Find Us On Social Media :

Ke Tanah Api di Bawah Lubang Ozon

By Agus Surono, Minggu, 16 Maret 2014 | 08:00 WIB

Ke Tanah Api di Bawah Lubang Ozon

Kami menginap dua malam di Pucon, pusat wisata di selatan Chile. Kota berpenduduk 13.750 orang ini menghidangkan ragam kegiatan untuk pelancong. Olahraga petualangan (naik gunung, menunggang kuda, main ski, menyusuri gua, arung jeram, bungee jumping, terjun payung, dan aneka trekking) sampai yang lebih santai (berkemah, naik perahu, memancing, berendam di sumber air panas, jalan-jalan di pinggir danau dan taman nasional, atau sekadar mengadu nasib di kasino).

Selagi beberapa teman pergi berski ke Gunung Villarrica (2.847 mdpl), saya ingin memancing ke danau. Tapi saat itu ada larangan memancing di seluruh perairan air tawar, karena sedang musim ikan berkembang biak! Mereka menerapkan betul sikap ramah lingkungan, kearifan lokal yang sebenarnya dimiliki para suku asli Indonesia yang sayangnya kini dilupakan.

Ada satu kota lagi yang pantas disebut: Valdivia. Kota tercantik di Chile dengan warisan sejarah, budaya, dan alam ini diapit Sungai Calle-calle, Cruces, dan Valdivia, didirikan Pedro de Valdivia pada 1552. Berpenduduk 127.570 orang, kota ini dikelilingi kanal hingga memungkinkan berkembangnya flora fauna amat kaya.

Kebun raya memperindah kota dengan aneka tumbuhan khas Valdivia. Pelancong dapat santai menikmati keanggunan kota berkapal pesiar lewat sungai dan kanal. Benteng kuno Spanyol, pasar ikan dengan singa-singa laut raksasa "pembersih sisa-sisa ikan", restoran dengan makanan khas macam pastel de papas, empanadas, cazuela, pastel de choclo, mariscal, curanto, mariscos, cancato, pulau permai, dan pantai molek.

Pada 22 Mei 1960, gempa bumi 8,5 skala Richter dan tsunami sekitar 26 m menghajar dan menenggelamkan sebagian kota. Korban tewas sebanyak 2.300. Geologi dan topografi Valdivia berubah selamanya. Tapi kini memulih dan jadi tujuan wisata yang menarik pelancong seantero dunia.

Sambil dibuai ayunan lembut mobil yang taat menggelinding di jalur lambat, juga segera setelah mendahului mobil di depannya, saya pandangi panorama sepanjang Pan-americana Highway. Sesekali tampak guanacos atau alpacas - keduanya jenis llama (keluarga onta) — berjalan berkelompok di kiri-kanan jalan. Lagu-lagu Latin berirama lembut yang diputar Koke melambungkan imajinasi saya. Bahwa suatu saat jalan-jalan tol di tanah air akan seperti ini. Juga pengendaranya setertib di sini, Chile. (Phil Hans/Majalah Intisari Januari 2008)