Find Us On Social Media :

Nikmatnya Buka Puasa dengan Nata de Coco Buatan Sendiri, Ini Caranya

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 17 Mei 2018 | 14:45 WIB

Intisari-Online.com – Bahwa air kelapa dibuang percuma sudah lama kita ketahui bersama. Ada orang yang iseng-iseng menghitung berapa nian air kelapa yang dibuang percuma itu? Ternyata ada 2,4 juta liter sehari, kalau benar produksi kelapa seluruh Indonesia Raya hanya 2.700 juta butir setahun.

Air yang dibuang (sebelum daging buahnya dimanfaatkan) cuma 900 juta liter setahun. Di atas kertas buram, ini jadi hanya 2,4juta liter sehari saja.

Jumlah ini tidak ada artinya, kalau kita tidak bisa membayangkan berapa banyak (sesungguhnya) 2,4 juta liter itu. Tapi kalau kita iseng-iseng merenungkan: dengan berapa truk tangki bensin jumlah itu bisa diangkut?

Maka, air kelapa mubazir itu ada sebanyak empat ratus truk sehari, kalau tiap truk yang dipakai mampu mengangkut 6.000 liter.

Baca juga: Sebentar Lagi Bulan Puasa, Yuk Belajar Mengolah Kolang-kaling supaya Lebih Tahan Lama

Apakah tidak bisa, air sebanyak empat ratus truk (sehari) itu dimanfaatkan sebagai bahan makanan, seperti air kelapa di Filipina, yang dijadikan nata de coco (mutu ekspor untuk Eropa)?

Bisa, kalau mau

Nata de coco ialah bahan padat seperti agar-agar (tapi lebih kenyal) atau seperti kolang-kaling (tapi lebih lembek sedikit), berwarna putih transparan. Dulu ia diimpor ke Indonesia sebagai bahan awetan dalam sirop, yang dikemas dalam botol, dan dijual di beberapa supermarket ibu kota.

Tapi belakangan, industri M dan M (dulu disebut P & D) kita sudah bisa membuatnya sendiri, dan memasuki supermarket itu, walaupun masih belum teratur, 'serbuannya'.

Karena diperoleh dari air kelapa, maka bahan putih padat yang kenyal itu pun disebut sari  kelapa, meskipun yang dimaksud hanya sari airnya saja. Biasanya ia disajikan sebagai campuran fruit  bowl dan cocktail buah, sehabis makan siang, untuk 'mencuci mulut'.

Bagaimana mungkin, dari cairan air kelapa bisa terbentuk gumpalan padat! Tidak lain karena ulah bakteri Acetobacter xylinum, yang sengaja kita perbudak. Bakteri ini mampu merubah gula glukosa (sekitar 5%) dalam air kelapa asli itu menjadi cellulosa (selulosa), sejenis bahan yang sama unsurnya dengan glukosa.

Baca juga: Ingat, Jangan Langsung Makan Gorengan dan 5 Makanan Ini Saat Berbuka Puasa!

Tapi kalau glukosa diteorikan tersusun dari rangkaian molekul C6 H,2 O6, maka selulosa hasil rombakan itu diteorikan sebagai C6, H10 O5. Memang sama rumusnya dengan zat pati. Cuma susunan atom dalam molekul, dan susunan molekul dalam rangkaian makromolekul saja yang berbeda.