Dua Cerita Tentang Sebatang Rokok

Wahyu A Tias

Penulis

Dua Cerita Tentang Sebatang Rokok

Intisari-Online.com -Saya mempunyai dua cerita tentang sebatang rokok. Cerita pertama terjadi beberapa bulan yang lalu. Kejadiannya berlangsung saat saya mengunjungi dokter keluarga. Saat sedang mengantri, datanglah seorang pria mengantarkan istrinya untuk berobat. Dia menunggu di pinggir pintu masuk sembari merokok hingga asapnya masuk ke ruang tunggu. Setelah diperiksa, saya pun menebus obat di apotek yang bersebelahan dengan ruang praktik dokter. Pasangan suami istri tadi menyusul di belakang. Kali ini si suami tidak lagi merokok di pinggir pintu, melainkan ikut duduk di kursi tunggu. Terang saja, asap menyebar tidak keruan. Apalagi apotek tengah penuh sesak. Sebenarnya, di dalam apotek sudah ada peringatan "Dilarang merokok", meskipun hanya sebuah papan kecil. Suami saya pun mendekati si perokok dan mengingatkan sembari menunjuk ke arah papan peringatan tersebut. Entah apa yang mereka bicarakan, tetapi si perokok itu tampaknya tidak senang dan berlalu keluar. Jeda satu menit, si pria itu - masih dengan rokoknya - masuk kembali ke dalam ruangan apotek dan berseru pada suami saya, "Enggak apa-apa,kok, Mas! Kata yang punya apotek saya boleh merokok di sini." Dia berkata sekenanya sembari memalingkan wajah. Cerita kedua baru saja saya alami saat sedang makan malam di sebuah restoran cepat saji. Saat kami datang, kami melihat seorang pria warga negara asing datang bersama istrinya yang berkebangsaan pribumi, serta anak-anak mereka. Sepertinya dia baru datang dari negaranya untuk melepas rindu, karena tampak sangat senang dan saling bersenda gurau. Riang sekali. Tidak lama kemudian, sang ayah tadi berlalu pergi dan kembali lima menit kemudian. Rupanya dia baru saja membeli rokok. Dia berdiri di luar, sesekali melambai ke arah anak-anaknya sembari menghisap rokoknya. Dia bisa saja masuk ke dalam restoran, menikmati rokok sambil menemani anak istrinya yang sedang asyik makan. Tetapi, dia tidak melakukannya. Sebatang rokok telah memberi saya dua cerita. Semua hanyalah tentang moral dan keberadaban. Jadi, tidak heran kalau di Indonesia, ruang merokok selalu bersih dari puntung rokok.

Artikel Terkait