Find Us On Social Media :

Mengapa Kelompok Komunis Pimpinan Amir Syarifuddin Menolak Program ReRa Kabinet Hatta?

By Afif Khoirul M, Senin, 30 September 2024 | 11:45 WIB

Pemberontakan PKI di Madiun 18 September 1948.

Baginya, komunisme adalah jalan menuju cita-cita itu, sebuah sistem yang akan menghapuskan penindasan dan kesenjangan sosial.

Keyakinan Amir semakin kuat setelah ia menyaksikan penderitaan rakyat akibat penjajahan Belanda. Ia melihat bagaimana kaum imperialis mengeksploitasi kekayaan Indonesia, merampas hak-hak rakyat, dan menindas mereka dengan kejam.

Amir bertekad untuk membebaskan bangsanya dari belenggu penjajahan dan membangun sebuah masyarakat yang baru, yang bebas dari eksploitasi dan penindasan.

Namun, jalan menuju cita-cita itu tidaklah mudah. Setelah Indonesia merdeka, Amir dan kelompoknya harus menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam maupun luar negeri.

Di dalam negeri, mereka harus berhadapan dengan kelompok-kelompok politik lain yang memiliki ideologi berbeda. Di luar negeri, mereka harus menghadapi ancaman dari Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia.

Bentrokan Ideologi dan Kepentingan

Program ReRa yang diusung Kabinet Hatta menjadi titik kulminasi dari pertentangan ideologi dan kepentingan antara kelompok komunis pimpinan Amir dan pemerintah.

ReRa bertujuan untuk membangun kembali ekonomi dan pemerintahan Indonesia pasca kemerdekaan. Program ini mencakup berbagai langkah, seperti pengurangan jumlah tentara, reorganisasi birokrasi, dan peningkatan efisiensi pemerintahan.

Namun, Amir dan kelompoknya melihat ReRa sebagai ancaman bagi kekuatan rakyat. Mereka khawatir bahwa program ini akan melemahkan kekuatan militer Indonesia, yang merupakan tulang punggung perjuangan melawan Belanda.

Mereka juga khawatir bahwa ReRa akan memperkuat posisi kaum borjuis dan birokrat, yang dianggap sebagai musuh rakyat.

Selain itu, Amir dan kelompoknya menentang keras kebijakan Kabinet Hatta yang dianggap terlalu lunak terhadap Belanda. Mereka menuntut agar pemerintah mengambil sikap tegas terhadap Belanda dan menolak segala bentuk perundingan dengan penjajah.

Mereka menginginkan agar Indonesia segera mengusir Belanda dan merebut kembali wilayah-wilayah yang masih dikuasai Belanda.