Find Us On Social Media :

Belajar Wirausaha, Kenapa Tidak?

By Agus Surono, Jumat, 12 Oktober 2012 | 15:40 WIB

Belajar Wirausaha, Kenapa Tidak?

Bagaimana jika usaha barunya itu diadang kendala? Dibuka kelas mentoring (pembimbingan) yang dapat diikuti seumur hidup. Gratis lagi. Mentoring seperti itu merupakan bagian terpenting dalam pendidikan di sini. Sedangkan bagi yang sudah berhasil, kelas pembimbingan dimanfaatkan untuk membangunkan kembali motivasi.

Jika ada yang bangkrut, teman lain akan membantu. Caranya, jika ia punya ide baru, yang lain boleh ikut berinvestasi. Dalam usaha patungan, trust (kepercayaan) menjadi hal utama yang harus dijaga. Bermodal keterampilan

Berbeda dengan YEU dan JEU, yang membangun dan mengembangkan mental bisnis siswanya, maka Lembaga Pendidikan Ketrampilan dan Kewiraswastaan (LPKK) De Mono lebih menekankan pada pembekalan keterampilan.

Ada tiga kelompok besar keterampilan yang ditransfer ke siswa. Antara lain katering, menjahit, dan sekretaris. Kelas katering tampaknya paling menonjol baik dari segi peminat maupun keberhasilan out-put-nya.

Materi pembekalan untuk kelas katering meliputi manajemen katering, membuat masakan dalam dan luar negeri, garnish (menghias kue), macam-macam kue, dan sanitasi kesehatan yang diberikan langsung oleh Departemen Kesehatan (Depkes).

Kursus yang berlangsung empat bulan - tiga bulan teori dan satu bulan praktik. Biaya dapat dicicil. Pesertanya tak dibatasi secara ketat. Lulusan SMU, bisa. Ibu rumah tangga, tidak ditampik. Pria yang ingin bekerja menjadi koki di kapal, diterima pula. Pemilik usaha katering yang ingin mengantungi sertifikat Depkes, OK juga.

Kelas berikut yang banyak dipilih adalah kelas menjahit, dari tingkat dasar hingga mahir. Lama kursus empat bulan dengan sebulan penuh praktik. Peserta mesti membawa sendiri segala bahan dan perlengkapan. Selain lulusan SMU, pesertanya banyak pula yang sudah memiliki usaha garmen atau butik tapi ingin mempunyai sertifikat.

Tak kalah populer adalah kelas sekretaris. Pendidikan yang ini berlangsung setiap hari pukul 18.00 – 21.00. Lama kursusnya empat bulan. Namun, dua bulan berikutnya diisi pelajaran tambahan komputer, gala dinner, table manner, dan public relations. Para alumni ini, selain mendapat ijazah D-1, juga dilengkapi sertifikat dari Martha Tilaar, Hotel Indonesia, dan Sari Ayu.

Sama seperti lulusan JEU, alumnus LPKK De Mono pun tidak langsung terjun bebas selepas belajar. Mereka terus dipantau oleh De Mono, bahkan yang gagal pun akan segera "ditangani" oleh Dewi Motik sendiri selaku pimpinan De Mono. Biasanya, ia akan terus-menerus dimotivasi agar berani mencoba lagi. Cepat dan murah

Bila ingin pendidikan lebih singkat lagi, berguru di Pusat Peningkatan Keterampilan LPM Unika Atma Jaya bisa menjadi salah satu alternatif. Di sini, peserta mendapat pelatihan membangun motivasi berwirausaha, kreativitas dan kewirausahaan, manajemen pemasaran, manajemen keuangan, dan business plan. Tenaga pengajar direkrut dari kalangan akademisi, konsultan bisnis, dan praktisi bisnis berpengalaman dan diakui kepakarannya. Proses belajar tidak hanya berlangsung di dalam kelas, melainkan juga outbound dan experiential learning.

Walau pelatihan hanya berlangsung enam hari, banyak manfaat dapat diserap, berupa bekal dan keterampilan berwirausaha, serta akses networking dengan berbagai entitas bisnis untuk membangun dan mengembangkan usaha. Bahkan, usai pelatihan pun ada program konsultasi, gratis, biasanya tentang business plan dan pembuatan proposal.

Bagi mereka yang telah memiliki usaha biasanya dikenakan biaya konsultasi maksimal Rp 2 juta, termasuk biaya mengikuti pelatihan atau seminar. Biaya itu dialokasikan untuk mengundang pakar dari instansi lain. Selesai pelatihan, "alumnus" diwadahi dalam Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia antarkampus.

Kini, pilihan ada di tangan Anda. Yang penting, pilihan itu sesuai dengan keinginan dan potensi Anda.