Find Us On Social Media :

Kebijakan Kolonial Portugis yang Memicu Perlawanan Lokal: Elegi Nusantara di Bawah Bayang-bayang Lusitania

By Afif Khoirul M, Sabtu, 31 Agustus 2024 | 19:10 WIB

Alfonso d'Albuquerque, pelaut Portugis yang memimpin penaklukkan atas Kerajaan Malaka. Di sini Portugis lalu memonopoli perdagangan rempah-rempah.

Selain monopoli perdagangan, Portugis juga menerapkan kebijakan kristenisasi paksa. Mereka memaksa penduduk lokal untuk meninggalkan agama dan kepercayaan mereka, dan menganut agama Kristen Katolik.

Banyak orang Nusantara yang menolak untuk meninggalkan keyakinan mereka, dan mereka menghadapi penindasan dan penganiayaan dari Portugis.

Para misionaris Portugis datang dengan semangat membara untuk menyebarkan agama Kristen. Mereka membangun gereja-gereja dan sekolah-sekolah, namun seringkali menggunakan cara-cara kekerasan untuk memaksa penduduk lokal masuk Kristen.

Banyak orang Nusantara yang dipaksa dibaptis, dan mereka yang menolak menghadapi hukuman berat,bahkan kematian. Kebijakan kristenisasi paksa ini menimbulkan luka yang menganga di hati Nusantara, dan kebencian terhadap Portugis semakin mendalam.

Perlawanan Lokal: Api Nusantara yang Tak Kunjung Padam

Kebijakan-kebijakan kolonial Portugis yang menindas dan merugikan rakyat Nusantara memicu perlawanan dari berbagai kerajaan dan masyarakat lokal.

Meskipun Portugis memiliki senjata dan teknologi yang lebih maju, semangat juang rakyat Nusantara tak pernah padam. Mereka berjuang dengan gigih untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan mereka.

Salah satu perlawanan paling heroik adalah perlawanan Sultan Baabullah dari Ternate.

Ia berhasil mengusir Portugis dari Ternate pada tahun 1575, setelah berjuang selama bertahun-tahun. Perlawanan Sultan Baabullah menjadi inspirasi bagi kerajaan-kerajaan lain di Nusantara untuk melawan penjajahan Portugis.

Di Aceh, perlawanan dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda. Ia berhasil memperkuat Aceh dan melawan ekspansi Portugis di Selat Malaka.

Aceh menjadi pusat perlawanan terhadap Portugis, dan memberikan dukungan kepada kerajaan-kerajaan lain yang berjuang melawan penjajahan.

Epilog: Warisan Perjuangan yang Abadi