Find Us On Social Media :

Reza Rahadian Sudah Mengingatkan: 'Ternyata Banyak Pujian Itu Bahaya'

By Moh. Habib Asyhad, Sabtu, 24 Agustus 2024 | 08:54 WIB

Reza Rahadian barangkali adalah aktor di Indonesia dengan pujian paling banyak. Praktis tidak punya "hater". Tapi bagi dirinya, terlalu banyak pujian juga berbahaya.

Apalagi, empat tahun lalu saat film Benyamin Biang Kerok mendapat kritik tajam, Reza pun akhirnya belajar bahwa tidak semua hal bisa dikontrolnya. Akan tetapi, ketika mengingat apa yang diberikan Tuhan kepadanya, Reza jadi merasa tidak bisa mengeluh.

Toh, ibundanya yang sejak membesarkannya seorang diri juga menasehatinya bahwa Reza harus tahu batasannya jika sudah berusaha sebaik mungkin, ya sudah cukup. Setiap hal ada yang berhasil dan gagal, kita haruslah berdamai dengan itu.

Lagipula, Reza punya ibu yang akan menjadi pendukung nomor satu dalam hidupnya. Menariknya, ibunya yang bernama Pratiwi Widantini Matulessy ini tidak segan-segan memberikan kritik yang sangat tajam untuk setiap peran akting yang dilakoni anaknya.

"Buat dia kalau memang ada yang enggak bagus, dia akan bilang di poin-poin mana. Jadi begitu pulang ke rumah, biasanya kita akan membahas itu. Misa menurut dia aku mainnya kurang prima dan lainnya," ujar Reza dalam kanal YouTube Ngopi Dara.

Bagi aktor yang sudah belasan kali masuk nominasi Festival Film Indonesia ini, sang ibu memberikan opini yang jujur tanpa menghakimi sebagai penonton awam. Makanya, tidak heran jika Reza menyebut sang ibu seorang kritikus utama dalam karier aktingnya sejak dulu.

Belajar dari Ibu

Tidak hanya mendapat saran untuk aksinya di depan kamera, seorang Reza Rahadian bisa jadi sosok yang amat bijak dan dewasa juga karena didikan ibunya. Asal tahu saja, sejak usia 6 bulan ayahnya meninggalkan Reza dan ibunya. Ibunya lantas menjadi orangtua tunggal.

Namun, Reza tidak pernah kehilangan figur ayah karena ibunya bisa berperan sebagai ibu dan ayah dengan luar biasa. Pelakon Surga Yang Tak Dirindukan 3 ini mendapat pendidikan lebih soal rasa empati dan perjuangan, karena melihat di sosok ibunya yang pejuang dan kuat.

“Dari umur 8 tahun kita udah diskusi seakan saya 15 tahun. Kita bicarakan hal-hal yang nyata, seperti enggak punya uang, gajinya habis, atau uang jajan tidak aman, atau hal-hal sangat finansial. Kan kita cuma berdua, jadi dia sangat terbuka tentang apa pun,” kenang Reza.

Baca Juga: Francisca Casparina Fanggidaej, Nenek Reza Rahardian, Pejuang yang Namanya Dihapus dalam Sejarah Orde Baru

Daya juang ibunya yang tinggi itulah yang sangat menurun pada dirinya. Alhasil, ketika di usia 15 tahun harus jadi tulang punggung karena ibunya kehilangan pekerjaan, Reza melakukan apa pun untuk dapat uang buat beli makan. Dari jadi guru, pelayan, sampai jualan karpet.

Syukurnya, hingga kini dirinya bisa terus menghidupi ibu dan adiknya yang lebih muda 13 tahun darinya. Meski sempat marah dengan Tuhan, Reza sudah melepaskan semua amarahnya. Apalagi dia berkaca dari sang ibu yang tak pernah menerapkan kebencian pada ayahnya.

“Kalau Allah mengizinkan saya untuk ketemu bokap, saya akan senang. Saya akan menyambut itu dengan baik, karena saya udah enggak punya lagi kemarahan, benci. Saya cuma pengin dia tahu, anaknya dan ibu saya baik-baik saja. Itu cukup,” pungkas Reza tersenyum.