Penulis
[ESAI FOTO]
Perjalanan panjang batik Lasem jadi bukti adanya akulturasi budaya Nusantara. Campuran gaya mataraman, China, dan pesisiran.
Penulis dan fotografer:Kurniawan Adi Nugroho di Jogja untuk Majalah Intisari edisi Desember 2014
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Di pesisir utara Jawa Tengah, tepatnya di Lasem, Kabupaten Rembang, aku menjumpai sisa-sisa peninggalan masa lalu yang masih tetap hidup hingga hari ini.
Jantungnya tetap berdenyut di tengah gempuran zaman yang seolah tak kenal ampun. Semangat untuk bertahan itu antara lain aku temukan dalam selembar kain batik.
Batik lasem, dengan kekhasannya, kisahnya berawal tujuh abad silam. Tatkala Laksamana Cheng Ho dengan ekspedisinya mendarat di Jawa pada 1413.
Seperti ditulis dalam Babad Lasem karya Mpu Santri Badra (1479), awak kapal Dhang Puhawang yang bernama Bi Nang Un dan istrinya Na Li Ni memilih untuk menetap di Bonang. Rupanya mereka jatuh cinta dengan keindahan alam Jawa.
Dari kreasi tangan mereka jualah lahir motif-motif batik yang khas. Perjalanan panjang batik lasem juga menjadi bukti adanya akulturasi budaya Nusantara.
Gaya batik mataram, ragam isian batik nuansa cina serta warna pesisiran menandakan bahwa kain batik merupakan simbol sebuah persatuan. Meski begitu, akar sejarah tanah leluhur tetaplah kuat dan kokoh.
Salah seorang pengusaha batik yang tak melupakan sejarah adalah Sigit Witjaksono. Dalam karya-karya batiknya, dia mengembangkan motif batik dengan menorehkan aksara Cina pada motifnya.
Aksara-aksara itu membawa doa-doa yang diharapkan dapat menjadi nilai positif bagi si penggunanya. Dia berupaya mewujudkan persatuan budaya yang harmonis dalam selembar kain batik.