Penulis
Intisari-Online.com- Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa warna seragam tentara rata-rata berwarna loreng-loreng hijau?
Ya, tak hanya di Indonesia bahkan seluruh tentara di seluruh dunia pasti identik dengan seragam bermotif loreng tersebut.
Tidak asal atau sembarangan, ternyata motif loreng ini dilatar belakangi oleh upaya kamuflase.
Sebelumnya, tak hanya untuk keperluan di medan perang, manusia telah memiliki kesadaran kamuflase untuk hal-hal lainnya.
Baca Juga:Sering Terbangun Antara Pukul 3-5 Pagi Merupakan Tanda Anda Mengalami Kebangkitan Spiritual
Mengutip Caitlin Hu dalam artikelnyaThe Art and Science of Military Camouflage, pemburu asli Amerika mengenakan kulit kerbau untuk mendekati mangsa mereka.
Sementara pemburu Irlandia menutupi diri mereka dengan potongan-potongan sikat dan ranting untuk menyatu dengan pepohonan.
Pada masa Julius Caesar, kapal-kapal disamarkan dengan lilin biru laut, dan selama Perang Sipil AS mereka dicat kabut abu-abu.
Dengan cara pikir yang sama, seragam tentara pun dirancang agar dapat melakukan kamuflase.
Itu dilakukan sebagai teknik bertahan agar mereka tak terdeteksi oleh lawan atau musuh.
Dengan memakai seragam ini, pasukan tentu terlihat menyatu dengan medannya sehingga mengurangi tingkat risiko terkena sasaran tembak dalam pertempuran.
Meski pada umumnya Anda melihat kombinasi abstrak antara warna hijau, coklat, dan hitam, tidak semua negara memiliki warna yang sama.
Baca Juga:Suku Lingon, 'Bule' Asli Indonesia dengan Mata Biru yang Keberadaannya Misterius
Warna-warna dari motif loreng itu pun disesuaikan dengan medan di masing-masing wilayah negara.
Menurut laporan dari sebuah tes yang dilakukan oleh Angkatan Darat AS, dibutuhkan rata-rata 30 detik bagi manusia untuk mengidentifikasi objek yang berkamuflase atau disamarkan.
Indonesia sendiri memilih pola M81 Woodland, yang sudah populer dari tahun 1981.
Sementara tentara di Timur Tengah yang memilih motif loreng kombinasi warna coklat muda.
Pada tahun 2009, Vectorworldmap.commembuat sebuah peta yang menampilkan setiap negara yang tercakup dalam pola kamuflase yang sama dengan angkatan bersenjatanya.
Peta itu juga memberi gambaran tentang jenis-jenis lingkungan di mana negara-negara berbeda berharap untuk berperang.
Negara-negara gurun seperti Mesir dan Arab Saudi memakai baju cokelat dan abu-abu. Sementara negara-negara hutan sub-Sahara yang subur memiliki warna hijau tua.
Pasukan tentara dunia mulai mengadopsi kamuflase pada abad ke-19, sementara AS mulai mengikutinya pada awal 20.
Sebagaimana diwartakan pada Business Insider, Julian Farrance, dari National Army Museum di London, mengatakan bahwa penerapan kamuflase itu didorong oleh pengembangan amunisi tanpa asap.
Baca Juga:Bom, Fanatisme, dan Berubah-ubahnya Wajah Terorisme Sepanjang Sejarah
Yang membuat tentara akan lebih mudah untuk terlihat dan terekspos dibandingkan dengan senjata api sebelumnya.
Pada saat yang sama, kemampuan menembak tanpa membuka lokasi seseorang membuatnya lebih mungkin bagi tentara untuk bersembunyi di medan perang.
Memang kamuflase ini hanyalah pertahanan dari penglihatan visual.
Karena teknologi infra merah yang lebih baru tentu saja dapat mendeteksi manusia dari panas tubuhnya.
Namun pada parade militer 3 September 2015, China meluncurkan skema camo maritim yang mengejutkan.
Camo biru pixelated dipilih untuk seragam, kendaraan lapis baja dan baterai rudal, serta kendaraan amfibi yang yang tidak membutuhkan warna biru begitu naik ke darat.
Mungkin orang China memilih warna itu untuk menandai pergeseran retoris dalam fokus angkatan bersenjata mereka ke kekuatan angkatan laut.
Baca Juga:Black Widow, Barisan Bom Bunuh Diri Janda Hitam yang Membalas Kesumat Suami Tercinta