Find Us On Social Media :

Diperbudak oleh Pikiran Sendiri

By K. Tatik Wardayati, Senin, 15 Juni 2015 | 20:00 WIB

Diperbudak oleh Pikiran Sendiri

Intisari-Online.com – Alkisah, ada seorang pemuda yang ingin menjadi kuat. Ketika ia mendengar ada seorang bijak yang tinggal di pegunungan tinggi dan bisa membuat keajaiban, pergilah ia ke sana. Pria ini menyiapkan makanan untuk si bijak, membungkus kakinya, dan melakukan apa pun yang diperlukan oleh orang bijak itu.

Orang bijak itu sangat baik dan ramah, tapi jika ditanya tentang keajaiba, ia selalu mengulangi satu hal, ”Aku seorang pria sederhana dan tidak tahu keajaiban.”

Tapi pemuda itu berpikir, “Ini adalah tanda pasti seorang bijak. Hanya orang yang tahu bisa mengatakan hal-hal seperti itu. Dan orang yang menyatakan dirinya berpengetahuan, tidak tahu apa-apa.”

Waktu berlalu. Pria itu belum mendapatkan apa-apa. Siang dan malam ia melayani si bijak, berharap mendapatkan rahasianya. Suatu malam pemuda itu mulai memijat orang bijak itu, bertanya tentang keajaiban. Segera saja orang tua itu tidur dan berkata, “Ini cukup. Hentikan!”

Tapi pemuda itu berkata, “Aku tidak akan berhenti sampai Anda membuka rahasia sebuah keajaiban.”

“Nah,” orang bijak itu melanjutkan, “Biarlah dengan cara Anda. Saya akan memberikan mantra yang sangat kuat. Anda harus mengulangnya sembilan kali setelah Anda membuat keinginan. Ini adalah mantra yang sangat kuat. Jadi, setiap keinginan Anda akan terwujud.”

Ketika pemuda itu menerima apa yang diimpikannya, ia sangat senang, dan mulai mengumpulkan barang. Tetapi orang bijak itu berkata, “Jangan terburu-buru, ada satu syarat.”

 “Apa syaratnya?” tanya pemuda itu.

“Untuk membuat keinginan Anda menjadi sebuah kenyataan, Anda harus berkonsentrasi dalam keheningan penuh. Dan, yang paling penting, Anda tidak harus memikirkan tentang monyet kuning!”

“Oh, itu tidak masalah!” kata pemuda itu. “Saya tidak akan pernah berpikir tentang monyet apa pun.”

Dan pemuda itu pun meninggalkan tempat tinggal orang tua bijak itu. Dalam perjalanan pulang, ia mulai melihat beberapa wajah. Tapi ia sedang terburu-buru dan tidak terlalu memperhatikannya. Ia ingin duduk diam dan membuat keinginan sesegera mungkin.

Ketika ia sampai di rumah, tampaklah bahwa monyet memandangnya dari semua jendela. “Apakah ini khayalan?” pikirnya. Tapi itu hanya awal! Begitu duduk, membuat keinginan, dan mengatakan mantra, hal yang paling menarik telah dimulai! Monyet mengelilinginya. Mereka berteriak, membuat wajah tersenyum, menarik bajunya. Sungguh tak tertahankan!