Find Us On Social Media :

Ende Tempat Pengasingan Soekarno di Flores

By Afif Khoirul M, Jumat, 18 Oktober 2024 | 15:20 WIB

Kisah cinta Soekarno dan Fatmawati berawal dari pemngasingan.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Ende, 14 Januari 1934. Kapal Van Riebeeck membelah ombak biru Flores, membawa seorang pemimpin muda, Soekarno, beserta istri dan mertuanya.

Bukan sambutan meriah yang menyambutnya, melainkan kesunyian sebuah pembuangan. Jauh dari hiruk-pikuk politik Jawa, Soekarno diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda, dianggap ancaman bagi kekuasaan mereka.

Di sebuah rumah sederhana di Kampung Ambugaga, Soekarno memulai babak baru dalam hidupnya. Jauh dari gegap gempita perjuangan, ia seakan terhempas dalam ruang hampa.

Namun, Soekarno bukanlah sosok yang mudah patah. Ia adalah elang yang terluka, yang akan kembali terbang dengan sayap yang lebih kuat.

Hari-hari di Ende diisi dengan berbagai kegiatan. Soekarno aktif dalam kegiatan Tonil Amatir, mendirikan perkumpulan sandiwara Monte Carlo, bahkan menjadi guru di sekolah Katolik.

Ia menjelma menjadi bagian dari masyarakat Ende, berbagi ilmu dan semangat kebangsaan.

Di Bawah Naungan Pohon Sukun

Di tengah keterasingan, Soekarno menemukan kedamaian di bawah pohon sukun yang rindang.

Menghadap laut lepas, ia merenung, mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan besar tentang bangsa dan negara. Di sanalah, benih-benih Pancasila mulai tumbuh, berakar kuat dalam jiwa sang proklamator.

"Aku duduk di bawah pohon sukun di Ende. Aku melihat ke laut yang membentang luas. Aku bertanya pada diriku sendiri: apakah yang akan menyatukan bangsa ini? Apakah yang akan menjadi dasar negara kita?" Soekarno mengenang momen kontemplasi tersebut.

Pohon sukun itu menjadi saksi bisu pergulatan batin Soekarno. Di bawah naungannya, ia merumuskan lima sila yang kelak menjadi dasar negara Indonesia:

Pancasila: Kristalisasi Pemikiran di Ende

Pengalaman di Ende, termasuk interaksi dengan masyarakat yang beragam, membentuk pandangan Soekarno tentang Indonesia.

Ia menyadari bahwa Indonesia bukanlah negara untuk satu golongan, melainkan rumah bersama bagi seluruh rakyat, dari Sabang sampai Merauke.

"Di Ende, aku belajar tentang Indonesia yang sesungguhnya. Aku melihat keragaman budaya, agama, dan suku bangsa. Aku menyadari bahwa Pancasila adalah jalan untuk mempersatukan mereka semua," ujar Soekarno.

Pengasingan di Ende bukanlah akhir dari perjuangan Soekarno. Justru sebaliknya, ia adalah awal dari sebuah perjalanan panjang menuju kemerdekaan.

Di Ende, Soekarno ditempa, diuji, dan dipersiapkan untuk mengemban tugas besar sebagai pemimpin bangsa.

Ende: Tempat Kelahiran Pancasila

Kini, Ende menjadi tempat bersejarah yang tak terpisahkan dari perjalanan bangsa Indonesia. Rumah pengasingan Soekarno, pohon sukun, dan setiap sudut kota Ende menjadi saksi bisu perjuangan sang proklamator.

Ende adalah bukti bahwa keterasingan tidak selalu berarti kekalahan. Bagi Soekarno, Ende adalah tempat kelahiran Pancasila, dasar negara yang mempersatukan Indonesia.

Di tanah Flores yang indah, Soekarno menemukan jati dirinya sebagai pemimpin, sebagai negarawan, dan sebagai pencetus dasar negara Indonesia.

Sumber:

Buku "Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat" karya Cindy Adams

Situs web resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Situs web resmi Pemerintah Kabupaten Ende

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---