Find Us On Social Media :

Heroiknya Aksi Penyelundupan John Lie Selama Agresi Militer I Belanda, Demi Ibu Pertiwi

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 21 Juli 2024 | 12:06 WIB

Nama John Lie barangkali tak setenar nama-nama pahlawan nasional lain selama Agresi Militer Belanda. Tapi jasanya tak bisa dilupakan begitu saja.

[ARSIP]

Di sekitar perjuangan fisik Agresi Militer I, nama John Lie tidak terlalu terdengar. Bukan lantaran ia kebetulan peranakan Tionghoa--yang kerap "terpinggirkan" perannya--tapi juga seorang pejuang pelaut yang sepi dari popularitas. Kesetiaannya kepada negara tak perlu diragukan, meski sering menghadapi ujian.

Penulis: Tjahjo Widyasmoro

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com - Suatu hari di bulan Oktober 1947, "Kami dengan kapal The Outlaw membawa senjata-senjata otomatis dan kurang lebih 1.000 pound peluru dari Pulau Pisang (Johor Bahru). Namun di delta Labuan Bilik Sumatra Utara, tiba-tiba muncul pesawat terbang patroli Angkatan Udara Belanda dan memerintahkan kapal berhenti," tulis John Lie dalam catatan pribadinya.

John dan awak kapal mengatur strategi dengan memberhentikan kapal. "Kami menjawab dengan morse bahwa kapal kami kandas dan tidak dapat bergerak."

Beberapa kali pesawat itu berputar di atas The Outlaw. Jaraknya begitu dekat, sekitar 50 m. Jadi tampak betul pilot serta dua orang penembak yang mengarahkan senjata jenis oerlikon ke para awak kapal. Namun ajaibnya, sampai beberapa saat, tak satu pun peluru dilepaskan.

Pesawat malah kemudian terlihat seperti kehabisan bahan bakar dan terbang kembali ke pangkalannya di Medan. Setelah situasi dianggap aman, The Outlaw meneruskan perjalanan dan pada pukul 10.00 masuk ke pelabuhan Labuan Bilik. Misi berhasil. Muatan kapal diterima Usman Effendi dan Komandan Batalion Abusamah, untuk selanjutnya dipakai oleh tentara Indonesia.

Dua alkitab, Inggris dan Belanda

Kisah menegangkan yang berujung pada "keberuntungan" saat berhadapan dengan situasi genting seperti itu, bukanlah satu-satunya yang dialami John Lie. Bersama The Outlaw, kapal jenis speedboat berukuran sekitar 60 ton, pengalaman menari dengan maut harus dihadapi berkali-kali. Bahwa kemudian ia selalu selamat, sebagai penganut Kristen Protestan yang taat; John menyebutnya sebagai berkat kemurahan Tuhan Allah dalam Yesus Kristus.