Prolog Perdamaian Dari Indonesia Untuk Palestina

Afif Khoirul M

Penulis

Ilustrasi - Indonesia telah menjaga komitmen dukungan dengan Palestina sejak zaman presiden Soekarno bagaimana kisahnya?

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Di bawah langit Jakarta yang bertabur bintang, berita invasi Israel ke Gaza menghantam nurani Indonesia bagai badai yang tak terduga.

Solidaritas mengalir deras, membanjiri setiap sudut negeri, dari lorong-lorong sempit hingga gedung-gedung pencakar langit. Suara Indonesia menggelegar di panggung dunia, menuntut gencatan senjata, menyerukan keadilan bagi Palestina.

Retno Marsudi, sang Menteri Luar Negeri, menjelma menjadi elang yang terbang tinggi, melintasi Yordania dan Arab Saudi, membawa pesan perdamaian dari Indonesia. Dalam setiap langkahnya, semangat anti-kolonialisme membara, mengingatkan dunia akan perjuangan Indonesia melawan penjajahan.

Di balik setiap kata yang terucap, terpatri keyakinan bahwa Palestina berhak menentukan nasibnya sendiri, bebas dari belenggu penindasan.

Di jantung ibukota, lautan manusia tumpah ruah, bersatu dalam unjuk rasa lintas agama yang menggetarkan jiwa.

Teriakan "Bebaskan Palestina!" menggema di udara, berpadu dengan doa-doa yang dipanjatkan ke langit. Media massa, bak obor yang menyala, menerangi setiap sudut gelap konflik, menyuarakan penderitaan rakyat Palestina yang tak berdosa.

Dukungan Indonesia bagi Palestina bukanlah kisah baru, melainkan sebuah saga yang telah terukir dalam sejarah. Sejak Indonesia merdeka, hubungan diplomatik dengan Israel tak pernah terjalin, meskipun roda perdagangan dan pariwisata tetap berputar.

Di lapangan hijau, Indonesia menolak bertanding melawan Israel dalam kualifikasi Piala Dunia, sebuah sikap yang mencerminkan penolakan terhadap penjajahan.

Di Gaza yang porak-poranda, Rumah Sakit Indonesia berdiri tegar, menjadi saksi bisu solidaritas yang tak pernah padam. Dibangun dengan keringat dan air mata rakyat Indonesia, rumah sakit ini menjadi simbol harapan di tengah keputusasaan.

Baca Juga: Raden Saleh Sang Pangeran Ajaib Dan Inspirasi Baju Indonesia Pada Pembukaan Olimpiade Paris 2024

Namun, takdir berkata lain, bom-bom Israel menghujani rumah sakit tersebut, meninggalkan luka yang menganga di hati setiap insan yang peduli.

Solidaritas Muslim, bagaikan benang merah yang tak terputus, menjalin erat hubungan antara Indonesia dan Palestina. Mayoritas penduduk Indonesia yang memeluk Islam merasa terpanggil untuk membela saudara seiman yang tertindas.

Fatwa Majelis Ulama Indonesia, bagaikan pedang yang terhunus, menyerukan pemboikotan produk-produk pro-Israel, menunjukkan bahwa solidaritas Muslim bukanlah sekadar retorika kosong.

Namun, solidaritas Muslim tak menghalangi dialog dan perdamaian. Abdurrahman Wahid, sang tokoh karismatik Nahdlatul Ulama, pernah mengunjungi Israel, membuka pintu komunikasi yang sempat tertutup rapat.

Yahya Cholil Staquf, penerusnya, melanjutkan langkah tersebut, menjalin hubungan dengan para pemimpin Yahudi demi mewujudkan perdamaian yang hakiki.

Di balik semangat anti-kolonialisme dan solidaritas Muslim, terdapat nilai kemanusiaan yang menjadi landasan utama dukungan Indonesia bagi Palestina. Pemerintah Indonesia mengirimkan bantuan kemanusiaan yang melimpah, dari obat-obatan hingga bahan makanan, untuk meringankan penderitaan rakyat Gaza.

Kapal perang KRI Radjiman Wedyodiningrat menjelma menjadi rumah sakit terapung, memberikan pelayanan medis bagi mereka yang terluka.

Tak hanya pemerintah, masyarakat Indonesia pun turut serta dalam gerakan kemanusiaan ini. Lembaga kemanusiaan MER-C, yang turut membangun Rumah Sakit Indonesia, mengirimkan bantuan medis ke Gaza.

Para penggemar K-Pop, yang biasanya sibuk dengan idola mereka, kini mengumpulkan dana untuk membantu rakyat Palestina. Solidaritas akar rumput ini menunjukkan bahwa dukungan Indonesia bagi Palestina bukanlah sekadar kebijakan pemerintah, melainkan sebuah gerakan yang lahir dari hati nurani rakyat.

Baca Juga: Bagaimana Cara Membangun Demokrasi Di Kalangan Pelajar Indonesia?

Indonesia mungkin tak memiliki kekuatan militer yang besar, namun solidaritasnya bagi Palestina tak tergoyahkan. Melalui diplomasi yang gigih, Indonesia menggalang dukungan internasional untuk mengakhiri invasi Israel.

Di panggung Perserikatan Bangsa-Bangsa, suara Indonesia lantang menyerukan keadilan bagi Palestina. Di setiap sudut dunia, Indonesia menjadi corong bagi mereka yang tertindas, menjadi bukti bahwa solidaritas mampu menembus batas geografis dan perbedaan budaya.

Kisah solidaritas Indonesia bagi Palestina adalah sebuah epos yang terus berlanjut. Di tengah konflik yang tak kunjung usai, Indonesia tetap teguh berdiri di sisi Palestina, menjadi sahabat setia yang tak pernah meninggalkan saudaranya dalam kesulitan.

Semoga semangat solidaritas ini terus menyala, menjadi obor yang menerangi jalan menuju perdamaian yang hakiki di tanah suci Palestina.

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Artikel Terkait