuhan tidak memaksa kita untuk menjalani sesuatu yang tidak kita inginkan," papar Leo yang sebagian kliennya kaum ekspatriat ini.

Dalam melihat banyak kemungkinan itu, Leo pun akan berterus-terang dengan "penglihatannya" itu. Tinggal klien-lah yang memilih sendiri. "Pada prinsipnya saya hanya membantu menerjemahkan peluang-peluang tersebut. Bila klien masih belum puas, saya terus menuntunnya hingga mereka betul-betul puas sehingga bisa pulang dengan lega. Tidak ada lagi pertanyaan yang menganjal."

Untuk satu pertanyaan, klien dipersilakan mengambil satu kartu. Kalau belum puas, petarot akan menyuruh mengambil lagi. Begitu seterusnya, klien punya kesempatan bertanya hingga kartu habis. Apabila dalam beberapa pertanyaan klien sudah puas, konsultasi pun selesai. Tak soal kartu habis atau tidak. "Yang paling penting, klien puas," tegas Leo, lulusan Master of Bisnis Administration dari Universitas Pennsylavia ini.

Kepuasan klien memang jadi prioritas. Kelima petarot tersebut tidak ingin mempermainkan orang yang tengah punya masalah. "Saya memberi jawaban apa adanya. Sebisa mungkin orang melihat masalahnya jadi mudah. Jadi ia tidak perlu datang berkali-kali untuk konsultasi masalah yang sama," aku Vincent Liong. Hal yang sama diakui Kenny, petarot muda yang membuka konsultasi di Twillite Café Kemang. Beberapa waktu lalu ia mengeluhkan salah seorang kliennya yang hampir setiap waktu minta konsultasi setiap ada masalah. "Mungkin selama ini ia cocok dengan ramalan saya. Tapi saya tidak menyangka ia jadi tak percaya diri hingga untuk hal-hal yang kecil pun harus orang lain yang memecahkannya," aku Kenny yang ini menggunakan manajer untuk mengatur jadwal konsultasi.

Baik Leo, Vincent,  Kenny, dan Ann mengakui bahwa ketika memberi konsultasi membutuhkan konsentrasi yang lumayan inggi. Biasanya selesai satu sesi meramal,  badan mereka menjadi lelah. Terlebih jika masalah kliennya berat. "Kami seperti menarik energi-energi negatif yang ada di tubuh pasien," ujar mereka senada.

Walau dipercaya sebagai sebuah solusi dan ramalan, jawaban kartu tarot hanya sebuah kecenderungan saja. Tarot tak dapat memberikan jawaban yang bersifat mutlak. Sebab tarot digunakan bukan untuk meramal, sebagaimana orang mengetahuinya hingga kini. Yang betul, tarot digunakan untuk membantu kita memahami dan merenungkan suatu permasalahan yang kadang kala tidak dapat diselesaikan secara logis/mengandalkan penalaran. Dengan perenungan tersebut bertujuan agar seseorang mampu menganalisa permasalahan untuk memperoleh solusi-solusi terbaik.

Leo kurang setuju apa yang diberikan kepada kliennya merupakan sugesti. "Bagi saya tepatnya pilihan. Semua nilai-nilai positif pada beberapa peluang di masa datang saya beberkan, tinggal yang bersangkutan memilih yang mana. Jadi kalau ia sukses, itu berkat konsekuensi pilihan yang ia pilih sebelumnya. Kalau masih bingung, saya bantu lagi sampai si penanya puas. Intinya, saya arahkan agar penanya fokus pada pilihannya," ujar Leo, lulusan Jurusan Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ini.

Artinya pula,  jawaban yang ia berikan tidak bersifat mutlak. Semua bisa berubah jika manusia inginmengubahnya. "Jika yang saya lihat tidak menyenangkan, maka besar kemungkinan gambaran itu tidak terjadi jika klien saya mau mengubah nasibnya lewat usahanya sendiri. Manusia bisa menghindari nasib dan membuat nasib baiknya," terangnya.