Find Us On Social Media :

Menatap Braga Tempo Doeloe

By Nur Resti Agtadwimawanti, Jumat, 27 April 2012 | 08:07 WIB

Menatap Braga Tempo Doeloe

Perkembangan kota yang pesat menyebabkan banyaknya toko-toko baru bermunculan membuat de Vries harus bersaing dengan mereka. Toko de Vries merupakan pemicu munculnya toko-toko di sepanjang Jalan Braga dan itulah salah satu cikal bakal ramainya Jalan Braga. Pada dekade selanjutnya, de Vries bukan lagi menjadi satu-satunya toko yang menyediakan berbagai kebutuhan.

Societeit Concordia atau sekarang bernama Gedung Merdeka (sayap kiri Gedung Merdeka) terletak di persimpangan Jalan Asia-Afrika dan Jalan Braga. Dulu, pada masa kolonial, bangunan ini digunakan sebagai tempat perkumpulan orang-orang Eropa dari kalangan elite Societeit Concordia. Perkumpulan ini dengan segala aktivitasnya membuat Jalan Braga semakin ramai.

Perkumpulan yang resmi berdiri pada 1879 dengan nama Societeit Concordia dan mendapatkan status badan hukum dari Pemerintah Hindia Belanda ini muncul karena pesatnya perkembangan perkebunan di sekitar Kota Bandung. Perkumpulan ini dulu sempat berada di bangunan yang menjadi Toko de Vries, kemudian pindah ke gedung yang sekarang dikenal sebagai Gedung Merdeka.

Jalan Braga memang menjadi pusat perbelanjaan di Kota Bandung pada zaman dulu. Di sepanjang jalan ini, tersedia berbagai macam barang, pakaian, salon kelas satu, hingga mobil mewah. Braga pada 1920-an hingga awal 1940-an terkenal sebagai pusat mode, yang dibuktikan dengan keberadaan toko mode Au Bon Marche milik orang Prancis. Julukan sebagai pusat mode ini toh sama dengan Paris di Prancis. Faktanya, sejak akhir abad ke-19, dunia mode Belanda berkiblat pada Prancis.

Menurut Haryonto Kunto dalam bukunya, Wajah Bandoeng Tempo Doeloe (1984), dikutip dari Braga, Jantung Parijs Van Java, istilah “Parijs Van Java” kemungkinan menjadi sangat populer di luar Bandung, yaitu setelah digunakan oleh seorang bernama Roth untuk mempromosikan dagangannya di pasar malam tahunan Jaarbeurs pada 1920 (sekarang menjadi Gedung Kodiklat TNI AD, Jalan Aceh, Bandung). Keramaian dan kegermelapan Jaarbeurs inilah yang semakin membuat keramaian di Bandung disebut mirip dengan Paris.

Hingga 1970-an, Braga menjadi kawasan wisata yang sering dikunjungi turis lokal dan mancanegara. Mereka yang berbelanja di Braga, akan dipandang sebagai orang yang berselera tinggi karena dulu Braga merupakan kawasan elite yang menjual barang-barang impor berkualitas. Kawasan Braga pun menjadi kompleks pertokoan modern yang menjadi daya tarik bagi orang-orang Eropa.

Munculnya seniman lukis di jalan tersebut juga membuat Braga memiliki ciri khas tersendiri. Seniman lukis yang sudah ada sejak 1970-an, menghiasi keramaian Braga ketika itu. Banyak pengunjung, baik lokal maupun mancanegara tidak menyia-nyiakan kesempatan berkunjung ke tempat seniman lukis. Bahkan, turis mancanegara yang dari Belanda dulu mengatakan bahwa belum dikatakan ke Indonesia kalau belum ke Jalan Braga. Berbagai kelebihan yang dimiliki Braga pun menjadikan Braga sebagai simbol Kota Bandung.

Dulu, para seniman lukis tersebut bertempat di pinggiran toko di sepanjang Jalan Braga, kemudian pindah ke Sarinah. Pada tahun 2007, pemerintah mengalokasikan para seniman tersebut ke satu tempat yang sekarang dikenal dengan Jalu (Jajanan Lukisan). Adanya seniman lukis ini sudah ada sejak dulu, secara turun temurun. Ini juga menjadi ikon Braga. Sudah tertarik ingin berkunjung ke Braga? :)