Find Us On Social Media :

Ketika Malaka Diguncang Oleh Raja Jawa!

By Afif Khoirul M, Selasa, 17 September 2024 | 10:10 WIB

Ilustrasi - Tujuan pengiriman pasukan Kerajaan Demak ke Malaka di bawah pimpinan Pati Unus.

Dengan restu Sultan Fattah, 100 kapal dan 5.000 pasukan berangkat dari Jepara. Melalui Palembang dan sungai Kampar, mereka mendekati Malaka.

Januari 1513, serangan mendadak dilancarkan. Pasukan Pati Unus, yang kini berjumlah 12.000 berkat bantuan dari Palembang, mengepung Malaka.

Portugis tak tinggal diam. Selain pasukan di benteng, 350 orang Eropa dan pribumi dengan 17 kapal dikerahkan untuk menghadang. Pasukan Islam dijebak masuk ke sungai Muar, tempat banyak kapal Demak dibakar dan ditenggelamkan.

Meriam-meriam Portugis, lebih canggih dari milik Pati Unus, menghujani kapal-kapal Demak dari jarak jauh. Pati Unus terpaksa mundur, kembali ke Jawa dengan luka mendalam. Sejak saat itu, ia dikenal sebagai Pangeran Sabrang Lor, pangeran yang menyeberang ke utara.

Meski gagal, semangat juang tak padam. Kesultanan-kesultanan Islam di Jawa masih bertekad membebaskan Malaka. Portugis secara terang-terangan menunjukkan permusuhan terhadap Islam. Demak harus bertindak.

Namun, jalan menuju serangan kedua tak mudah. Prabu Udhara, penguasa Kediri, sisa-sisa Majapahit lama, bersekutu dengan Portugis. Sultan Fattah murka. Pati Unus diperintahkan menumpas pemberontakan Kediri.

Tahun 1518, Sultan Fattah mangkat. Sebelum wafat, ia mewasiatkan kepemimpinan Demak kepada Pati Unus. Kini, Pati Unus adalah Sultan Demak II.

Imperialisme Katolik Spanyol telah mencapai Kesultanan Sulu di Filipina. Pati Unus semakin yakin, Malaka harus segera diserang sebelum Portugis mengincar Jawa.

Persiapan besar-besaran dilakukan. Logistik, pasukan, dan 375 kapal dari Gowa siap berlayar. Tahun 1521, setelah berbulan-bulan mengarungi samudra, armada Pati Unus tiba di Malaka. Benteng A Farmosa telah menanti.

Pertempuran dahsyat pecah. Meriam-meriam raksasa memuntahkan bola-bola api. Kapal-kapal berjuang maju, sulit menghindari serangan. Perang berkecamuk selama tiga hari tiga malam.

Namun, takdir berkata lain. Kapal Jung Pati Unus terkena tembakan fatal. Sultan Demak gugur, tenggelam bersama kapal kebanggaannya.

Fadhlulah Khan, atau Tubagus Pasai, mengambil alih komando. Pasukan gabungan mundur ke pantai Sumatera, lalu kembali ke Jawa dengan hati pilu.