Find Us On Social Media :

Kiprah Sultan Ageng Tirtayasa Mengusir Penjajah

By Afif Khoirul M, Minggu, 1 September 2024 | 13:10 WIB

(Ilustrasi) Peninggalan Kerajaan Banten

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.comDi ufuk barat Pulau Jawa, di mana ombak Selat Sunda mencium pantai pasir putih, terhampar sebuah negeri yang pernah menjadi saksi bisu dari perjuangan tanpa henti.

Negeri itu bernama Banten, tanah para jawara yang tak pernah gentar melawan penindasan.

Sejarah perlawanan rakyat Banten adalah nyala api yang tak pernah padam, sebuah kisah epik tentang keberanian dan semangat pantang menyerah.

Kedatangan Sang Penjajah: Bayang-Bayang di Atas Kesultanan

Pada abad ke-16, ketika Kesultanan Banten sedang berada di puncak kejayaannya, bayang-bayang penjajah mulai menyelimuti negeri. Kapal-kapal berbendera asing merapat di pelabuhan, membawa misi dagang yang berujung pada ambisi menguasai.

VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), kongsi dagang Belanda yang rakus, mengincar kekayaan rempah-rempah dan posisi strategis Banten.

Awalnya, hubungan antara Banten dan VOC berjalan relatif damai. Namun, seiring berjalannya waktu, keserakahan VOC mulai terlihat. Mereka menuntut hak-hak istimewa dan berusaha mencampuri urusan internal kesultanan. Rakyat Banten yang terbiasa hidup merdeka mulai merasakan tekanan dan ketidakadilan.

Api Perlawanan Menyala: Sultan Ageng Tirtayasa dan Perjuangan Melawan Monopoli

Puncak perlawanan rakyat Banten terjadi pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, seorang pemimpin visioner dan pemberani. Beliau menyadari bahwa VOC bukan hanya sekadar mitra dagang, melainkan ancaman serius bagi kedaulatan Banten.

Sultan Ageng Tirtayasa menolak tunduk pada tuntutan VOC dan berusaha memperkuat posisi Banten dengan menjalin hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara.

Salah satu kebijakan Sultan Ageng Tirtayasa yang paling berani adalah menentang monopoli perdagangan VOC. Beliau membuka pelabuhan Banten bagi pedagang dari berbagai negara, menciptakan persaingan yang merugikan VOC.

Tindakan ini membuat VOC marah besar dan memutuskan untuk menghancurkan Banten.

Perang Banten: Darah dan Air Mata di Medan Laga

Pada tahun 1682, VOC melancarkan serangan besar-besaran ke Banten. Pasukan Belanda yang dilengkapi persenjataan modern menghadapi perlawanan sengit dari rakyat Banten yang bersenjatakan bambu runcing dan semangat juang yang membara.

Perang Banten berlangsung selama bertahun-tahun, meninggalkan luka mendalam di hati rakyat.

Sultan Ageng Tirtayasa memimpin pasukannya dengan gagah berani, berjuang dari satu medan laga ke medan laga lainnya.

Beliau menjadi simbol perlawanan, membangkitkan semangat rakyat Banten untuk terus berjuang meskipun harus menghadapi musuh yang jauh lebih kuat.

Pengkhianatan dan Kejatuhan: Luka yang Menggores Sejarah

Sayangnya, perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa tidak berjalan mulus. Beliau harus menghadapi pengkhianatan dari orang-orang terdekatnya, termasuk putranya sendiri, Sultan Haji.

VOC memanfaatkan perpecahan internal ini untuk melemahkan Banten dari dalam.

Pada tahun 1683, Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan diasingkan ke Batavia. Kejatuhan beliau menjadi pukulan telak bagi perlawanan rakyat Banten.

VOC berhasil menguasai Banten dan menghancurkan kesultanan yang pernah berjaya.

Perlawanan Tak Pernah Padam: Nyala Api di Hati Rakyat

Meskipun Kesultanan Banten telah runtuh, semangat perlawanan rakyat Banten tidak pernah padam. Selama berabad-abad, mereka terus melakukan perlawanan dalam berbagai bentuk, mulai dari pemberontakan bersenjata hingga gerakan sosial dan budaya.

Salah satu tokoh perlawanan yang paling terkenal adalah Ki Tapa, seorang ulama karismatik yang memimpin pemberontakan petani pada abad ke-19. Beliau berhasil menghimpun ribuan pengikut dan mengguncang kekuasaan Belanda di Banten.

Kemerdekaan Indonesia: Kemenangan yang Tertunda

Perjuangan rakyat Banten mencapai puncaknya pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Mereka bergabung dengan pejuang dari seluruh Nusantara untuk melawan penjajah Belanda dan Jepang.

Banten menjadi salah satu medan pertempuran penting dalam Revolusi Nasional Indonesia.

Setelah melalui perjuangan panjang dan berdarah, Indonesia akhirnya meraih kemerdekaan pada tahun 1945. Kemenangan ini adalah buah dari pengorbanan seluruh rakyat Indonesia, termasuk rakyat Banten yang telah berjuang selama berabad-abad.

Warisan Perjuangan: Semangat yang Abadi

Sejarah perlawanan rakyat Banten adalah warisan berharga yang harus terus dijaga dan dikenang. Semangat juang mereka adalah inspirasi bagi generasi penerus untuk terus berjuang melawan segala bentuk penindasan dan ketidakadilan.

Banten, tanah para jawara, telah membuktikan bahwa perlawanan adalah hak setiap manusia. Nyala api perjuangan mereka akan terus menyala, menerangi jalan menuju masa depan yang lebih baik.

Penutup: Banten, Tanah Jawara yang Abadi

Sejarah perlawanan rakyat Banten adalah kisah tentang keberanian, pengorbanan, dan semangat pantang menyerah. Mereka adalah para jawara yang tak pernah gentar melawan penindasan, meskipun harus menghadapi musuh yang jauh lebih kuat.

Banten, tanah para jawara, akan selalu dikenang sebagai tempat di mana nyala api perjuangan tak pernah padam. Semangat mereka akan terus hidup, menginspirasi generasi penerus untuk terus berjuang demi keadilan dan kemerdekaan.

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---