Diplomasi Ala Gus Dur Jadikan Israel 'Teman' Untuk Damaikan Palestina

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Gus Dur disebut sebagai seorang teman Israel dari dunia Islam.
Gus Dur disebut sebagai seorang teman Israel dari dunia Islam.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Di tengah hiruk pikuk perjuangan kemerdekaan Palestina, sosok Abdurrahman Wahid, atau yang akrab disapa Gus Dur, hadir bagaikan mentari di ufuk timur.

Beliau, presiden keempat Republik Indonesia, membawa angin segar dalam upaya menjembatani perdamaian antara Palestina dan Israel.

Diplomasi Gus Dur, bagaikan lukisan maestro, penuh dengan goresan-goresan cerdas dan berani. Jauh dari gembar-gembor politik, beliau memilih langkah sunyi, menapaki jalan terjal yang tak pernah dirintis pendahulunya.

Salah satu langkah berani Gus Dur adalah membuka jalinan komunikasi dengan Israel. Sebuah keputusan yang mengundang kecaman dan keraguan dari banyak pihak.

Bagaimana mungkin seorang pemimpin Muslim menjalin hubungan dengan negara yang menduduki tanah Palestina?

Namun, Gus Dur memiliki visi yang jauh ke depan. Beliau memahami bahwa perdamaian takkan tercipta tanpa dialog. Baginya, membangun komunikasi dengan Israel adalah kunci untuk membuka ruang diskusi dan negosiasi.

Denganmenjadikan Israel "teman" akan membuatnya lebih mendengar bisikan Indonesia, ketimbang menjadikannya musuh.

Langkah Gus Dur bagaikan bidak catur yang tak terduga, menggeser pola permainan politik yang kaku dan penuh prasangka. Beliau menemui para pemuka agama Yahudi, berdialog dengan cendekiawan Israel, dan membangun rasa saling percaya di tengah perbedaan.

Diplomasi Gus Dur tak hanya bertumpu pada perbincangan politik, tetapi juga pada sentuhan kemanusiaan. Beliau mengunjungi pengungsi Palestina di kamp-kamp, merasakan langsung penderitaan mereka, dan menggemakan suara mereka di dunia internasional.

Baca Juga: Arsip Intisari: Latar Belakang Penjajahan Israel Atas Palestina

Pertemuan dengan Petinggi Israel Sejak 1994

Pada tahun 1994, takdir mempertemukan Gus Dur dengan Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin.

Undangan langsung dari Rabin untuk menyaksikan penandatanganan perjanjian damai antara Israel dan Yordania menjadi awal mula sebuah kisah diplomasi yang luar biasa.

Dalam kontroversi perundingan politik, Gus Dur justru menangkap hasrat damai yang terpancar dari orang-orang Israel, tak peduli latar belakang mereka. Beliau melihat kerinduan yang sama akan perdamaian dari Yahudi, Arab, Muslim, dan Kristen.

Salah satu momen bersejarah lain dalam diplomasi Gus Dur adalah pertemuannya dengan Shimon Peres, menteri luar negeri Israel pada tahun 2000. Pertemuan ini bagaikan gunung es yang pecah, membuka jalan bagi dialog langsung antara Indonesia dan Israel.

Langkah Gus Dur memang penuh rintangan dan cibiran. Namun, beliau tak gentar. Beliau teguh pada pendiriannya, bahwa perdamaian hanya bisa diraih dengan dialog, bukan dengan permusuhan.

Diplomasi Gus Dur tak menghasilkan pengakuan resmi Indonesia atas Israel. Namun, beliau telah membuka jalan bagi normalisasi hubungan dan membuka ruang bagi solusi dua negara.

Lebih dari itu, Gus Dur telah menunjukkan bahwa perdamaian tak hanya tentang politik dan teritorial, tetapi juga tentang rasa saling menghormati dan kemanusiaan. Beliau telah menanamkan benih toleransi dan dialog di tengah konflik yang berkepanjangan.

Warisan diplomasi Gus Dur masih terasa hingga saat ini. Beliau telah menginspirasi banyak pihak untuk berani mendobrak batas dan mencari solusi damai dalam konflik-konflik di berbagai belahan dunia.

Meskipun Gus Dur telah tiada, semangatnya untuk perdamaian akan terus hidup. Beliau telah menunjukkan bahwa dengan kebijaksanaan, keberanian, dan rasa kemanusiaan, perdamaian bukan hanya mimpi, tapi suatu kenyataan yang bisa diraih.

Kritik dan pujian terus membayangi langkah Gus Dur. Para aktivis pro-Palestina geram. Mereka melihat keputusan Gus Dur sebagai pengkhianatan terhadap perjuangan rakyat Palestina. Demonstrasi berjilid menentang kebijakan ini, menuduh Gus Dur terlalu lunak terhadap Israel.

Baca Juga: Dukungan Abadi Indonesia dan Sumpah Bung Karno Dukung Kemerdekaan Palestina

Gus Dur, dengan gaya khasnya yang santri dan penuh humor, menanggapi kritik tersebut dengan tenang.

Beliau pernah berujar dalam sebuah pidato, "Memangnya dengan tidak bicara sama sekali, Israel akan mengembalikan tanah Palestina? Dialog itu perlu, kawan-kawan. Musuh yang dibiarkan bungkam, tak akan pernah diajak berdamai."

Di sisi lain, para diplomat dan pengamat internasional justru kagum dengan terobosan Gus Dur. Mereka melihat langkah ini sebagai upaya inovatif untuk memecahkan kebuntuan konflik Israel-Palestina. Media-media asing pun ramai memberitakan langkah berani presiden Indonesia tersebut.

Tak hanya di kancah internasional, Gus Dur juga berupaya meredam gejolak di dalam negeri. Beliau tak henti-hentinya menjelaskan kepada masyarakat Indonesia tentang tujuan sebenarnya dari diplomasi tersebut.

Beliau menegaskan bahwa membuka hubungan dengan Israel bukanlah bentuk pengkhianatan terhadap Palestina, melainkan upaya untuk membuka jalur diplomasi dan memperjuangkan kemerdekaan Palestina melalui jalur damai.

Langkah Gus Dur ini pun menuai hasil. Indonesia semakin berperan aktif dalam forum-forum internasional yang membahas konflik Israel-Palestina. Seruan untuk solusi dua negara, di mana Israel dan Palestina bisa hidup berdampingan secara damai, digaungkan dengan lantang oleh Indonesia di berbagai kesempatan.

Namun, takdir berkata lain. Masa kepemimpinan Gus Dur terhenti di tengah jalan akibat kemelutatan politik. Kebijakannya yang kontroversial, termasuk diplomasi dengan Israel, menjadi salah satu senjata yang digunakan oleh pihak oposisi untuk menjatuhkannya.

Meskipun masa kepemimpinannya singkat, warisan diplomasi Gus Dur tetap berbekas. Beliau telah berhasil membuka kran dialog dengan Israel, dan Indonesia pun mulai dikenal sebagai pelopor perdamaian di kawasan tersebut.

Jejak Gus Dur menginspirasi para pemimpin Indonesia selanjutnya untuk terus memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Indonesia pun semakin vokal dalam menyerukan solusi dua negara dan penghentian kekerasan di wilayah tersebut.

Sampai saat ini, konflik Israel-Palestina masih berkecamuk. Namun, diplomasi ala Gus Dur, yang mengutamakan dialog dan kemanusiaan, tetap menjadi referensi penting dalam upaya mencari solusi damai yang abadi.

Gus Dur telah mengajarkan bahwa dalam konflik yang berkepanjangan, permusuhan bukan satu-satunya jalan. Dialog, dengan segala kerumitannya, tetap menawarkan harapan. Dan harapan itulah yang menjadi pegangan bagi masa depan yang lebih baik, di mana Palestina dan Israel bisa hidup berdampingan secara damai, di bawah langit yang sama.

*

Disadur dariDamai Bersama Gus Dur (Jakarta : Kompas, 2010)

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Artikel Terkait