Find Us On Social Media :

Nusakambangan (1): Indah, Namun Alamnya Buas dan Sulit Ditempuh

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 11 Mei 2018 | 13:45 WIB

Intisari-Online.com – Para narapidana seperti alergi bila dikirim ke Nusakambangan.

Padahal, seperti diakui para penghuninya, mereka justru betah tinggal di sana karena jauh dari kesan angker dan menakutkan.

Bahkan di pulau penjara itu bisa ditemui pesona lain dalam bentuk gua alam, hutan perawan, dan pantai berpasir putih.

Bagi Slamet alias Anas (55), tanggal 17 Agustus 2001 menjadi saat yang membahagiakan.

Tepat di hari kemerdekaan RI, pria berambut putih itu menghirup udara bebas usai mendekam selama 20 tahun di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Batu, Nusakambangan.

Sambil menenteng tas kecil, Anas bergegas turun dari perahu di dermaga Wijaya Pura, Cilacap.

Baca juga: Urutan Eksekusi Hukuman Mati Narapidana di Nusakambangan yang Buat Narapidana Tak Kuasa Menahan Tangis

Sejenak ia bersalaman dengan Sunardi Bc.IP, Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas) Batu. Lalu setelah Anas menyelinap meninggalkan dermaga, kembali ke kampung halamannya di Pasarminggu, Jakarta.

Pria kalem itu memang bukan napi kelas teri. la dipidana seumur hidup lantaran menghabisi seluruh anggota keluarganya.

Anas bebas setelah SK Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia yang baru mengisyaratkan terpidana seumur hidup yang telah menjalani hukuman 20 tahun penjara dan berkelakuan baik bisa langsung bebas.

Anas seperti menegaskan kembali reputasi Nusakambangan sebagai tempat kurungan napi kelas kakap dan berbahaya.

Data dari LP Batu tempat Anas menghabiskan  hari-harinya menunjukkan sebagian besar napi terlibat kasus berat.

Dari 166 napi, 98 dihukum karena terlibat pembunuhan. Sisanya, 25 orang perampokan, 13 pencurian, 12 pelanggaran susila, empat pemalsuan uang, tiga penipuan, dan masing-masing satu tersandung kasus penculikan, penyelundupan, pemerasan, korupsi, dll.