Penulis
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-online.com -Di bawah langit kemerdekaan yang baru lahir, benih-benih pemikiran sosiologis pun mulai tumbuh, merambat, dan mekar.Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 bukan hanya sekadar pengumuman lepasnya Indonesia dari belenggu penjajahan. Ia adalah dentang lonceng yang membangunkan raksasa tidur, mengobarkan semangat untuk membangun negeri, termasuk dalam ranah ilmu pengetahuan.
Sosiologi, sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat, mendapatkan momentum baru untuk berkembang di bawah naungan kemerdekaan.Seperti tunas muda yang haus akan sinar mentari, sosiologi Indonesia mulai mencari bentuk dan jati dirinya.Di masa-masa awal kemerdekaan, semangat nasionalisme begitu membara. Para cendekiawan dan akademisi Indonesia merasa terpanggil untuk menggali akar-akar budaya dan masyarakat Indonesia, sekaligus mencari solusi bagi berbagai masalah sosial yang muncul pasca-penjajahan.
Sosiologi, dengan pendekatannya yang ilmiah dan kritis, menjadi alat yang ampuh untuk memahami dan menjawab tantangan-tantangan tersebut.Dua Tonggak SejarahDi antara sekian banyak peristiwa yang menandai perkembangan sosiologi kemerdekaan, ada dua tonggak sejarah yang patut dikenang:Kuliah Sosiologi Pertama di Akademi Ilmu Politik Yogyakarta (1948)
Pada tahun 1948, di tengah gemuruh perjuangan mempertahankan kemerdekaan, seorang tokoh bernama Soenario Kolopaking memberikan kuliah sosiologi pertama di Akademi Ilmu Politik Yogyakarta.
Kuliah ini menjadi tonggak penting karena menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Sebelumnya, sosiologi diajarkan menggunakan bahasa Belanda, yang membatasi akses bagi sebagian besar masyarakat.Bayangkan, di tengah hiruk-pikuk revolusi, ada sekelompok pemuda yang tekun belajar tentang masyarakat mereka sendiri, menggunakan bahasa mereka sendiri.Kuliah ini bukan hanya sekadar transfer ilmu, melainkan juga simbol emansipasi intelektual. Sosiologi bukan lagi monopoli kaum terpelajar yang menguasai bahasa asing, melainkan menjadi milik bersama bangsa Indonesia.Penerbitan Buku Sosiologi Pertama Berbahasa Indonesia (1950)
Pada tahun 1950, terbitlah buku sosiologi pertama yang ditulis dalam bahasa Indonesia, berjudul "Ilmu Masyarakat" karya Djody Gondokusumo. Buku ini menjadi tonggak penting lainnya karena memperkenalkan konsep-konsep sosiologi kepada khalayak yang lebih luas.Seperti jendela yang terbuka lebar, buku ini memperlihatkan keindahan dan kompleksitas masyarakat Indonesia.Buku ini membahas berbagai topik, mulai dari struktur sosial, perubahan sosial, hingga masalah-masalah sosial yang dihadapi masyarakat Indonesia saat itu.
Dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami, buku ini berhasil mendekatkan sosiologi kepada masyarakat awam.Dua peristiwa tersebut menjadi pemicu bagi gelombang perubahan dalam perkembangan sosiologi kemerdekaan. Semakin banyak perguruan tinggi yang membuka jurusan sosiologi, semakin banyak buku dan artikel sosiologi yang diterbitkan, dan semakin banyak penelitian sosiologis yang dilakukan.Sosiologi bukan lagi sekadar ilmu yang dipelajari di menara gading, melainkan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Sosiologi di IndonesiaPara sosiolog Indonesia mulai aktif terlibat dalam berbagai isu sosial, mulai dari kemiskinan, pendidikan, hingga konflik sosial. Mereka tidak hanya sekadar mengamati, melainkan juga memberikan rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil penelitian mereka.Perkembangan sosiologi kemerdekaan tidak lepas dari tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah mencari jati diri sosiologi Indonesia. Di satu sisi, sosiologi Indonesia harus berakar pada nilai-nilai dan budaya lokal. Di sisi lain, sosiologi Indonesia juga harus terbuka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan global.Seperti kapal yang berlayar di tengah samudra, sosiologi Indonesia harus mencari keseimbangan antara tradisi dan modernitas.Para sosiolog Indonesia terus berjuang untuk mengembangkan teori-teori sosiologi yang relevan dengan konteks Indonesia. Mereka juga aktif menjalin kerjasama dengan sosiolog dari negara lain, untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan.Perkembangan sosiologi kemerdekaan telah memberikan warisan abadi bagi bangsa Indonesia. Sosiologi telah membantu kita memahami diri kita sendiri sebagai bangsa, sekaligus memberikan kontribusi bagi pembangunan nasional.Seperti sungai yang mengalir terus menerus, sosiologi Indonesia akan terus berkembang dan memberikan manfaat bagi generasi mendatang.Kita patut berbangga dengan pencapaian para sosiolog Indonesia, yang telah berjuang untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di tengah berbagai keterbatasan. Semoga semangat mereka terus menginspirasi generasi muda untuk melanjutkan perjuangan tersebut.PenutupPerkembangan sosiologi kemerdekaan adalah kisah tentang perjuangan, harapan, dan cita-cita. Ia adalah bukti bahwa bangsa Indonesia mampu berdiri sejajar dengan bangsa lain dalam bidang ilmu pengetahuan. Mari kita terus dukung perkembangan sosiologi Indonesia, agar ia dapat memberikan kontribusi yang lebih besar lagi bagi kemajuan bangsa.Di bawah langit kemerdekaan yang terus bersinar, sosiologi Indonesia akan terus tumbuh dan berkembang, menjadi cahaya penerang bagi masyarakat.
*
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---