Find Us On Social Media :

Madu Racun Romansa di Kantor

By Agus Surono, Rabu, 17 Oktober 2012 | 19:39 WIB

Madu Racun Romansa di Kantor

Bagi pelakunya, berselingkuh bisa jadi menyenangkan, membangkitkan semangat, dan menantang. Namun, semua itu bukan tanpa risiko. Kalau perselingkuhan itu ketahuan, bukan tak mungkin keutuhan rumah tangga akan terkoyak. Atau jabatan di tempat kerjanya bakal dicopot, seperti yang nyaris dialami Bill Clinton.

Untuk mengetahui pasangan berselingkuh memang tidak harus lewat melihat dengan mata kepala sendiri. Seseorang sering kali bisa mengetahui pasangannya berselingkuh, meski tak selalu diungkapkan, hanya berdasarkan firasat. Pasalnya, di antara suami-istri biasanya telah terbangun kedekatan emosi.

Perasaan "curiga" bisa timbul, misalnya, ketika pihak yang berselingkuh tanpa sadar memberi perhatian berlebihan, yang tidak biasa, pada pasangannya. Ini untuk menutupi rasa bersalahnya pada pasangan. "Rasa bersalah kadang muncul ketika sedang berkumpul bersama keluarga. Entah karena rasa bersalah itu, saya jadi lebih memperhatikan suami dan dua anak saya," ungkap Dini.

Itu setali tiga uang dengan pria peselingkuh. Selain lebih perhatian pada pasangan, ia juga lebih memperhatikan penampilannya. Lebih merawat diri dan menghabiskan waktu lebih lama untuk berdandan. Persislah dengan orang sedang jatuh cinta!

Dalam banyak hal, cinta pada pasangan dan keterikatan pada keluarga membuat pria umumnya tak terlalu berminat membina hubungan serius dengan pasangan selingkuhnya. Sebaliknya, wanita yang punya "hubungan" di luar rumah tangga, banyak yang sulit melepaskan diri dari pasangan selingkuhnya. Pasalnya, kebanyakan wanita melibatkan emosinya di sana.

Lalu bagaimana caranya menghindari jerat perselingkuhan? "Ketika sudah menikah, dua orang yang saling mencintai sebaiknya berusaha untuk mengimbangi wawasan dan cara berkomunikasi. Termasuk dengan lingkungannya yang terus berubah," kata Pamugari.

Pasangan yang tinggal di rumah terkadang lupa ikut mengembangkan diri, sebagaimana pasangannya yang bekerja. Akibatnya, terjadilah kesenjangan antara keduanya. "Setiap pasangan harus terus mengembangkan diri untuk menunjukkan penghargaan pada diri sendiri," pesan Pamugari.

Menerima kelebihan dan kekurangan pasangan merupakan keharusan setelah seseorang menjalin komitmen seumur hidup dengan orang lain. "Jadi, ketika pasangan sedang down, sebaiknya kita yang menjadi pemompa semangat. Kita pula yang ikut dibanggakan, ketika pasangan kita meraih prestasi."

Ketika menghadapi masalah, sebaiknya dipecahkan bersama. Selalu ingat pada komitmen berdua dan keluarga akan mengikat setiap pasangan untuk menyelesaikan masalah bersama di rumah. Atau, dengan bantuan profesional. Bukan dengan orang yang bukan ahlinya di luar rumah, termasuk teman kerja. Secara matematis, keuntungan melibatkan orang luar dalam menyelesaikan persoalan internal rumah tangga bisa jadi hanya sedikit, tetapi kerugiannya bisa lebih banyak.

Kalaupun perselingkuhaan tetap terjadi, penyelesaian dengan kepala dingin sebaiknya tetap dikedepankan. Perbuatan ini memang menimbulkan sakit hati pada pihak yang dikhianati. Namun, ia tetap harus bisa mempertahankan harga diri dan mampu mengendalikan diri. Amarah berlebihan justru bisa membuatnya kehilangan "nilai" terhadap saingannya.

"Memang sulit untuk menerima kembali pasangan yang telah berselingkuh," kata Pamugari. Meski tampaknya kaum pria lebih mudah menerima kembali istrinya dibandingkan dengan wanita untuk menerima suaminya - yang berselingkuh.

"Begitu mengetahui pasangannya berselingkuh, dalam pikiran seorang wanita akan selalu muncul bayang-bayang suaminya tengah bermesraan dengan wanita lain. Akibatnya, ia jadi sulit mesra, dingin pada suaminya," ungkap Pamugari.

Mengungkit-ungkit masalah, apalagi jika pasangan sudah menyesali perbuatannya, juga akan menambah runyam persoalan. Bahkan, tindakan itu bisa membuat pasangan kembali terjerumus untuk memenuhi dakwaan pasangannya (self fulfilling prophecy).

"Jadi, selain memaafkan, pasangan hidup sebaiknya kembali membangun komunikasi, rasa menghargai, rasa saling percaya, dan toleransi dengan pasangan," jelas Pamugari.

Selingkuh memang menantang. Namun, kalau mau objektif menilai, upaya untuk tetap setia dan cinta pada pasangan sah, ternyata jauh lebih menantang! (Kumpulan Artikel Psikologi 2)