Find Us On Social Media :

Di Bawah Naungan Pancasila Jauh dari Bayang-Bayang Komunisme: Perbedaan Ideologi Pancasila dan Komunisme

By Afif Khoirul M, Selasa, 13 Agustus 2024 | 12:15 WIB

Rangkuman Hubungan Pancasila dengan UUD 1945

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com“Bhinneka Tunggal Ika”, semboyan yang terukir indah di lambang negara kita, adalah cerminan jiwa bangsa Indonesia. Sebuah bangsa yang lahir dari rahim perjuangan, dibesarkan dalam buaian keberagaman, dan bernaung di bawah payung Pancasila.

Namun, sejarah juga mencatat, pernah ada bayang-bayang ideologi lain yang mencoba menyelimuti negeri ini, yakni komunisme. Mari kita telusuri jejak-jejak sejarah, untuk memahami perbedaan mendasar antara kedua ideologi ini.

Pancasila: Mutiara Kearifan Lokal

Pancasila bukanlah sekadar lima sila yang tertulis di atas kertas. Ia adalah saripati nilai-nilai luhur yang telah mengakar dalam budaya dan tradisi bangsa Indonesia sejak dahulu kala.

Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Lima sila ini, bagaikan lima jari yang saling menggenggam, membentuk sebuah kesatuan yang kokoh.

Pancasila mengajarkan kita untuk hidup berdampingan secara damai, menghargai perbedaan, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Ia adalah landasan bagi terciptanya masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera, di mana setiap individu memiliki hak dan kewajiban yang sama.

Komunisme: Utopia yang Kandas

Komunisme, di sisi lain, adalah sebuah ideologi yang lahir dari pemikiran Karl Marx dan Friedrich Engels. Ia menawarkan sebuah visi masyarakat tanpa kelas, di mana semua orang memiliki kedudukan yang sama dan sumber daya dibagi secara merata.

Namun, sejarah telah membuktikan bahwa utopia ini sulit, bahkan mustahil, untuk diwujudkan.

Penerapan komunisme di berbagai negara, seperti Uni Soviet dan Tiongkok, justru melahirkan rezim otoriter yang menekan kebebasan individu dan melanggengkan kesenjangan sosial.