Penulis
Intisar-Online.com - Cobalah googling dengan kata kunci "Curug Malela Bandung". Akan ada 30 ribuan laman terkait kata kunci itu. Persempit dengan laman gambar saja. Tertarik? Terpukau?Tak salah memang kalau disebut Niaga Mini. Terlebih jika debit airnya berlebih, dari atas benar-benar seperti replika Niagara. Sayang, debit berlebih hanya terjadi kala banjir dengan airnya yang cokelat. Sudah lama saya ingin ke sini, baik sambil gowes atau naik kendaraan sendiri. KGC, komunitas pesepeda dari Kompas Gramedia, pun sudah merencanakan gowes ke sini beberapa bulan silam. Baru kemarin (8-9-2011) keinginan itu terlaksana. Kebetulan salah seorang anggota komunitas ada yang memiliki rumah di sekitar curug, tepatnya di Kampung Bungur, Gunung Halu. Jaraknya sekitar 20 km dari curug. Melewati perkampungan, kebun teh, dan persawahan. Kondisi jalan mulai dari aspal halus, aspal berlubang-lubang, sampa jalan berbatu.
(Manjakan Lidah dengan Sambal Nendang di RM Laksana Bandung) Curug atau air terjun ini memang tersembunyi lokasinya. Baru ditemukan sekitar 6 tahun silam, penduduk sekitar kawasan pun banyak yang belum menjamahnya. Akses jalan menuju ke sini belum tergarap dengan rapi. Padahal plang nama sudah dijajakan sejak keluar dari Tol Padalarang menuju jalur alternatif ke Ciwidey via Soreang. Objek wisata Curug Malela terpampang bersama nama daerah lainnya. Lokasi curug bisa disambangi dari Bandung ke arah barat menuju Kota Kecamatan Gununghalu. Jaraknya sekitar 40 km. Jika tidak membawa kendaraan pribadi bisa naik kendaraan umum dari Stasiun Ciroyom. Hampir setiap jam ada yang berangkat, cuma hanya sampai sore hari. Tengah malam baru mulai ada lagi karena ingin mengangkut para calon penumpang yang biasa akan menjual hasil bumi dan palawija ke Bandung pada subuh harinya.
(Perubahan Wajah Kota Bandung: Bagaimana Kota Kembang “Dibanjiri” Hotel dan Restoran)
Dari Gununghalu kemudian kita mengarah ke Bunijaya. Ada kendaraan umum yang melayani jalur ini (beberapa minibus jurusan Bandung - Gununghalu - Bunijaya). Beberapa petunjuk sudah dipasang sehingga yang baru pertama kali akan terbantu. Namun jika ragu lebih baik bertanya. Menuju curug yang terletak diKampung Manglid, Desa Cicadas, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat, ini lebih baik menggunakan kendaraan pribadi. Sebab tidak ada kendaraan umum yang sampai curug. Angkutan umum hanya sampai Rongga dan dari sini harus naik ojek dengan ongkos sekitar Rp 50.000,- melalui jalanan berbatu yang licin kala hujan. Nah, karena jalan berbatu tadi, jika menggunakan kendaraan pribadi disarankan kendaraan dengan ground clearance tinggi seperti SUV.
Aliran Cidadap setelah melewati utara Bunijaya, kemudian mengalir sebagai Ci Curug dan memasuki relief sangat terjal di suatu dataran tinggi yang dulu dinamakan Plateau Rongga. Ciri biasa bagi sungai-sungai yang mengalir di atasplateau, pola alirannya terganggu oleh air terjun yang bertingkat-tingkat. Itulah yang terjadi pada aliran Ci Curug. Selain Curug Malela yang terbesar, ke arah hilir terdapat beberapa tingkat air terjun yang dinamakan Curug Katumiri dan Curug Ngebul, sebelum sungai ini bermuara ke Ci Sokan.
Sayangnya, keindahan curug ini ternodai oleh pencemaran. Persoalannya, jaringan hulu Ci Curug yang berasal dari Ci Dadap melewati kota-kota kecamatan yang cukup padat, seperti Gununghalu dan Bunijaya. Sepanjang alirannya di wilayah permukiman Kecamatan Gununghalu, lembah sungai Ci Dadap menjadi tempat pembuangan sampah, terutama dari rumah-rumah yang tumbuh di tepi sungai. Sampah-sampah itu terbawa aliran Ci Dadap untuk kemudian ikut jatuh di Curug Malela. Jangan heran jika di lereng-lereng bawah dekat air terjun itu kita akan mendapati tumpukan sampah-sampah plastik, sandal jepit, atau styrofoam. Saat menceburkan diri di kubangan tempat limpasan air terjun, saya melihat buih-buih kecokelatan di pinggirannya.
Agar keindahan curug terjaga, Pemda Bandung tak hanya membenahi infrastruktur menuju curug tapi juga daerah aliran sungai dari limbah. Apalah artinya akses jalan mudah namun curugnya penuh limbah.