Penulis
Intisari-Online.com -Investasi saham sering dianggap sebagai investasi yang penuh dengan resiko. Tak heran bila banyak orang terutama mereka yang ada di kelas menengah, jadi segan untuk berinvestasi di ladang ini. Padahal, baik secara historis maupun empiris, investasi saham dapat memberikan keuntungan berlipat bila dilakukan dengan cermat, disiplin, dan konsisten dalam jangka waktu panjang.
Saham boleh jadi salah satu instrumen paling populer di pasar modal. Bursa Efek Indonesia (BEI) mendefinisikan saham sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau sebuah badan usaha dalam suatu perusahaan. Dengan kata lain, saham menjadi bukti kepemilikan seseorang, dalam hal ini investor di sebuah perusahaan.
Dengan menyertakan modal di sebuah perusahaan, artinya Anda memiliki hak dan klaim atas pendapatan dan aset yang dimiliki. Tentu saja tak semua perusahaan menjual saham kepada khalayak umum. Hanya perusahaan-perusahaan yang sudah go public yang boleh menjual saham mereka. Untuk itu, perusahaan harus terbuka dalam memberikan informasi bisnis, seperti kondisi keuangan, rencana perusahaan, serta prospek di masa depan.
(Ingin “Main” Reksadana Saham? Ini Dia Reksadana Saham dengan Return Tertinggi)
Perlu dicatat bahwa sejak krisis tahun 1997-1998, Index Harga Saham Indonesia atau IHSG terus mengalami peningkatan. Bila pada tahun 1998 harga IHSG berada pada angka 400, maka kini, harga IHSG telah mencapai angka 3.900 rupiah. Angka tersebut bahkan pernah melonjak hingga 4.100 rupiah! Ini membuktikan bahwa investasi saham di Indonesia memiliki potensi untuk mendatangkan keuntungan berlipat!
Indonesia sendiri merupakan tempat menarik untuk berinvestasi saham. Poltak Hotradero, Head of Research Division BEI mengatakan bahwa nilai investasi saham di Indonesia nilainya dua kali lebih besar dibandingkan dengan negara berkembang manapun di dunia. Pertumbuhan ekonomi yang terus berkembang menjadi pemicu hal ini. Namun sayang, sebab masyarakat Indonesia justru belum banyak tertarik untuk berinvestasi saham.
(Cara Cerdas Biakkan Aset: Saham)
Nah, bagi mereka yang tertarik berinvestasi saham, Poltak menyarankan betul untuk mengenal perusahaan yang sahamnya akan Anda beli. Mengutip kata Peter Lynch, bahwa di balik setiap saham yang anda beli, terdapat sebuah perusahaan, maka mengenal apa yang dilakukan oleh perusahaan akan menjadi poin pertama dan poin krusial. Sebab harga saham pasti akan mengikuti kualitas perusahaan.
Untuk itu, penting bagi Anda yang mau memulai bermain saham untuk berinvestasi waktu dan pengetahuan. “Belajarlah hal-hal kecil seperti membaca laporan keuangan,” ujar Poltak. Cara membaca laporan keuangan sendiri tak terlalu dan dapat dipelajari secara otodidak melalui internet atau buku-buku yang ada.
Lebih lanjut, Poltak menerangkan, bahwa dengan mengerti laporan keuangan sebuah perusahaan, Anda bisa mengetahui mana perusahaan yang memiliki potensi dan mana yang tidak. Dengan begitu, investasi yang Anda lakukan juga bisa difokuskan pada perusahaan-perusahaan yang menguntungkan.
Disiplin dan konsisten
Banyak dari kita, dan mungkin Anda, membayangkan tingginya tensi dan pergerakan dalam investasi saham. Turun-naik harga saham yang dapat membuat jantung para investor copot seakan memberi kesan menyeramkan, terutama bagi investor pemula yang memiliki dana pas-pasan.
Kesan seram itu sesungguhnya tak berlaku bagi mereka yang berinvestasi untuk jangka panjang. Pergerakan naik-turun harga saham sebetulnya tak akan banyak berpengaruh selama perusahaan yang sahamnya Anda beli masih berkembang dan beroperasi secara positif. Hal itu kembali lagi pada kesediaan anda untuk membaca laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan secara berkala.
Sejarah dan statistik mengatakan bahwa saham merupakan instrumen investasi paling menguntungkan bila dilakukan dalam jangka panjang. Hal ini bukanlah isapan jempol belaka, mengingat harga saham bisa naik hingga 30 kali lipat dalam jangka waktu beberapa tahun saja. Ambillah contoh saham United Tractor. Di tahun 2001, saham perusahaan ini hanya berada pada angka Rp 350,- per saham, namun hari ini, harganya telah mencapai Rp 29.000,- per saham.
Poltak mengatakan bahwa berinvestasi saham dapat diibaratkan seperti menanam sebuah pohon. Hasil sebuah pohon tak dapat dinikmati dalam sehari semalam. Ia butuh waktu yang cukup panjang hingga dapat dinikmati hasilnya. Dan saat ia tumbuh, ia akan menghadapi banyak gejolak, namun gejolak-gejolak tersebut justru akan membuatnya makin kuat dan tahan uji. Itulah investasi yang baik menurutnya.
Bagaimana dengan investasi jangka pendek bagi investor-investor kalangan menengah? “Ya sekedar untuk fun saja tidak apa-apa,” ujar Poltak. Namun, ia tetap mengingatkan bahwa investasi, khususnya saham harusnya dijalankan dalam waktu yang lama. Dividen atau bagi hasil yang akan dibagikan kepada para pemegang saham setelah kurun waktu tertentu dapat memberikan keuntungan yang cukup lumayan. Apalagi bila diketahui bahwa dividen bisa saja bertambah atau naik bila perusahaan mengalami keuntungan.
Dengan konsisten berinvestasi saham dalam jangka panjang, Anda bisa berinvestasi dengan tenang sambil melakukan pekerjaan dan rutinitas harian tanpa perlu kuatir.
Waktunya harus tepat
Berapakah uang yang harus diinvestasikan pada saham? John Pierpont Morgan, seorang bankir dan ahli investasi terkenal, pernah berkata, “Berinvestasilah sampai tahap dimana anda dapat tidur dengan nyenyak.” Itu berarti, uang yang anda investasikan tidak seharusnya membuat anda khawatir atau cemas.
Untuk itu Poltak, menyarankan untuk menggunakan uang yang betul-betul Anda sisihkan untuk investasi. Jangan gunakan uang sisa gaji Anda, karena dengan melakukan itu, Anda akan berlaku tidak konsisten dan tidak disiplin dalam berinvestasi. Belajarlah untuk menyisihkan gaji Anda, langsung saat Anda menerimanya. Prosentase besaran gaji yang Anda sisihkan tak harus selalu besar. Hitunglah biaya pengeluaran kebutuhan setiap bulan dengan cermat agar Anda bisa menimbang besaran uang yang akan disisihkan untuk investasi.
Selain proporsi besaran uang, jangka waktu berinvestasi juga harus dicanangkan dengan tepat. Mencanangkan jangka waktu berinvestasi berguna untuk menghitung besaran proporsi investasi saham Anda. Pasalnya, mendekati jangka waktu yang ditentukan, investasi saham sebaiknya mulai dipindahkan ke investasi yang bersifat fix income seperti obligasi. Tujuannya tak lain untuk menghindari gejolak ekonomi yang bisa memotong nilai saham Anda.
Untuk memudahkan Anda menghitung berapa besar proporsi investasi saham yang dapat Anda lakukan, gunakan rumus 100 – usia. Misalkan saja Anda berada pada umur 30 tahun, maka 70% investasi Anda bisa berupa investasi saham. Semakin bertambah umur, maka proporsi investasi saham harus semakin berkurang dan digantikan dengan investasi yang lebih stabil.