Find Us On Social Media :

Selama 4 Tahun, Wanita Dijual Kepada Pria Hidung Belang oleh Pacarnya Sendiri

By Khena Saptawaty, Kamis, 10 Mei 2018 | 15:45 WIB

Intisari-Online.com – Ini adalah kisah Arien Pauls dari Humboldt County, California, Amerika Serikat.

Saat berusia 17 tahun, ia tamat SMA dan ia pindah ke kota Fresno.

Di kota itu, pada 2007 ketika usianya 18 tahun, ia memutuskan untuk kuliah di salah satu kampus di sana.

Jauh dari rumah ternyata membuat Pauls merasa kesepian. Saat itulah ia bertemu dengan seorang pria lewat aplikasi MySpace pada 2008.

Baca juga: Dari Celana Squidward Hingga Pintu Rumah Patrick Inilah 5 Misteri Kartun Spongebob yang Tak Anda Sadari

“Aku bertemu seorang pria yang aku cintai atau aku pikir begitu,” cerita Arien Pauls pada The Epoch Times.

Hubungan Arien dengan pacarnya yang tidak disebutkan namanya itu diawali dengan keluguan.

Pauls dan pacarnya berkencan dan ia dibelikan baju-baju bagus juga perawatan kuku.

Yang tidak diduga oleh wanita itu adalah sang pacar ternyata punya maksud yang mengerikan.

Baca juga: Sule Digugat Cerai Istri, Yuk Kenali Gangguan Neurosis yang Bikin Perkawinan Tidak Harmonis

Ketika Pauls berusia 19 tahun, ia dibawa pacarnya ke sebuah hotel di Modesto, California.

Wanita itu sama sekali tidak terpikirkan apa yang akan terjadi berikutnya.

Ternyata di hotel itu sang pacar memberinya kondom.

Sang pacar mengatakan bahwa ada pria lain yang akan datang, dan ia harus bercinta dengan pria itu setelah meminta uangnya.

Itulah kali pertama Pauls mendapat pengalaman terlibat dalam neraka perdagangan seks.

Selama empat tahun berikutnya, ia dijual dan dipaksa menjadi pelacur di berbagai kota dan negara bagian.

Mucikari Pauls tidak mengizinkan dirinya menghubungi keluarga, dan semua kartu pengenal miliknya dibuang.

Ia menceritakan bagaimana ia mengalami horor yang sulit dibayangkan selama empat tahun itu.

Baca juga: Para 'Wanita Malam' di China Gunakan Belut Agar Dianggap Masih Perawan, Ini Caranya

Ia sering dipukuli, diperkosa, dan dipaksa melakukan aborsi.

Bila Pauls tidak patuh atau memperlihatkan perlawanan, maka sang mucikari akan memukulinya dan mengancam akan membunuh keluarganya.

“Pada satu titik diriku sebagai seorang manusia benar-benar hancur, dan aku merasa tidak berharga. Tidak ada seorangpun yang mempercayai apa yang aku katakan, dan aku merasa terjebak dan tidak ada jalan keluar,” kenang Arien Pauls.

Pada 2011, penyiksaan itu sampai pada satu titik dimana ia merasa sudah cukup.

Saat itu ia dan mucikarinya tengah berada di Las Vegas. Mucikarinya menolak memberinya uang untuk beli kondom dan minuman.

Ia merasa permintaannya tidak banyak, tapi karena berbagai alasan yang tepat itulah saatnya ia memberontak.

Ia menolak untuk keluar dan mucikarinya menyeret dirinya dari tempat tidur, lalu memukuli dirinya hingga pingsan.

“Selama ia memukuliku aku merasa aku akan mati. Aku benar-benar percaya bahwa saat itu akan berakhir, setelah itu semua selesai,” cerita Arien Pauls kembali.

Ketika mucikarinya pergi keluar, Pauls langsung mengambil kopernya dan kabur.

Setelah berhasil melarikan diri ia menghubungi kepolisian Las Vegas.

Jaksa menjanjikan jika ia bersaksi melawan mucikarinya, mereka akan membantu dirinya kembali ke rumahnya

Hanya saja, Pauls pernah ditahan di California sebelumnya dan berkali-kali tidak hadir dalam persidangan.

Akibatnya ada perintah untuk menahan dirinya di California. Jika ia kembali ke negara bagian itu dirinya akan ditangkap.

Itu sebabnya, walaupun sudah terbebas dari mucikarinya, ia merasa tidak lebih baik.

Ia tidak merasa ada perbedaan. Ia merasa tetap terpaku, “Apa sekarang? Hidupku akan jadi seperti apa sekarang? Kemana aku harus pergi?”

Ia juga merasa malu dan takut menemui keluarganya untuk meminta bantuan.

Pada satu titik ia tidak percaya dirinya adalah seorang korban dari apapun.

Ia malah percaya dirinya adalah seorang kriminal, dan ia tidak tahu apa yang sebenarnya ia ketahui sekarang.

Akibatnya Pauls menjalani tahun-tahun berikutnya di Las Vegas bekerja sebagai seorang pelacur. Saat itu usianya baru 22 tahun.

Baru pada Natal 2012 Pauls merasa sudah pada puncaknya.

“Aku merasa lelah secara fisik, mental, dan emosional. Sudah banyak hal yang aku alami dan aku hanya merasa seperti seorang anak-anak,” kenang Pauls kembali.

Saat itulah ia memutuskan untuk menelepon kakeknya dan mengatakan ingin pulang.

Kakeknya menguras uang pensiunnya untuk menyewa seorang pengacara dalam membantu Pauls keluar dari masalah penahanan di Caliornia.

Baginya itu adalah sebuah kebangkitan kecil, tetapi itulah saatnya tantangan sebenarnya untuk ia mulai.

Selama tiga tahun berikutnya Pauls mencoba mencari sebuah pekerjaan tetapi ia gagal.

Ia berkali-kali ditolak dalam berbagai pekerjaan karena catatan kriminalnya.

“Tunggu dulu, di sana ada penyalur obat bius dan pembunuh yang bisa mendapatkan pekerjaan. Mengapa aku tidak bisa?” begitu pikir Pauls saat itu.

Hal itu membuat Pauls merasa seperti masyarakat menghargai seorang kriminal kejam lebih dari apa yang dirinya dapatnya.

Padahal saat itu ia sudah memiliki sertifikat EMT, tetapi ditolak untuk bekerja karena catatan kriminalnya.

Sampai-sampai ia berpikir untuk kembali ke dunia pelacuran, tetapi dengan segera pikiran itu disingkirkannya.

“Suara kecilku mengatakan tidak. Cari bantuan, seseorang dapat menolongmu,” kenangnya.

Sejak itu Pauls mulai berbagi kisahnya dan mulai menolong dirinya sendiri.

Ia pun mengujungi sebuah perkumpulan yang disebut Breaking the Chains.

Perkumpulan itu memfasilitasi wanita korban pelecahan dan menawarkan program konseling dan penginapan.

Pauls pun mulai berpikir tentang apa yang bisa ia tawarkan kepada wanita lainnya.

“Aku menyadari bahwa itulah panggilanku untuk menolong wanita lainya, dan menggunakan suaraku untuk menarik masyarakat agar memahami apa yang terjadi di negeri kita, ini yang terjadi di rumah kita,” jelas Arien Pauls.

Ia bilang, hal itu bisa terjadi di kawasan orang miskin dan juga kawasan orang kaya.

Kini, Pauls bekerja sebagai seorang asisten manajer katering di Torninos Catering, juga sebagai seorang ibu.

Namun, ia banyak menghabiskan banyak waktunya dalam usaha membantu wanita lain yang pernah mengalami hal seperti dirinya.

Ia kini juga seorang pengacara bagi penyintas perdagangan seksual. Sementara ia menjadi sukarelawan di Breaking the Chains.

Ia bahkan menjalankan sebuah kelompok pendukung para penyintas.

Mereka berdiskusi tentang kehidupan bertetangga yang sehat, keuangan, mengatur keuangan, dan masalah-masalah lainnya yang perlu dibantu.

Pauls dan Breaking the Chains bekerjasama dengan pengadilan remaja di Fresno.

Mereka menawarkan pendampingan bagi kaum muda dan membantu mereka menghadapi persidangan.

Ia juga menjadi sukarelawan di Koalisi Keadilan Valley Pusat. Di tempat itu ia mengajar di kelas tentang perdagangan seksual dan kurikulum pencegahan eksploitasi pada gadis-gadis remaja.

Setelah Pauls mendapat gelar sarjana, ia berencana untuk menjadi seorang pengacara.

Ia ingin berjuang bagi para penyitas lainnya yang terhalang karena catatan kriminal.

“Hal itu memberiku sebuah rasa bagi harapan di masa depan,” tutup Arien Pauls.

Baca juga: Andai Lucinta Luna Transgender, Mungkinkah Dia Bisa Hamil? Ini Jawaban Sains