Find Us On Social Media :

Anda Mungkin Tak akan Menyangka Jika 4 Merek Non-Produsen Ponsel Ini Ikut-ikutan Bikin Smartphone

By Ade Sulaeman, Rabu, 25 November 2015 | 15:30 WIB

Anda Mungkin Tak akan Menyangka Jika 4 Merek Non-Produsen Ponsel Ini Ikut-ikutan Bikin Smartphone

Intisari-Online.com - Manisnya bisnis perangkat ponsel tampaknya bikin empat merek non-produsen ponsel ini ikut-ikutan membuat smartphone. Walaupun tak bikin pabrik sendiri, alias menyerahkan ke pabrikan, produk-produk ini berasal dari merek ternama di bidangnya.

Lagi pula, produk ponsel yang dibuat bukan dalam rangka mencari untung besar, apalagi untuk bersaing dengan produsen ponsel betulan. Sebagian lantaran ingin menambahkan koleksi untuk beberapa item (collectible items). Mumpung, mereka punya konsumen fanatik. Apa saja merek yang tergiur ini?

*PEPSI

Awal Oktober, rumor bahwa Pepsi akan merilis produk smartphone sudah tercium. Baru beberapa hari silam gosip itu ternyata fakta. Pepsi Phone P1 nama serinya. Dibuat oleh pabrik bernama Shenzhen Scooby Communication Equipment. Smartphone Android Lollipop ini desainnya tak spesial. Tak ada bedanya dengan smartphone umumnya, kecuali ada logo Pepsi di punggung.

Menggunakan layar berukuran 5,5 inci, dan ditopang oleh chipset buatan Mediatek MT6592. Smartphone ini memilih kamera 13 MP dan 5 MP sebagai “senjata” fotografi. Tentu saja tak hanya fisik yang diberi emblem Pepsi, di dalamnya tersedia pula theme Pepsi dengan tiga warna khasnya (merah, putih, biru).

Seri ini telah dijual di online shop Tiongkok terbesar kedua, JD.com dengan harga sekitar Rp1,4 jutaan.

* LAMBORGHINI

Lamborghini bukan sekadar merek mobil super premium. Melainkan sebuah merek gaya hidup jetset. Karenanya produk sampingan yang dibuat pun beragam, terutama yang berkaitan dengan penampilan. Di mana untuk desain diserahkan kepada unit Tonino Lamborghini yang terpisah dari unit manufaktur mobil sport.

Lewat unit ini sudah dibuat setidaknya dua seri smartphone yang desainnya sangat template dan khas Lamborghini. Masing-masing seri 88 Tauri dan Antares. Itu pun masih ada aksesori pendukung seperti earphone Quantum serta beberapa aksesori seperti sarung smartphone.

Mau tau harganya? Untuk seri 88 Tauri yang terdiri dari beberapa varian seharga rata-rata Rp 87 jutaan. Seri Antares (yang juga tersedia dalam beberapa varian) rata-rata seharga Rp 58 jutaan. Semuanya merupakan smartphone Android. Speknya sih tidak terlalu istimewa, misalnya kamera 13 MP dan 5 MP, RAM 2 GB dan ROM 32 GB.

* MARSHALL

Pada ajang IFA Berlin 2015, September silam Marshall pamer smartphone Android. Perusahaan audio dan music equipment asal Inggris ini mengemas dengan desain yang sangat kuat imaji produk Marshall. Bahkan tombol kontrol volumenya pun dibuat analog persis seperti amplifier buatannya. Termasuk balutan “kulit” khas produk-produk Marshall.

Marshall phone datang dengan OS Android yang terbaru (kala itu), Lollipop. Memiliki layar seluas 4,7 inci. Dilengkapi dua kamera yaitu 8 MP dan 2 MP. Seri ini menggunakan chipset Qualcomm Snapdragon 410 dengan RAM 2 GB. 

Seperti pula Lamborghini dan Pepsi, Anda bisa menset Theme Marshall yang sangat kuat itu. Seorang musisi tampaknya yang dibidik oleh Marshall. Sebab dengan harga Rp8,5 jutaan, Anda yang tak kenal merek ini pasti ogah beli.

* LEVI’S

Merek celana jins yang juga telah merambah apparel ini sudah sejak delapan tahun silam punya produk ponsel. Waktu itu, belum ada Android, sementara OS yang paling hype adalah Symbian. Namun Levi’s mobilephone memilih tak memakai OS tersebut. Fokusnya adalah pada desain yang tipis tapi terlihat kekar.

Levi’s ingin agar konsumen setianya memiliki ponsel yang bisa diselipkan di saku belakang jins. Perancangnya bukan Levi’s melainkan ModeLabs yang juga bikin Hummer phone. Desainnya sendiri mirip sekali dengan produk Samsung seri P300.

Seri ini dilengkapi dengan kamera 2 MP, MP3 player dan radio FM. Fasilitas jaringan belum 3G. Masih memakai tombol navigasi lima arah, dengan keypad yang tipis. Tetapi seluruh bodinya mayoritas dari stainless steel. Harganya sih lumayan mahal, sekitar Rp5 jutaan waktu itu.

(chip.co.id)