Dalam kegelapan penjajahan, akses terhadap pendidikan dan informasi sangat terbatas. Sebagian besar rakyat Indonesia buta huruf, mudah termakan propaganda penjajah, dan tidak menyadari hak-hak mereka sebagai manusia merdeka.
Keterbatasan ini menghambat tumbuhnya kesadaran nasional dan persatuan yang kuat.
Kepemimpinan yang Belum Matang
Sebelum tahun 1908, perjuangan rakyat seringkali dipimpin oleh tokoh-tokoh karismatik yang berjuang berdasarkan semangat kedaerahan.
Meskipun memiliki keberanian dan tekad yang kuat, mereka belum memiliki visi dan strategi yang matang untuk memimpin perjuangan nasional.
Kepemimpinan yang belum matang ini menjadi salah satu faktor yang menghambat kemajuan perjuangan.
Pengkhianatan dan Tipu Daya
Penjajah tidak hanya menggunakan kekuatan senjata, tetapi juga tipu daya dan pengkhianatan untuk melemahkan perjuangan rakyat.
Mereka menyusupkan mata-mata, menyebarkan fitnah, dan menghasut perpecahan di antara para pejuang.
Pengkhianatan dan tipu daya ini menjadi duri dalam daging perjuangan, menggerogoti semangat dan kepercayaan rakyat.
Belenggu Mental Penjajahan
Bertahun-tahun hidup di bawah penjajahan telah menciptakan belenggu mental yang sulit dilepaskan. Sebagian rakyat Indonesia terbiasa hidup dalam ketundukan dan merasa tidak mampu melawan penjajah.