Find Us On Social Media :

Jika Naik Pesawat, Mengapa Saya Harus Duduk di Belakang?

By Ade Sulaeman, Senin, 21 Maret 2016 | 11:30 WIB

Jika Naik Pesawat, Mengapa Saya Harus Duduk di Belakang?

Intisari-Online.com –

Oleh Chappy Hakim, KSAU 2002-2005, Kepala Staf Angkatan Udara Republik Indonesia 2002-2005, Ketua Tim Nasional Evaluasi Keselamatan Keamanan Transportasi 2007, sekaligus penulis buku.

--

Satu ketika ada seorang teman bertanya, mengapa saya harus duduk di belakang saat naik kepesawat terbang dari sebuah maskapai yang kebetulan sangat tenar dengan image yang kurang bagus, yaitu sering mengalami keterlambatan dan bahkan juga kecelakaan.

Pilihan tersebut tidak lain dan sulit dihindarkan karena maskapai penerbangan tersebut berbiaya murah. Rasa khawatir itulah yang menyebabkan teman saya itu bertanya-tanya lantaran bersama belasan penumpang lainnya diarahkan awak kabin duduk di bagian belakang pesawat.

Agak aneh baginya, karena tempat duduk di jajaran depan dibiarkan atau lebih tepat sengaja dikosongkan. Maskapai penerbangan tersebut tidak mencantumkan nomor tempat duduk pada tiket sebagaimana maskapai penerbangan standar alias tidak berbiaya murah.

Agak sulit juga menerangkan dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Tidak ada informasi lainnya selain teman itu dan seluruh penumpang yang kebetulan hanya berjumlah belasan orang digiring pramugari berkelompok duduk semua di jajaran tempat duduk barisan belakang.(Baca juga:  Mabuk, Penumpang Pesawat Ini Telanjang dan Mengajak Pramugari Berhubungan Seks

Pada prinsipnya, pesawat terbang penumpang memang memiliki keterbatasan dalam mengangkut sejumlah penumpang dan barang. Pesawat terbang, dalam melaksanakan penerbangan dari titik pemberangkatan menuju titik tujuan memerlukan bahan bakar yang jumlahnya sudah dihitung pada besaran yang dibutuhkan.

Berat kosong pesawat ditambah berat bahan-bakar yang diisi untuk rute tersebut, memberikan sisa berat dari kemampuan pesawat terbang itu untuk bisa terbang. Sisa berat inilah yang dapat digunakan pesawat untuk diisi penumpang dan atau barang.

Dengan demikian, berat maksimum pesawat untuk dapat terbang (MTOGW, Maximum Take Off Gross Weight) dikurangi berat kosong pesawat dengan peralatan dan bahan bakar yang diisi untuk rute tersebut (Aircraft Empty weight+fuel weight) adalah sama dengan jumlah berat penumpang dan atau barang yang dapat diangkut (Pay Load).

Pesawat terbang untuk dapat terbang dengan aman dan nyaman, memerlukan perhitungan akurat. Tidak hanya mengenai jumlah Pay Load saja, akan tetapi juga memerlukan pengaturan dari penempatan barang dan orang di dalam tubuh pesawat terbang itu.(Baca juga: Inilah yang Dilakukan Toilet Pesawat terhadap Kotoran Kita

Pada ruang bagasi, barang-barang (cargo) disusun sedemikian rupa pada posisi tertentu dan diikat dengan kuat agar tidak bergeser. Demikian pula penumpang diatur pada tempat duduk yang disediakan serta ditata pada posisi yang dihitung agar tidak merusak atau mengganggu keseimbangan pesawat.