Find Us On Social Media :

Menjalin Bhinneka dalam Gotong Royong, Nilai Pancasila yang Abadi

By Afif Khoirul M, Minggu, 25 Agustus 2024 | 19:45 WIB

Ilustrasi - Berikut beberapa nama-nama pemimpin umat Islam yang menyetujui penghapusan tujuh kata sila pertama Pancasila demi persatuan Indonesia.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Di tengah hiruk-pikuk modernitas yang tak kenal lelah, di bawah naungan langit Nusantara yang luas, tersimpan sebuah warisan luhur yang senantiasa mengalir dalam nadi bangsa Indonesia, yaitu semangat gotong royong.

Sejak zaman purba, ketika nenek moyang kita masih bergelut dengan alam liar, hingga kini, ketika teknologi canggih telah merajai dunia, gotong royong tetap menjadi nyala api yang tak pernah padam, menerangi jalan menuju cita-cita bersama.

Gotong royong, sebuah kata yang sarat makna, mengandung esensi kebersamaan, saling membantu, dan bahu-membahu dalam menghadapi segala tantangan.

Ia bukan sekadar tindakan, melainkan sebuah filosofi hidup yang telah terukir dalam jiwa bangsa Indonesia. Dalam setiap tetes keringat yang tumpah, dalam setiap senyum yang terkembang, dalam setiap langkah yang seirama, terpancar nilai-nilai luhur Pancasila yang menjadi landasan kokoh persatuan dan kesatuan.

Mari kita telusuri lorong waktu, menapaki jejak-jejak sejarah yang mengisahkan bagaimana nilai-nilai Pancasila tercermin dalam semangat gotong royong yang tak lekang oleh zaman.

Ketuhanan Yang Maha Esa: Gotong Royong sebagai Perwujudan Rasa Syukur

Jauh sebelum agama-agama besar masuk ke Nusantara, nenek moyang kita telah memiliki keyakinan akan adanya kekuatan yang lebih besar dari diri mereka. Mereka percaya bahwa alam semesta ini diatur oleh Sang Pencipta, yang memberikan berkah dan cobaan.

Dalam setiap kegiatan gotong royong, mereka selalu memanjatkan doa dan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Mereka percaya bahwa dengan bekerja bersama, mereka dapat mengatasi segala rintangan dan meraih keberhasilan.

Ketika agama Hindu dan Buddha masuk ke Nusantara, nilai-nilai Ketuhanan semakin mengakar dalam kehidupan masyarakat. Candi-candi megah dibangun dengan semangat gotong royong, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Hyang Widhi. Relief-relief yang menghiasi dinding candi menggambarkan bagaimana masyarakat bahu-membahu dalam membangun tempat suci tersebut.

Islam, yang kemudian menjadi agama mayoritas di Indonesia, juga mengajarkan pentingnya gotong royong. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Barangsiapa yang membantu keperluan saudaranya, maka Allah akan membantu keperluannya."