Find Us On Social Media :

Mengapa Kelompok Komunis Pimpinan Amir Syarifuddin Menolak Program ReRa Kabinet Hatta?

By Afif Khoirul M, Senin, 30 September 2024 | 11:45 WIB

Pemberontakan PKI di Madiun 18 September 1948.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Angin malam berbisik lirih di antara rerimbunan pohon bambu, membawa serta aroma tanah basah dan sisa-sisa hujan yang baru saja reda.

Di sebuah gubuk sederhana, berdinding anyaman bambu dan beratapkan daun kelapa, Amir Syarifuddin duduk termenung, wajahnya diterpa temaram lampu minyak yang berkedip-kedip.

Pikirannya melayang, kembali ke masa pergolakan revolusi, di mana idealisme dan kenyataan berbenturan dengan dahsyatnya.

Amir, sang pemimpin karismatik, pernah berdiri di puncak kekuasaan. Sebagai Perdana Menteri Indonesia kedua, ia memegang kendali negara yang baru saja merdeka. Namun, takdir berkata lain.

Kabinetnya jatuh, digantikan oleh Kabinet Hatta yang membawa angin perubahan, angin yang berhembus berlawanan dengan keyakinan Amir dan kelompoknya.

Program Rekonstruksi dan Rasionalisasi (ReRa) yang diusung Kabinet Hatta menjadi batu sandungan.

Amir dan kelompok komunis yang dipimpinnya melihat ReRa sebagai ancaman, sebuah langkah mundur yang akan menggerus kekuatan rakyat dan mengkhianati semangat revolusi.

Api Idealisme yang Berkobar

Amir Syarifuddin, seorang sosialis sejati, meyakini bahwa revolusi Indonesia haruslah berpihak pada rakyat jelata.

Ia bermimpi tentang sebuah negara yang adil dan makmur, di mana setiap orang memiliki hak yang sama untuk hidup sejahtera.