Find Us On Social Media :

Tewas Digempur Israel dan Bertahun-tahun Jadi Buron AS, Siapa Pemimpin Hezbollah Ibrahim Aqil?

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 22 September 2024 | 08:40 WIB

Ibrahim Aqil, salah satu pemimpin Hezbollah tewas dalam serangan Israel ke Beirut pada Jumat (20/9) kemarin.

Laksamana Muda Daniel Hagari, juru bicara militer Israel, menyebut Aqil sebagai kepala direktorat operasi militer Hezbollah dan komandan de facto unit elite Radwan. Dia, antara lain, bertanggung jawab mengawasi unit misil anti-tank dan operasi pertahanan udara Hezbollah.

"Aqil memiliki banyak darah di tangannya," ujar Hagari dalam konferensi pers. "Dia  bertanggung jawab atas kematian banyak warga sipil dan orang tidak bersalah."

Aqil juga terlibat dalam rencana invasi Hezbollah ke Israel utara, mirip dengan serangan yang dipimpin Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober. Pejabat Israel telah lama memperingatkan bahwa Hezbollah berniat mengirimkan pejuang terlatihnya melintasi perbatasan untuk merebut kota-kota Israel dan menyandera warga dalam serangan brutal.

Pada tahun 2019, Nasrallah mengonfirmasi bahwa kelompoknya memiliki rencana operasional untuk masuk ke Israel utara jika terjadi perang, tetapi menolak memberikan detail lebih lanjut. Militer Israel mengeklaim telah menemukan beberapa terowongan lintas batas yang direncanakan untuk memfasilitasi serangan semacam itu.

Israel baru-baru ini membunuh anggota Dewan Jihad Hezbollah lainnya, Fouad Shukur, dalam serangan udara pada akhir Juli di Dahiya, pinggiran selatan Beirut. Mantan pejabat AS menyebut Shukur, seperti Aqil, sebagai salah satu pemimpin militer senior Hezbollah dan teman dekat Nasrallah.

Assaf Orion, jenderal purnawirawan Israel, menyatakan pada 20 September bahwa Aqil secara efektif adalah petugas operasi tertinggi dalam aparat militer Hezbollah, yang terlibat dalam "banyak" serangan terhadap Israel.

"Dia adalah veteran operasi yang sangat berpengalaman," ujar Orion, mantan penghubung militer Israel untuk misi perdamaian internasional di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel. Israel telah mencoba membunuh Aqil berkali-kali di masa lalu, tetapi setiap kali ia berhasil selamat.

Pada 2000, helikopter Israel menyerang mobil Aqil sebagai balasan atas pembunuhan seorang pemimpin milisi Lebanon yang pro-Israel, namun ia selamat dengan luka ringan. Lima warga sipil juga mengalami luka ringan, termasuk seorang bayi.

Mengutip The Guardian, Aqil adalah salah satu dari kelompok pemuda Syiah yang berasal dari Lebanon selatan yang tinggal di Beirut. Dia sangat terinspirasi oleh Revolusi Iran 1979. Kariernya dimulai saat dia direkrut oleh Garda Revolusi yang belakangan dikenal sebagai Hezbollah.

Dipandu oleh mentor-mentor Iran mereka, tujuan Aqil--juga Garda Revolusi--jelas yaitu melawan Amerika Serikat, juga Israel, yang telah menduduki sebagian besar Lebanon. Tujuan politik mereka adalah untuk mengubah Lebanon menjadi negara Islam yang condong ke Iran.

Beberapa kompatriot Aqil telah lebih dulu meninggalkannya. Fuad Shukr tewas dalam serangan udara pada bulan Juli, kemungkinan besar oleh dinas keamanan Israel yang bekerja sama dengan IDF. Shukr, yang berusia 63 tahun ketika meninggal, adalah kepala staf Hezbollah, dan dilaporkan bertugas memperoleh senjata terkuatnya.

Anggota paling menonjol dari kelompok asli adalah Imad Mugniyeh. Dia didakwa atas puluhan serangan mematikan terhadap AS, Israel, dan komunitas Yahudi selama 25 tahun. Mugniyeh tewas dalam ledakan bom mobil di Damaskus pada 2008 yang dikaitkan dengan Mossad.

AS menuduh Mugniyeh, bersama Aqil, berperan penting dalam pengeboman kedutaan besar AS di Beirut pada April 1983, yang menewaskan 63 orang, dan barak Korps Marinir AS pada Oktober 1983, yang menewaskan 241 personel AS. Sebuah barak Prancis juga dibom pada saat itu, menewaskan 58 orang.

Seperti disebut di awal, Aqil juga dituduh terlibat dalam operasi-operasi ini. Sebuah pemberitahuan dari Departemen Kehakiman AS menggambarkannya sebagai "anggota utama sel teroris Hezbollah, Organisasi Jihad Islam", yang mengaku disebut bertanggung jawab atas dua pengeboman tahun 1983 di Beirut.

Pemberitahuan itu juga mengatakan bahwa Aqil mengarahkan penyanderaan warga AS dan Jerman di Lebanon dan menahan mereka di sana, juga pada tahun 80-an. Bukti yang menunjukkan bahwa Mugniyeh mendalangi dua pengeboman tahun 1983 masih lemah, namun kemungkinan besar dia dan Aqil memainkan peran yang lebih kecil, memanfaatkan jaringan kontak dan pengetahuan mereka yang luas tentang Lebanon selatan dan Beirut untuk memberikan dukungan logistik yang krusial.

"Aqil adalah salah satu dari lima orang inti di sekitar Mugniyeh yang berada di sana pada awal dimulainya seluruh operasi militer Hezbollah," kata Abdul-Hussain.

Begitulah sepak terjang Ibrahim Aqil, pemimpin Hezbollah yang tewas akibat serangan Israel pada Jumat, 20 September 2024.