Find Us On Social Media :

Cerita Putri dari Tiongkok Terpikat dengan Sunan Gunung Jati

By Afif Khoirul M, Selasa, 23 Juli 2024 | 16:15 WIB

Ilustrasi - Sunan Gunung Jati.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Di singgasananya, Sultan Syarif Hidayatullah, sang penguasa Cirebon yang dikenal sebagai Sunan Gunung Jati, merenungkan takdirnya. Beliau teringat akan cintanya yang bersemi dengan seorang putri jelita dari negeri Tiongkok, Putri Ong Tien.

Kisah cinta mereka bermula ketika Sunan Gunung Jati, dalam perjalanannya menyebarkan agama Islam, singgah di negeri China. Di sana, beliau bertemu dengan Putri Ong Tien, putri Kaisar Hongzhi dari Dinasti Ming. Kecantikan dan kecerdasan sang putri memikat hati Sunan Gunung Jati, dan percakapan mereka tentang Islam dan budaya Timur memicu benih-benih cinta.Namun, cinta mereka terhalang oleh adat dan tradisi. Putri Ong Tien telah dijodohkan dengan pangeran dari negeri lain, dan pernikahan mereka telah direncanakan. Sunan Gunung Jati yang teguh pada cintanya tidak patah semangat. Beliau bertekad untuk mempersunting sang putri dan membawanya ke Cirebon.Dengan kecerdasan dan kesaktiannya, Sunan Gunung Jati berhasil melewati berbagai rintangan dan menggagalkan pernikahan Putri Ong Tien dengan pangeran yang dijodohkan. Beliau kemudian kembali ke Tiongkok dan melamar sang putri kepada Kaisar Hongzhi.Kaisar Hongzhi, yang kagum dengan kebijaksanaan dan keteguhan hati Sunan Gunung Jati, akhirnya memberikan restunya. Pernikahan Sunan Gunung Jati dan Putri Ong Tien dilangsungkan dengan penuh kemegahan, mengantarkan dua kerajaan dalam jalinan persahabatan yang erat.

Kekaisaran China berubah pikiran dan merestui lamaran Sunan Gunungjati. Ribuan anggota pasukan Kekaisaran China pun dikirim untuk mengawal keberangkatan Putri Ong Tien ke Cirebon.Putri Ong Tien, yang kemudian dikenal sebagai Nyai Rara Kencana, menjadi permaisuri Sunan Gunung Jati dan memainkan peran penting dalam menyebarkan agama Islam di Cirebon. Beliau mendirikan pesantren dan masjid, serta aktif dalam kegiatan sosial dan budaya.Kisah cinta Sunan Gunung Jati dan Putri Ong Tien menjadi legenda di tanah Cirebon, simbol kekuatan cinta yang mampu menembus batas budaya dan tradisi. Pernikahan mereka tidak hanya mempererat hubungan diplomatik antara Cirebon dan Tiongkok, tetapi juga memperkaya khazanah budaya dan agama di kedua negeri.Sunan Gunung Jati dan Putri Ong Tien memerintah Cirebon dengan adil dan bijaksana, membawa kemakmuran dan kedamaian bagi rakyatnya. Keteladanan mereka dalam menyebarkan agama Islam dan nilai-nilai kemanusiaan terus menginspirasi generasi penerus hingga saat ini.

Seiring berjalannya waktu, Sunan Gunungjati pun bertemu Putri Ong Tien di Cirebon, menikah hingga wafat. Sementara itu, ribuan personel pasukan yang mengawal Putri Ong Tien memilih menetap di tanah Jawa.Kisah cinta mereka yang penuh rintangan dan perjuangan ini menjadi pengingat bahwa cinta sejati dapat mengalahkan segala rintangan. Kisah mereka juga menjadi simbol toleransi dan persatuan antar budaya, yang patut dilestarikan dan diwariskan kepada generasi mendatang.

Dari rahim perpaduan cinta Sunan Gunung Jati dan Putri Ong Tien, lahirlah generasi penerus yang membawa darah biru dan jiwa yang mulia. Putra-putri mereka, seperti mutiara yang terlahir dari samudra kasih, meneruskan estafet kepemimpinan dan penyebaran Islam dengan penuh dedikasi. Cirebon, yang semula hanya sebuah pelabuhan kecil, menjelma menjadi pusat peradaban yang gemilang, berkat tangan-tangan dingin para penerus tahta.

Namun, seperti halnya detak jantung yang berganti irama, kepemimpinan pun berganti tangan. Generasi demi generasi, para sultan memimpin dengan bijaksana, menjaga warisan leluhur dengan penuh kehormatan. Cirebon tumbuh subur, bukan hanya dalam hal fisik, tetapi juga spiritual. Masjid-masjid berdiri megah, pesantren-pesantren melahirkan ulama yang berakhlak mulia, dan seni budaya berkembang pesat.

Di tengah gemerlap istana dan kesibukan pemerintahan, kisah cinta Sunan Gunung Jati dan Putri Ong Tien tetap hidup dalam hati rakyat. Ia menjadi legenda yang diwariskan dari generasi ke generasi, sebuah dongeng pengantar tidur yang menanamkan nilai-nilai luhur dalam jiwa anak-anak. Kisah tentang cinta sejati, keberanian, dan pengorbanan menjadi inspirasi bagi para pemuda untuk meraih cita-cita.

Tak hanya di dalam negeri, pengaruh Cirebon juga merambah ke berbagai penjuru. Para pedagang dari berbagai bangsa datang berlabuh, membawa serta budaya dan pengetahuan yang baru. Cirebon menjadi titik temu peradaban, tempat bertemunya Timur dan Barat, Islam dan budaya lokal.

Namun, seperti halnya detak jantung yang kadang terhenti, masa kejayaan Cirebon pun berlalu. Perubahan zaman, gejolak politik, dan bencana alam menguji ketangguhan kerajaan. Namun, semangat yang ditanamkan oleh Sunan Gunung Jati dan Putri Ong Tien tetap berkobar.

Meskipun kerajaan Cirebon tidak lagi berdiri megah seperti dahulu, warisan spiritualnya terus hidup. Nilai-nilai Islam yang diusung oleh Sunan Gunung Jati menjadi pondasi bagi masyarakat Cirebon untuk menghadapi tantangan zaman. Toleransi, kesederhanaan, dan semangat gotong royong menjadi ciri khas masyarakat Cirebon hingga kini.