Find Us On Social Media :

7 Cara Melindungi Anak Agar Tak Jadi Korban Paedoflia

By Ade Sulaeman, Kamis, 3 Maret 2016 | 13:30 WIB

7 Cara Melindungi Anak Agar Tak Jadi Korban Paedoflia

Intisari-Online.com – Dokter Andri, spesialis kedokteran jiwa dari RS.Omni Alam Sutera Tangerang, memberikan beberapa tips untuk melindungi anak agar tak menjadi korban paedofilia.

Tips itu diberikan mengingat kasus pencabulan terhadap anak-anak alias paedofilia terus berulang. Terbaru, melibatkan seorang pedangdut terkenal dengan 9 orang melapor sebagai korban pelecehan seksual.

Apalagi, anak-anak memang menjadi sasaran empuk paedofil karena mereka biasanya lemah, penurut, dan mudah dibujuk atau diancam.(Baca juga: Boneka Seks Berwujud Anak-anak Ini Diklami Mampu Kendalikan Pelaku Paedofil

Berikut ini beberapa tips untuk melindungi anak agar tak menjadi korban paedofilia:

1. Percaya pada apa yang dikatakan anak

Ketika anak-anak mengungkapkan mereka mengalami pelecehan seksual, hampir 98 persen yang dikatakan adalah kebenaran.

2. Awasi anak

Pelecehan seksual terjadi ketika seorang anak sendirian dengan paedofil di dalam mobil, toilet, ruang kelas kosong atau lorong, atau bahkan di daerah tersembunyi dari tempat umum seperti kantong tidur bersama di saat kemping bersama atau bioskop yang gelap. Hindari membiarkan mereka sendirian tanpa pengawasan orang tua.

3. Memantau komunikasi

Orang dewasa yang tidak dikenal tidak diperbolehkan memiliki komunikasi pribadi dengan anak kita melalui SMS, WA, BBM, email, panggilan telepon, atau sendirian dengan mereka.

Jangan lupa masalah kekerasan seksual kepada anak juga bisa melibatkan orang terdekat, seperti paman atau guru.

4. Kata yang benar untuk bagian tubuh

Pastikan anak tahu dan menggunakan kata-kata yang benar untuk bagian pribadi mereka: penis, vagina, skrotum, testis, anus, payudara, puting, dan sebagainya.

Jika mereka mulai merujuk ke vagina sebagai sesuatu yang bisa “dimakan" atau dinikmati, kita harus mulai menanyakan secara detail kepada anak kita tentang siapa yang mengatakan hal tersebut pertama kepada mereka.(Baca juga: Emon Si Paedofil Jadi Korban Sodomi Saat SMP) 

5. Situasi rumah tangga yang rentan

Ayah yang kurang peduli atau kedua orangtua terlalu sibuk, serta keluarga yang bercerai, bisa membuat anak tumbuh kurang perhatian.  Anak yang sedih, kesepian, atau penuh konflik lebih mudah untuk dimanipulasi oleh pedofil.

6. Komunikasi yang baik

Jangan bereaksi berlebihan saat anak mulai bercerita pengalamannya yang mungkin bernuansa seksual. Dengarkan ceritanya secara lengkap. Reaksi berlebihan, bahkan menganggap anak berbohong justru membuat anak menyimpan sendiri ceritanya.

7. Bawa anak kita ke pusat rehabilitasi atau crisis center yang ditangani oleh profesional terlatih (psikiater, psikolog anak, psikolog klinis, pekerja sosial terlatih) di bidang ini.

Kesulitan bercerita pada anak sering kali terjadi saat mereka merasa tertekan dan dipaksa untuk membahas terus-menerus kondisi hal tersebut oleh orang sekitarnya, termasuk orang tua.

Laporan anak seharusnya didapatkan dari satu kali cerita yang didengarkan oleh orang yang memahami bagaimana memperoleh nformasi dari anak-anak yang mengalami masalah pedofilia atau kekerasan seksual.

"Kewaspadaan orangtua tentunya harus proporsional. Kekangan yang terlalu ketat juga tidak baik untuk perkembangan mentalnya ke depan. Hati-hati terhadap lingkungan sekitar yang mempunyai kerawanan perlu terus ditekankan," kata Andri.

(Lusia Kus Anna/kompas.com)