Find Us On Social Media :

Alasan Belanda Mendirikan STOVIA pada Awal Abad ke-20?

By Afif Khoirul M, Kamis, 10 Oktober 2024 | 18:00 WIB

Mahasiswa STOVIA Pendiri dan anggota Budi Utomo. Artikel ini akan menguraikan secara singkat sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia dari tahun 1908 hingga 1942.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Fajar menyingsing di Hindia Belanda, abad ke-20 baru saja menyapa. Di tengah hiruk-pikuk Batavia, di antara derap langkah para pedagang dan nyanyian burung kenari, sebuah bangunan megah berdiri kokoh.

Namanya STOVIA, singkatan dari School tot Opleiding van Inlandsche Artsen, atau Sekolah untuk Pendidikan Dokter Pribumi.

Berdirinya STOVIA bukanlah sebuah kebetulan, melainkan sebuah langkah yang terukur dan penuh perhitungan dari pemerintah kolonial Belanda.

Di balik tembok-tembok kokoh STOVIA, tersimpan beragam alasan yang kompleks, bak benang kusut yang menunggu untuk diurai.

Mari kita telusuri lorong-lorong sejarah, menyelami masa lalu untuk memahami motif di balik pendirian STOVIA.

Awalnya, Hindia Belanda menghadapi momok menakutkan: wabah penyakit. Kolera, malaria, pes, dan berbagai penyakit lainnya merajalela, menebar maut tanpa pandang bulu.

Para dokter Eropa kewalahan, jumlah mereka terlalu sedikit untuk menangani lautan manusia yang sakit. Memanggil dokter dari Eropa pun bukan solusi, biayanya selangit, membebani kas pemerintah kolonial.

Di sinilah benih-benih gagasan untuk mendirikan STOVIA mulai tumbuh. Pemerintah kolonial menyadari perlunya tenaga medis yang murah dan mudah diakses.

Dokter pribumi menjadi jawaban yang paling logis. Mereka dapat dipekerjakan dengan gaji lebih rendah, dan lebih mudah beradaptasi dengan kondisi lokal.

Namun, alasan ekonomi hanyalah satu sisi dari mata uang. Ada faktor lain yang tak kalah penting, yaitu politik etis.