Benarkah 'Gairah' Menurun Ketika Menopause? Simak 5 Mitos Tubuh Wanita Berikut

Ade Sulaeman

Penulis

Intisari-Online.com- Hampir sepanjang perbincangan mengenai gender dan jenis kelamin, selalu ada pandangan-pandangan yang dianggap mendiskreditkan salah satunya.

Seakan dunia Mars vs Venus tidak akan dapat diselaraskan sampai kapanpun.

Namun, jika berbicara mengenai tubuh wanita, ternyata ada beberapa mitos yang kadung dipercayai sebagai sebuah keniscayaan.

Dilansir dari Live Science, berikut 6 mitos tentang tubuh wanita:

Baca Juga:Sule Digugat Cerai Istri, Yuk Kenali Gangguan Neurosis yang Bikin Perkawinan Tidak Harmonis

1. Wanita selalu diabaikan

Sepanjang sejarah, penelitian telah dan selalu pada pria.

Wanita selalu kurang terwakili dalam uji klinis utama untuk kanker yang mempengaruhi kedua jenis kelamin.

Kurangnya penelitian terhadap wanita di beberapa wilayah bukan dikarenakan seksisme, namun karena kerumitannya.

Baca Juga:Tidak Hanya Gigi Berlubang, ini 5 Tanda Anda Telah Mengonsumsi Gula Secara 'Brutal'

Fluktuasi hormon wanita yang rumit dianggap mengacaukan temuan dasar.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, penelitian tentang perempuan telah mendapatkan perhatian yang meningkat.

2. Seorang dokter dapat mengetahui apakah seorang wanita masih perawan

Bahkan ketika menggunakan pembesaran 10 kali lipat, dokter tidak dapat secara akurat menyortir perawan dari yang aktif secara seksual.

Baca Juga:Unik, Pasukan Khusus Indonesia Ternyata Dibentuk Oleh Mantan Serdadu Belanda yang Pernah Menjadi Musuh Pejuang Indonesia

Tidak sesederhana mencari lubang di selaput dara karena, yah, selalu ada lubang di selaput dara.

"Beberapa orang berpikir selaput dara menutup vagina [sampai keperawanan hilang], tetapi itu tidak benar," kata Dr Rachel Vreeman dari Indiana University.

Dalam beberapa kasus langka, darah menstruasi di rahim dapat menyebabkan masalah medis yang serius.

3. Antibiotik membuat pil KB tidak dapat berfungsi

Baca Juga:Israel Dianggap Menghina Jepang Setelah Sajikan Makan Malam Pada Perdana Menterinya dengan Sepatu

Pil KB selalu memiliki peluang satu persen untuk gagal.

Dan tingkat kegagalan itu tidak berubah ketika pengguna mengonsumsi antibiotik.

Pengecualian yang mungkin adalah rifampisin, antibiotik yang diresepkan untuk tuberkulosis.

Rifampin dapat menurunkan fungsi pil KB, tetapi apakah efeknya cukup besar untuk meningkatkan risiko kehamilan masih tidak jelas.

Baca Juga:Andai Lucinta Luna Transgender, Mungkinkah Dia Bisa Hamil? Ini Jawaban Sains

4. Perempuan dan laki-laki membutuhkan waktur tidur yang sama

Sebuah penelitian terhadap lebih dari 6.000 peserta, yang dipimpin oleh para peneliti di University of Warwick pada 2007 mengungkap sebuah fakta.

Yakni bahwa yang tidur lima jam atau kurang dalam sehari lebih memungkinkan untuk terserang hipertensi dibandingkan wanita yang tidur selama tujuh jam atau lebih.

Sedangkan para pria tidak terjadi sebab akibat semcam itu.

Baca Juga:Inilah Kronologi Terkini dari Kerusuhan di Mako Brimob Kelapa Dua

5. Dorongan seks yang menurun karena menopause

Sebuah survei komprehensif tentang kebiasaan seksual di Amerika Serikat, yang diselesaikan oleh Edward Laumann dan rekan-rekannya pada tahun 1994, menemukan bahwa kira-kira separuh wanita di usia lima puluhan melakukan hubungan seks beberapa kali dalam sebulan.

Sementara perubahan suasana hati yang disebabkan oleh menopause tidak ada hubungannya dengan hasrat seksual.

Baca Juga:Kerap Dianggap Berbahaya, Kini Micin Justru Sangat Sarankan untuk Digunakan

Artikel Terkait