Find Us On Social Media :

Ketika Menduduki Indonesia, Jepang Menerapkan Sistem Autarki, Apa Artinya?

By Afif Khoirul M, Senin, 12 Agustus 2024 | 19:20 WIB

Ilustrasi - Bagaimana perlawanan terhadap pendudukan Jepang yang dilatarbelakangi Kkwajiban melakukan Seikerei di wilayah Singaparna Jawa Barat?

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Di bawah langit belantara Nusantara, saat mentari pagi menyingsing di ufuk timur, sebuah kisah kelam terukir dalam lembaran sejarah. Ketika sang Sakura bermekaran di negeri Jepang, bayang-bayang ambisius pun menjulang tinggi, mengarah ke tanah subur Indonesia.

Tahun 1942, Negeri Matahari Terbit menginjakkan kaki di bumi pertiwi, membawa serta sebuah sistem ekonomi yang kelak akan mengubah tatanan hidup masyarakat Indonesia: sistem autarki.

Autarki, sebuah kata yang asing di telinga kebanyakan orang, merujuk pada sebuah konsep ekonomi yang mengutamakan kemandirian dan ketercukupan diri suatu negara.

Dalam konteks pendudukan Jepang di Indonesia, autarki diartikan sebagai upaya untuk membuat setiap daerah mampu memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bergantung pada daerah lain atau negara lain.

Jepang, dengan segala ambisinya untuk menguasai sumber daya alam Indonesia, melihat sistem autarki sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan tersebut.

Mereka ingin menjadikan Indonesia sebagai lumbung padi bagi pasukan Jepang yang berperang di berbagai front. Namun, di balik tujuan mulia itu, tersimpan niat jahat untuk mengeksploitasi sumber daya alam Indonesia demi kepentingan perang.

Bagaimana sistem autarki diterapkan di Indonesia?

Jepang memberlakukan berbagai kebijakan yang mengikat dan mengontrol masyarakat. Petani dipaksa menanam padi dalam jumlah yang besar, bahkan melebihi kapasitas lahan mereka.

Sistem rotasi tanaman diabaikan demi memenuhi target produksi padi yang ditetapkan oleh pemerintah Jepang. Akibatnya, kesuburan tanah menurun drastis dan produksi pangan menjadi tidak berkelanjutan.

Tidak hanya sektor pertanian, sektor perindustrian pun mengalami perubahan drastis. Pabrik-pabrik diubah fungsinya untuk memproduksi barang-barang yang dibutuhkan untuk perang, seperti senjata dan amunisi.