Find Us On Social Media :

Kapitayan, Agama Kuno yang Mengenal Konsep Monoteisme Dalam Perspektif Orang Jawa

By Afif Khoirul M, Rabu, 11 September 2024 | 16:20 WIB

Ilustrasi - Dahulu sebelum pengaruh “masa pencerahan religi” di Eropa melanda nusantara, masyarakat tidak pernah memikirkan konsep agama sebagai hal yang berbeda dengan tradisi budaya.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Di tengah gemericik sungai-sungai yang mengalir di lereng gunung-gunung yang menjulang, di bawah naungan pepohonan rindang yang menari bersama angin, tersimpan sebuah warisan spiritual yang telah mengakar dalam jiwa masyarakat Jawa sejak zaman purba.

Kapitayan, agama yang seringkali terselubung kabut waktu, menyimpan dalam dirinya kearifan dan keyakinan akan adanya satu Tuhan yang Maha Esa.

Jauh sebelum pengaruh agama-agama besar seperti Hindu dan Buddha menyentuh tanah Jawa, Kapitayan telah mengajarkan konsep monotheisme kepada masyarakatnya.

Dalam keyakinan ini, Sang Hyang Tunggal, atau Tuhan Yang Maha Esa, adalah sumber dari segala ciptaan. Ia adalah Dzat yang Maha Kuasa, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang.

Konsep monotheisme dalam Kapitayan tidak hanya sebatas pengakuan akan adanya satu Tuhan, tetapi juga mencakup pemahaman akan hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta.

Manusia dipandang sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk mencapai kesempurnaan spiritual melalui pengabdian dan penyerahan diri kepada Tuhan.

Kearifan Leluhur

Kapitayan mengajarkan nilai-nilai luhur yang menjadi landasan bagi kehidupan masyarakat Jawa.

Menghormati leluhur, menghargai alam, dan menjaga keseimbangan antara manusia dengan lingkungannya adalah prinsip-prinsip yang dijunjung tinggi dalam agama ini.

Dalam Kapitayan, leluhur dianggap sebagai penghubung antara dunia manusia dengan dunia spiritual. Mereka dihormati dan dikenang karena jasa-jasa mereka dalam mewariskan nilai-nilai luhur kepada generasi berikutnya.

Upacara-upacara adat yang dilakukan untuk menghormati leluhur menjadi sarana untuk mempererat ikatan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan.

Alam, dalam pandangan Kapitayan, adalah ciptaan Tuhan yang harus dijaga dan dilestarikan.

Manusia memiliki tanggung jawab untuk hidup selaras dengan alam, memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana, dan menjaga keseimbangan ekosistem.

Simbolisme dan Ritual

Kapitayan kaya akan simbolisme dan ritual yang mencerminkan keyakinan dan nilai-nilai yang dianutnya. Salah satu simbol yang penting dalam Kapitayan adalah Gunung Semeru, yang dianggap sebagai tempat bersemayamnya para dewa.

Gunung ini menjadi pusat dari berbagai upacara adat dan ziarah yang dilakukan oleh masyarakat Jawa.

Selain itu, Kapitayan juga mengenal berbagai macam ritual yang dilakukan untuk menghormati Tuhan, leluhur, dan alam.

Ritual-ritual ini biasanya melibatkan persembahan, doa, dan tarian yang dilakukan dengan penuh khidmat.

Kapitayan dalam Perspektif Modern

Meskipun Kapitayan telah mengalami pasang surut sepanjang sejarah, namun nilai-nilai dan kearifannya tetap relevan hingga saat ini.

Di tengah arus modernisasi dan globalisasi, Kapitayan menawarkan alternatif bagi masyarakat Jawa untuk kembali kepada akar budayanya dan menemukan kedamaian spiritual.

Kapitayan mengajarkan kita untuk menghargai keberagaman, hidup selaras dengan alam, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Kearifan leluhur yang tersimpan dalam Kapitayan dapat menjadi sumber inspirasi bagi kita untuk membangun masyarakat yang lebih baik dan berkelanjutan.

Kapitayan, agama kuno yang mengenal konsep monotheisme dalam perspektif orang Jawa, adalah warisan spiritual yang tak ternilai harganya.

Ia adalah bukti akan kekayaan dan kedalaman budaya Jawa, serta kemampuan masyarakatnya untuk mengembangkan keyakinan dan nilai-nilai luhur yang melampaui batas waktu.

Semoga artikel ini dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang Kapitayan dan menginspirasi kita untuk menghargai warisan budaya leluhur. Mari kita jaga dan lestarikan Kapitayan sebagai bagian dari identitas kita sebagai bangsa Indonesia.

Catatan:

Perlu diingat bahwa Kapitayan adalah agama yang telah mengalami banyak perubahan dan interpretasi sepanjang sejarah. Oleh karena itu, mungkin terdapat perbedaan pandangan mengenai beberapa aspek dari agama ini.

Semoga artikel ini bermanfaat dan memberikan wawasan baru bagi pembaca.

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---