Adara Taista Diduga Meninggal Karena Kanker Kulit: Buah 'Murahan' Ini Mampu Turunkan Risiko Kanker Kulit Hingga 50%

Ade Sulaeman

Penulis

Intisari-Online.com –Adara Taista, menantu politisi Hatta Rajasa meninggal dunia diRumah Sakit Moriyama Memorial Tokyo.

Belakangan diketahui Adara meninggal dunia karena mengidap kanker kulit.

Untungnya, meski sangat berbahaya, bahkan mematikan, ternyata risiko terjadinya penyakit ini dapat ditekan dengan mengonsumsi buah yang umum dimakan masyarakat Indonesia.

Berikut ini uraiannya.

Baca juga:Adara Taista Diduga Meninggal Karena Kanker Kulit: Jumlah Tahi Lalat di Tubuh Kita Ternyata Bisa Deteksi Penyakit itu

Mengonsumsi makanan yang kaya tomat dapat mengurangi perkembangan kanker kulit hingga 50 persen pada tikus, menurut sebuah penelitian baru oleh The Ohio State University.

Penelitian ini menyoroti bagaimana intervensi nutrisi dapat mengubah risiko kanker kulit.

Penelitian tersebut dilakukan oleh Tatiana Oberyszyn, seorang profesor patologi di The Ohio State University di Columbus, bersama Jessica Cooperstone, seorang ilmuwan riset di Departemen Ilmu Pengetahuandan Teknologi Pangan di College of Food, Agricultural, and Environmental Sciences.

Temuan mereka dipublikasikan di jurnal Scientific Reports.

Baca juga:(Foto) Inilah Royal Wedding Kerajaan Inggris dari Masa ke Masa, Siapa yang Paling Cantik?

Paparan sinar matahari yang tidak terproteksi merupakan faktor risiko utama kanker kulit.

Kanker kulit keratinosit (KC) adalah kanker yang paling umum terjadi, dengan 5,4 juta kasus baru didiagnosis pada tahun 2012.

Karsinoma sel basal mencapai sekitar 80 persen kasus KC, dan sekitar 20 persen kasus adalah karsinoma sel skuamosa.

Metode perlindungan alternatif terhadap kanker kulit telah diteliti, dengan perlindungan menggunakan intervensi nutrisi menjadi kandidat potensial untuk memodulasi risiko kanker kulit.

Baca juga:Sebagai Hukuman Tahanan Muslim China Dipaksa Makan Babi dan Minum Alkohol

Bukti sebelumnya menunjukkan bahwa mengonsumsi pasta tomat dapat mengurangi sengatan sinar matahari, dan diet karotenoid, yang merupakan pigmen pemberi warna pada tomat, tertinggal di kulit manusia setelah makan pasta tersebut yang mungkin bertanggung jawab atas efek perlindungannya terhadap sinar ultaviolet (UV).

Likopen, karotenoid utama pada tomat, telah terbukti menjadi antioksidan pigmen paling efektif.

Penelitian lain juga menunjukkan bahwa asupan likopen dari makan tomat dalam keseluruhan bentuk makanan lebih efektif untuk mencegah sengatan matahari, daripada likopen yang diberikan dari suplemen yang disintesis.

Ini berarti menunjukkan bahwa senyawa lain dalam tomat dapat menyebabkan efek keseluruhan. Demikian dilaporkan olehmedicalnewstoday.

Penelitian baru yang bertujuan menentukan apakah mengonsumsi tomat keprok atau merah berbeda secara signifikan akan mengurangi tumor kanker kulit pada tikus jantan dan betina yang telah kronis terkena sinar UV.

Ternyata, tidak ada perbedaan signifikan dalam jumlah tumor yang diidentifikasi pada tikus betina dalam penelitian tersebut, jelas periste.

Namun, tim ini menemukan ketika tikus jantan diberi makanan diet tomat 10 persen setiap hari selama 35 minggu, dan kemudian terpapar sinar UV, mereka mengalami penurunan tumor kanker kulit hingga 50 persen, bila dibandingkan dengan kelompok kontrol tikus yang diberi makan namun tidak ada tomat.

Penelitian ini pun melaporkan bahwa tikus jantan lebih cepat mengembangkan tumor setelah paparan sinar UV daripada tikus betina. Dan tumor mereka lebih besar, lebih agresif, dan lebih melimpah.

"Penelitian ini menunjukkan bahwa kita perlu mempertimbangkan jenis kelamin saat mengeksplorasi berbagai strategi pencegahan," komentar Prof. Oberyszyn.

Baca juga:Terlihat Sangat Kurus Sebelum Meninggal, Inilah Penyebab Kematian Adara Taisa Menantu Hatta Rajasa

"Apa yang bekerja pada pria mungkin tidak selalu bekerja sama baiknya pada wanita dan sebaliknya."

Tikus jantan yang diberi makan dengan berbagai tomat tomat kering - terbukti memiliki tingkat likopen bioavail yang lebih tinggi - memiliki tumor lebih sedikit daripada kelompok kontrol, namun perbedaannya tidak penting.

Metode alternatif untuk perlindungan sistemik, mungkin melalui intervensi nutrisi untuk memodulasi risiko penyakit terkait kulit, dapat memberi manfaat yang signifikan.

Makanan bukan obat-obatan, tapi bisa selama masa konsumsi, mengubah perkembangan penyakit tertentu.(Habib)

Baca juga:Inilah Alasan Mengapa Tomat Tak Boleh Dimasukkan ke Kulkas

Artikel Terkait