Find Us On Social Media :

Kebijakan Kolonial Portugis yang Memicu Perlawanan Lokal: Elegi Nusantara di Bawah Bayang-bayang Lusitania

By Afif Khoirul M, Sabtu, 31 Agustus 2024 | 19:10 WIB

Alfonso d'Albuquerque, pelaut Portugis yang memimpin penaklukkan atas Kerajaan Malaka. Di sini Portugis lalu memonopoli perdagangan rempah-rempah.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Di ufuk timur, ketika fajar masih malu-malu menampakkan rona emasnya, Nusantara terbangun dari mimpi panjangnya.Rempah-rempah harum semerbak, sutra berkilauan, dan kekayaan alam melimpah ruah menjadi daya tarik yang tak tertahankan bagi bangsa-bangsa asing.

Di antara mereka, Portugis datang dengan kapal-kapal besar dan meriam-meriam yang siap memuntahkan api. Mereka datang dengan janji perdagangan yang manis, namun di balik itu tersembunyi ambisi untuk menguasai dan menjajah.

Kedatangan bangsa Portugis di Nusantara pada awal abad ke-16 menandai babak baru dalam sejarah panjang kepulauan ini. Alfonso de Albuquerque, laksamana Portugis yang ambisius, berhasil menaklukkan Malaka pada tahun 1511.

Kejatuhan Malaka menjadi pukulan telak bagi jaringan perdagangan di Nusantara, karena Malaka adalah pusat perdagangan rempah-rempah yang strategis. Portugis dengan cepat membangun benteng-benteng kokoh dan menguasai jalur perdagangan, memaksa kerajaan-kerajaan lokal untuk tunduk pada kekuasaan mereka.

Monopoli Perdagangan: Belenggu Emas yang Mencekik

Salah satu kebijakan kolonial Portugis yang paling kontroversial adalah monopoli perdagangan. Mereka menguasai perdagangan rempah-rempah, memaksa pedagang lokal untuk menjual hasil bumi mereka dengan harga yang sangat rendah.

Para pedagang Portugis kemudian menjual rempah-rempah tersebut dengan harga tinggi di Eropa, meraup keuntungan besar. Kebijakan monopoli ini membuat rakyat Nusantara semakin miskin, sementara Portugis semakin kaya raya.

Rakyat Nusantara, yang sebelumnya hidup makmur dari perdagangan bebas, kini terbelenggu oleh monopoli Portugis.

Para petani dan nelayan terpaksa menjual hasil panen mereka dengan harga murah, sementara harga barang-barang impor melambung tinggi. Kehidupan sehari-hari menjadi semakin sulit, dan kemiskinan merajalela.

Kristenisasi Paksa: Luka yang Menganga di Hati Nusantara

Selain monopoli perdagangan, Portugis juga menerapkan kebijakan kristenisasi paksa. Mereka memaksa penduduk lokal untuk meninggalkan agama dan kepercayaan mereka, dan menganut agama Kristen Katolik.

Banyak orang Nusantara yang menolak untuk meninggalkan keyakinan mereka, dan mereka menghadapi penindasan dan penganiayaan dari Portugis.

Para misionaris Portugis datang dengan semangat membara untuk menyebarkan agama Kristen. Mereka membangun gereja-gereja dan sekolah-sekolah, namun seringkali menggunakan cara-cara kekerasan untuk memaksa penduduk lokal masuk Kristen.

Banyak orang Nusantara yang dipaksa dibaptis, dan mereka yang menolak menghadapi hukuman berat,bahkan kematian. Kebijakan kristenisasi paksa ini menimbulkan luka yang menganga di hati Nusantara, dan kebencian terhadap Portugis semakin mendalam.

Perlawanan Lokal: Api Nusantara yang Tak Kunjung Padam

Kebijakan-kebijakan kolonial Portugis yang menindas dan merugikan rakyat Nusantara memicu perlawanan dari berbagai kerajaan dan masyarakat lokal.

Meskipun Portugis memiliki senjata dan teknologi yang lebih maju, semangat juang rakyat Nusantara tak pernah padam. Mereka berjuang dengan gigih untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan mereka.

Salah satu perlawanan paling heroik adalah perlawanan Sultan Baabullah dari Ternate.

Ia berhasil mengusir Portugis dari Ternate pada tahun 1575, setelah berjuang selama bertahun-tahun. Perlawanan Sultan Baabullah menjadi inspirasi bagi kerajaan-kerajaan lain di Nusantara untuk melawan penjajahan Portugis.

Di Aceh, perlawanan dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda. Ia berhasil memperkuat Aceh dan melawan ekspansi Portugis di Selat Malaka.

Aceh menjadi pusat perlawanan terhadap Portugis, dan memberikan dukungan kepada kerajaan-kerajaan lain yang berjuang melawan penjajahan.

Epilog: Warisan Perjuangan yang Abadi

Meskipun Portugis akhirnya berhasil dikalahkan dan diusir dari sebagian besar wilayah Nusantara, kebijakan kolonial mereka meninggalkan luka yang mendalam.

Monopoli perdagangan, kristenisasi paksa, dan penindasan telah merenggut banyak nyawa dan menimbulkan penderitaan yang tak terhitung.

Namun, perlawanan rakyat Nusantara terhadap Portugis juga meninggalkan warisan perjuangan yang abadi. Semangat juang, keberanian, dan cinta tanah air yang ditunjukkan oleh para pahlawan Nusantara menjadi inspirasi bagi generasi-generasi berikutnya.

Mereka membuktikan bahwa meskipun menghadapi musuh yang kuat, semangat perjuangan tak akan pernah padam.

Kebijakan kolonial Portugis yang memicu perlawanan lokal adalah bagian penting dari sejarah Nusantara. Kisah perjuangan rakyat Nusantara melawan penjajahan Portugis adalah kisah tentang keberanian, pengorbanan, dan cinta tanah air.

Meskipun Portugis telah lama pergi, warisan perjuangan mereka tetap hidup dan menjadi pengingat bagi kita semua untuk selalu menghargai kemerdekaan dan kedaulatan bangsa.

Semoga artikel ini memberikan gambaran yang jelas dan mendalam tentang kebijakan kolonial Portugis yang memicu perlawanan lokal di Nusantara.

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---